Hendropriyono Sebut Intelejen Barat Bego-bego Nggak Ada yang Istimewa

Hendropriyono Sebut Intelejen Barat Bego-bego Nggak Ada yang Istimewa
Jakarta, obsessionnews.com - Kemampuan Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono di dunia intelijen tidak perlu diragukan lagi. Selama menggeluti dunia intelijen, Hendropriyono mengenal banyak agen intelijen dari berbagai negara baik negara-negara Asia maupun negara barat. Tokoh militer yang sudah malang melintang di Korps Baret Merah Kopassus ini mengungkapkan, dalam dunia nyata, tidak ada yang istimewa dengan agen intelijen dari negara-negara barat tersebut. Baca juga: Internal PKPI Kembali Bergejolak Pasca Hendropriyono Mundur Pria yang akrab disapa Hendro ini berpendapat, selama ini intelijen dipengaruhi oleh film saja. Sehingga dia sempat mengagumi intelijen dari negara-negara lain. Setelah dia menjabat Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) di Indonesia dan berkoordinasi dengan intelijen negara-negara luar, ternyata tidak ada yang istimewa. "Setelah saya menjadi Kepala BIN di Indonesia dan berkoordinasi dengan intelijen negara-negara luar, negara-negara barat adikuasa, ternyata mereka bego-bego juga gitu. Enggak ada kelebihannya. Kita berpikir kadang aneh-aneh aja," ujar Hendro di acara Podcast Deddy Corbuzier yang diunggah Rabu (17/11/2021). Baca juga: Andika Perkasa Menantu Hendropriyono yang Kariernya Melejit Mertua Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa ini juga menjelaskan, ada dua metode dalam intelijen yakni, metode gelap atau hitam dan metode terang. Untuk metode gelap, seorang intel menyamar untuk mendapatkan informasi yang dia butuhkan. Bahkan intel ini bisa menjadi apapun yang diperlukan, termasuk menjadi orang gila sekali pun seperti tentara Jepang yang makan kotorannya sendiri saat akan merebut Lapangan Terbang Kemayoran dari Belanda pada 1942 silam. Saat itu, tentara Belanda menganggapnya orang tersebut gila. "Ternyata orang yang dianggap gila itu pangkatnya kapten. Dia merebut lapangan terbang itu dalam waktu cuma waktu 1 jam. Jadi begitu datang, direbut semua, Belanda nyerah karena dianggap gila," ujarnya. Baca juga: Sudah Sehat, Hendropriyono Siap Kawal Pemerintahan Jokowi Sedangkan metode terbuka adalah cara seorang intel mencari informasi secara terang-terangan seperti halnya para duta besar (Dubes) di sebuah negara. Duta besar itu diperlukan di tiap negara, untuk mencari informasi dari negara yang dia sambangi untuk kepentingan negaranya. Informasi tersebut tidak hanya untuk keperluan militer tapi bisa juga ekonomi negaranya. "Setiap diplomat-diplomat itu intelijen karena negara berkompetisi dengan satu sama lain. Yang penting itu national interest-nya apa. Jadi setiap negara butuh intelijen seperti pancaindra," kata Profesor di bidang Ilmu Filsafat Intelijen ini. (Poy)