Cuaca Dingin Bikin Putus Asa Saat Korban Gempa Lebih dari 21.000 Orang

Cuaca Dingin Bikin Putus Asa Saat Korban Gempa Lebih dari 21.000 Orang
Lebih dari 21.000 orang sekarang diketahui tewas dalam gempa bumi Senin di Turki dan Suriah, meskipun PBB memperingatkan tingkat bencana sepenuhnya masih belum jelas. Dilansir BBC, Jumat (10/2/2023), tim penyelamat masih mencari korban selamat dari reruntuhan, tetapi harapan memudar lebih dari empat hari sejak gempa pertama. Puluhan ribu orang menghabiskan malam keempat yang membeku di tempat penampungan darurat, setelah kehilangan rumah. Upaya bantuan internasional yang besar semakin cepat. Pada hari Kamis, Bank Dunia menjanjikan $1,78 miliar (£1,38 miliar) atau sekitar Rp27 triliun bantuan untuk Turki termasuk pembiayaan segera untuk membangun kembali infrastruktur dasar dan untuk mendukung mereka yang terkena dampak gempa bumi. Sumbangan lain datang dari AS, yang menjanjikan paket senilai $85 juta untuk kedua negara. Sementara itu, upaya 100.000 atau lebih personel penyelamat di lapangan terhambat oleh rintangan logistik termasuk kekurangan kendaraan dan jalan yang rusak. Sekjen PBB Antonio Guterres memperingatkan seluruh bencana itu masih "terbentang di depan mata kita", terutama di Suriah di mana perang saudara yang berkepanjangan telah menghancurkan negara itu. Pada hari Kamis, bantuan kemanusiaan PBB yang pertama melintasi perbatasan ke barat laut Suriah melalui penyeberangan Bab al-Hawa di Idlib. Penyeberangan adalah satu-satunya cara bantuan PBB dapat mencapai wilayah tersebut tanpa melalui wilayah yang dikendalikan oleh pasukan pemerintah Suriah. Guterres berjanji lebih banyak bantuan sedang dalam perjalanan dan dia mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengizinkan pengiriman pasokan melalui lebih dari satu penyeberangan perbatasan. "Ini adalah momen persatuan, bukan momen untuk mempolitisasi atau memecah belah tetapi yang jelas kita butuh dukungan masif," katanya. Munira Mohammad, seorang ibu dari empat anak yang melarikan diri dari Aleppo di Suriah setelah gempa, mengatakan kepada Reuters pada hari Kamis bahwa keluarganya sangat membutuhkan pemanas dan lebih banyak pasokan, dengan mengatakan: "Tadi malam kami tidak bisa tidur karena sangat dingin. Itu sangat buruk." Kelompok penyelamat White Helmets mengatakan satu-satunya konvoi PBB yang mencapai wilayah itu tidak membawa peralatan khusus untuk membebaskan orang-orang yang terperangkap di bawah reruntuhan. (Red)