Pahlawan Anti Korupsi yang Usut Kasus Presiden Jadi Capres

Pahlawan Anti Korupsi yang Usut Kasus Presiden Jadi Capres
Korea Selatan (Korsel) menggelar pemilihan presiden (pilpres) pada Rabu (9/3/2022). Dalam pilpres ini, dua calon presiden akan bertarung, yaitu sosok yang disebut-sebut sebagai "Bernie Sanders" dari Korea dan politikus anti-korupsi. Dari kubu konservatif, ada Yoon Suk-yeol sosok yang dikenal sebagai pahlawan anti-korupsi. Yoon Suk-yeol, tokoh anti-korupsi yang menyelidiki mantan Presiden Korsel dalam kasus dugaan korupsinya. Sebagai lawan tandingnya di pilpres Korsel tersebut adalah tokoh dari partai penguasa, Lee Jae-myung, tenar sebagai politikus yang membela kalangan kecil, layaknya Bernie Sanders di AS. Kedua tokoh ini bertarung memperebutkan dukungan warga yang tengah menyoroti sejumlah permasalahan besar, seperti pemulihan pasca-pandemi Covid-19, kenaikan harga rumah, hingga ancaman rudal Korea Utara. Berikut profil kedua capres Korsrl: Lee Jae-myung Sebagai kandidat dari kubu berkuasa, Partai Demokratik, Lee terus menggaungkan semangat agar Korsel maju. Sebagai politikus pembela kalangan bawah, ia disebut-sebut sebagai Bernie Sanders dari Korea. Sebagaimana dilansir Korea Herald, Lee merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara. Ia lahir di keluarga petani miskin di Andong, Provinsi Gyeongsang Utara, pada 1964. Setelah lulus sekolah dasar di usia 12 tahun, ia pindah ke Seongnam, Provinsi Gyeonggi, dan bekerja di salah satu pabrik di daerah itu. Keluarganya tak mampu menyekolahkan Lee sehingga ia harus menghabiskan waktu enam tahun sebagai pekerja pabrik. Setelah itu, ia mengambil tes GED untuk mendapatkan diploma SMP dan SMA. Pada 1982, Lee masuk Universitas Chung-Ang dan mengambil jurusan Ilmu Hukum. Ia masuk universitas itu dengan beasiswa. Setelah lulus, Lee bekerja sebagai pengacara yang berfokus pada isu-isu HAM. Ia terjun ke dunia politik pada Agustus 2005 dengan bergabung ke Partai Uri. Partai itu sempat mengusung Lee menjadi calon Wali Kota Seongnam pada 2006, tapi gagal. Setelah kembali gagal di percobaan kedua, Lee akhirnya terpilih menjadi Wali Kota Seongnam pada 2010, dan berhasil mempertahankan jabatannya di periode selanjutnya selama empat tahun. Kini, Lee maju sebagai calon presiden dengan beberapa janji politik, salah satunya tetap mempererat hubungan Korsel dengan China dan AS. Reuters melaporkan, Lee menganggap bahwa menjalin hubungan baik dengan China tak membuat aliansi Korsel dengan AS lemah, tetapi malah lebih komprehensif. Berkaitan dengan Korut, Lee berjanji akan mengirim utusan khusus ke AS, China, Jepang, dan Korut untuk melakukan upaya diplomasi. Di bidang ekonomi, Lee berjanji akan memasok lebih dari tiga juta rumah baru dalam lima tahun ke depan. Sebanyak 30 persen rumah tersebut akan difokuskan untuk generasi muda. Untuk mengatasi pandemi Covid-19, Lee berencana memberikan uang tunai kepada semua orang demi meringankan dampak ekonomi. Ia juga berencana mendukung bisnis kecil yang kesulitan akibat pandemi ini. Ia juga akan mencabut pembatasan Covid-19 yang mencekik bisnis di Korsel. Lee juga berjanji membekukan biaya utilitas publik sampai pandemi berakhir. Yoon Suk-yeol Dari kubu oposisi, ada Yoon Suk-yeol, tokoh anti-korupsi yang sempat menjabat sebagai jaksa agung di pemerintahan Presiden Moon Jae-in. Dalam kampanyenya, Yoon sempat mengkritik beberapa kegagalan Moon. Ia menyoroti ketidakmampuan pemerintah untuk mencegah kenaikan kasus Covid-19 lebih dari 250 ribu, juga harga properti yang terus meningkat. The Straits Times melansir, Yoon memang dikenal sebagai sosok yang vokal sejak dulu. Ia lahir di lingkungan keluarga terpelajar, dengan kedua orang tuanya merupakan profesor di universitas. Ia menempuh pendidikan hukum di salah satu universitas top Korsel, Universitas Nasional Seoul. Setelah lulus, ia menjadi jaksa pada 1994. Namanya melambung pada 2016, ketika ia menjadi ketua penyelidik kasus korupsi dan penyelewengan jabatan yang dilakukan mantan Presiden Park Geun-hye. Reuters, kini Yoon memiliki beberapa janji kampanye di sektor ekonomi dan militer. Di bidang ekonomi, Yoon berencana lebih mendukung pembukaan lapangan kerja dari sektor swasta ketimbang pemerintah. Ia juga mengatakan akan mengurangi birokrasi perusahaan dan melakukan deregulasi industri aset virtual. Selain itu, Yoon berjanji akan membuat setidaknya 2,5 juta rumah dalam lima tahun ke depan. Sebanyak 500 ribu rumah akan dibangun di Ibu Kota Korsel, Seoul. Di bidang militer, Yoon akan terus memperkuat hubungan dengan Amerika Serikat. Ia juga berpendapat bahwa serangan preventif merupakan satu-satunya cara menangkal rudal hipersonik Korut yang dipersiapkan untuk perang. Meski demikian, kubu Yoon menyatakan bakal mencari cara untuk berdialog dengan Korut, pun merancang kesepakatan yang membawa manfaat signifikan bila Pyongyang benar-benar melakukan denuklirisasi.(CNNIndonesia/Red)