Satu Penculik Anak di Jakarta Ditangkap, Masih Banyak yang Berkeliaran

Obsessionnews.com - Pihak kepolisian menangkap pelaku penculikan anak di Gunung Sahari, Jakarta, setelah penyelidikan selama hampir satu bulan. Pelaku teridentifikasi sebagai mantan narapidana kasus pencabulan anak yang baru keluar penjara tahun 2021 silam. Terakhir diketahui bekerja sebagai pengumpul barang bekas. Pendamping keluarga korban mengungkap pelaku menjalankan aksinya secara profesional, dan meyakini korbannya lebih dari satu, seperti dilansir BBC News Indonesia. Orangtua korban menuturkan bagaimana mereka tertipu oleh pelaku, yang sudah dikenal sejak enam bulan lalu. Di sisi lain, seorang anggota KPAI mengatakan ini menjadi bukti bahwa hukuman pidana terhadap pelaku tidak cukup membuat jera. Hal yang mencuatkan kembali tentang hukuman suntik kebiri yang pernah menuai pro dan kontra. Kapolres Jakarta Pusat Kombes Komarudin mengatakan, korban ditemukan bersama pelaku Senin malam di sekitar wilayah Ciledug, Tangerang Selatan. "Alhamdulilah, sudah semalam," katanya melalui pesan tertulis kepada BBC News Indonesia, Senin (3/1/2023). Pada keterangan sebelumnya Kombes Komarudin mengatakan korban ditemukan bersama pelaku. "Pada saat ditemukan, korban berada di dalam sebuah gerobak yang dibawa oleh pelaku," kata Komarudin seperti dikutip dari Instastory akun Polres Jakarta Pusat. Saat ini korban menjalani pemeriksaan di RS Kramat Jati untuk pemeriksaan fisik termasuk psikologis, "mengingat sudah cukup lama berhari-hari bersama dengan terduga pelaku." Selama proses pencarian, pelaku mengaku mengajak korban mencari barang-barang bekas, kata Komarudin. "Dengan juga menyertakan korban yang juga diletakkan di dalam gerobak. Tidurnya pun berpindah-pindah," tambahnya. Sejauh ini kepolisian masih mendalami motif pelaku yang saat ini sudah dibawa ke Polres Jakpus untuk dimintai keterangan. "Motif saat ini masih kita kembangkan," kata Komarudin. Sementara itu, pendamping hukum keluarga korban, Azam Khan mengatakan sejauh ini pelaku bertindak profesional dalam mengelabui korban dan keluarganya. "Pendekatan dia datang ngopi, makan, mencoba memberikan kue-kue kecil kepada beberapa orang. Ada beberapa itu dia lihat siapa yang pantas dia untuk diambil atau diculik," kata Azam. Terlebih lagi, kata dia, pelaku diketahui pernah mendekam di dalam penjara karena kasus pencabulan anak. "Karena modus-modus seperti ini adalah modus-modus kelembutan tapi tindakan kriminalnya itu luar biasa. Efeknya terhadap psikologis orang tua, keluarga ini luar biasa dahysat," tambah Azam. Oleh karena itu, ia mendorong agar kepolisian memperluas penyelidikan ini karena kemungkinan bukan hanya dilakukan pada satu korban. "Dan dia juga pasti punya link, komplotan yang sama yang kira-kira bisa membagi hasil link, membagi tempat, dan bahkan bisa jadi ada aktor yang membiayai di atas itu, tergerak untuk dia melakukan atau dia sendiri yang punya niat melakukan kriminal tersebut." Beberapa jam sebelum penangkapan ini, BBC menemui orang tua korban di tempat tinggal mereka di kawasan Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Mereka menceritakan bagaimana mengenal dan telah tertipu oleh pelaku. Tunggal, 48 tahun, nampak tak bisa melepas pandangan dari layar ponselnya sambil membenarkan letak kacamatanya yang melorot. "Masih nunggu kalau-kalau ada kabar terbaru,” katanya saat ditemui BBC News Indonesia di salah satu barisan kios pinggir rel kereta api di kawasan Gunung Sahari, Jakarta Pusat, Senin (2/1/2023). Hari itu sudah hampir sebulan setelah putrinya Malika Anatasia diculik pria yang mengenalkan diri sebagai Yudi. Tunggal mengenal Yudi enam bulan lalu. Ia kerap hilir mudik lewat kios dengan gerobak berisi barang bekas. "Dia sering lewat. Pas saya jaga malam di kios-kios ini, saya tegur dong. Dia suka tidur di ujung kios. "Tiga hari atau dua hari sekali setelah nimbang barang [bekas] dia selalu mampir kemari. Ngopi, ngobrol, ngerokok. Dan, selalu bawa mainan-mainan untuk anak-anak,“ kata Tunggal. Selain itu, kata Tunggal, anak-anaknya juga sering dibawa ke daerah seberang rel kereta untuk membeli jajanan. "Setiap datang, bawa anak-anak untuk jajan. Kadang bawa makanan dari tempat mana ditaruh ke sini,” katanya. Tingkah laku Yudi yang berulang-ulang ini kemudian membuat keluarga Tunggal teperdaya. Sampai Malika tak kunjung pulang lagi setelah Yudi pamit dengan alasan mau dibelikan jajanan. Video penculikan Malika sempat viral di media sosial pada awal Desember, saat seorang pria berpakaian hitam dengan topi membawa bocah kecil itu naik bajaj di Jalan Gunung Sahari 7A. (Red)