AS Janjikan Rp1,275 Triliun untuk Bantuan Gempa Turki-Suriah

AS Janjikan Rp1,275 Triliun untuk Bantuan Gempa Turki-Suriah
Badan bantuan kemanusiaan terkemuka di pemerintah AS telah menjanjikan $85 juta (£70 juta) atau sekitar Rp1,275 triliun untuk bantuan penyelamatan darurat bagi korban gempa bumi di Turki dan Suriah. Dilansir BBC, Jumat (10/2)2023), pendanaan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) akan digunakan untuk tempat berlindung, pasokan cuaca dingin, makanan, air, dan perawatan kesehatan. Langkah tersebut dilakukan saat negara-negara di seluruh dunia mengirimkan kru pencari dan bantuan ke wilayah tersebut, tempat lebih dari 20.000 orang tewas. Tim penyelamat mengatakan perbekalan diperlukan sekarang atau lebih banyak orang akan mati karena kedinginan. Dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis, USAID mengatakan pihaknya juga memberikan "bantuan kebersihan dan sanitasi untuk menjaga orang tetap aman dan sehat". Direktur agensi tersebut, Samantha Power, telah mengerahkan Tim Tanggap Bantuan Bencana (Dart), yang saat ini beroperasi di kota-kota Turki Adiyaman, Adana, dan Ankara. Tim tersebut terdiri dari sekitar 200 orang, termasuk ahli pemulihan bencana, 159 personel SAR, dan 12 anjing. Kelompok tersebut telah membawa peralatan seberat 170.000 pon, termasuk mesin yang mampu memindahkan puing-puing. Pasukan AS juga berada di wilayah itu untuk membantu mengangkut pasokan dengan helikopter di tengah kerusakan jalan yang meluas, kata wakil direktur USAID Isobel Coleman kepada CBS News, Kamis. "Dingin. Ini musim dingin. Orang butuh tempat berlindung. Mereka butuh makanan, mereka butuh air, kebersihan," katanya tentang zona gempa, berbicara dari Ukraina. Pemerintah di seluruh dunia telah menjanjikan bantuan dan penyelamat untuk membantu setelah gempa berkekuatan 7,8 yang melanda pada hari Senin. Kanada telah menjanjikan C$10 juta ($7,4 juta, £6,1 juta) dan menawarkan tambahan donasi sebesar C$10 juta. Kru penyelamat juga telah dikirim oleh India, Jerman, Korea Selatan, Israel, dan banyak negara lainnya. Organisasi Kesehatan Dunia memperingatkan pada hari Kamis bahwa "banyak orang" bertahan hidup "di tempat terbuka, dalam kondisi yang memburuk dan mengerikan". (Red)