Presiden Korsel Marah Polisi Lalai Akibatkan Tragedi Itaewon

Presiden Korsel Marah Polisi Lalai Akibatkan Tragedi Itaewon
Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol mengamuk usai mengetahui polisi lalai menangani laporan soal tragedi pesta Halloween Itaewon. Kepolisian disebut tidak segera mengambil tindakan saat menerima 11 laporan tingkat bahaya kerumunan dalam festival Halloween di distrik Itaewon pada akhir pekan lalu. Salah satu staf presiden Korsel mengatakan pada Selasa (1/11/2022) malam, Prediden Yoon menerima laporan panggilan ke hotline polisi saat kejadian. Ia kemudian meminta penyelidikan secara menyeluruh. "[Mereka yang bertanggung jawab] ditangani secara ketat sesuai hukum dan prinsip," kata pejabat itu kepada Yonhap, Rabu (2/11). Terpisah Badan Kepolisian Nasional mengungkapkan isi 11 panggilan darurat yang muncul sekitar empat jam sebelum bencana itu. Dalam transkrip panggilan itu, banyak penelepon mengatakan merasa seperti akan "jatuh hingga mati." Kepala polisi nasional Korsel Yoon Hee-keun kemudian meminta maaf atas tanggapan polisi yang tidak cukup memadai. Ia menjanjikan pemeriksaan internal usai tragedi tersebut. Saat meminta maaf, Yoon bahkan membungkukkan badan di hadapan publik. Serangkaian permintaan maaf juga muncul dari Menteri Dalam Negeri Lee Sang Min, Kepala Daerah Yongsan, dan Walikota Seoul Oh Se-Hoon. Ramai-ramai pejabat minta maaf ini muncul usai presiden menerima laporan soal panggilan darurat. Namun, salah seorang pejabat menilai dua hal ini tak berkaitan. "Tidak ada hubungan langsung antara perintah Presiden Yoon dan permintaan maaf dari berbagai pejabat," kata seorang pejabat kepresidenan. Ia kemudian berkata, "Inspeksi dan investigasi internal polisi juga tidak dalam lingkup komando kantor kepresidenan." Korea Selatan tengah berduka usai 156 orang meninggal dalam tragedi Itaewon ramai memadati jalan yang menanjak. Kemudian ada orang yang jatuh dan menimpa massa di bawah. Orang-orang kemudian panik dan para pengunjung saling injak. Petugas berusaha keras menarik orang-orang keluar dari kerumunan. Namun, puluhan orang sudah terkapar dan mengalami henti jantung. Hingga kini penyebab insiden tersebut belum diketahui. Pihak berwenang masih melakukan penyelidikan. Berbagai macam spekulasi muncul menyoal festival mematikan itu. Korsel juga panen kritik karena tak memiliki manajemen risiko penanganan terhadap kerumunan massa, terutama saat halloween berlangsung usai pandemi Covid-19. Mayoritas Korban Tewas Perempuan Korban tewas dalam tragedi Halloween di distrik Itaewon, Korea Selatan, mencapai 156 jiwa per Selasa (1/11/2022). Dari angka itu 100 di antaranya merupakan perempuan. Mengapa jumlah korban lebih banyak perempuan? Kesenjangan gender yang signifikan membuat banyak orang bertanya-tanya kecelakaan itu lebih banyak korban perempuan daripada laki-laki. Rasio gender di kerumunan Halloween saat data kematian ini muncul masih belum jelas. Namun, sejumlah ahli medis mengatakan mereka dengan kerangka tubuh yang lebih kecil dan kekuatan fisik yang lebih rentan terhadap cedera di situasi kerumunan besar. Mereka yang secara fisik lebih lemah dianggap bisa menjadi korban saat orang terperangkap dalam kerumunan. Di situasi ini orang membutuhkan oksigen, dan untuk bisa bernapas perlu gerakan konstan dari otot pernapasan serta diafragma. "Kekuatan untuk melawan tekanan bagi perempuan umumnya lebih lemah daripada laki-laki, bersama dengan kemampuan untuk diresusitasi, jadi mungkin itu sebabnya ada lebih banyak korban perempuan," kata profesor pencegahan kebakaran dan bencana di Universitas Soongsil Cyber, Park Jae Sung, seperti dikutip Korea Herald. Orang secara naluriah menyilangkan tangan mereka untuk membuat ruang bernapas saat daerah dada mereka di bawah tekanan, demikian menurut Profesor di Asan Medical Center, Kim Won-young. Tindakan tersebut akan lebih sulit dilakukan bagi orang yang lebih lemah di tengah keramaian. Sementara itu profesor ilmu kerumunan dari University of Suffolk di Inggris selatan, G. Keith Still, mengatakan umumnya perempuan memiliki kerangka lebih kecil daripada laki-laki. Namun, para perempuan ini memiliki massa tubuh lebih banyak di dada bagian atas. "Jika ada tekanan di sana, ada lebih banyak massa yang mendorong ke dalam, lebih merugikan bagi perempuan," ungkap Still. Ia juga menggarisbawahi laki-laki yang memiliki kekuatan tubuh bagian atas yang lebih besar akan bisa keluar dari situasi semacam itu. (CNNIndonesia/Red)