Syarief Hasan Mengaku Beruntung Dibimbing SBY

Jakarta, obsessionnews.com - Ratusan orang yang terdiri dari dosen, mahasiswa, pelajar, dan politisi mengikuti acara ‘Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat’, Kamis (25/2/2021). Acara yang berlangsung di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, itu membedah buku biografi Wakil Ketua MPR Syarief Hasan yang berjudul Nakhoda Menatap Laut. Baca juga:Syarief Hasan Sebut Nama-nama yang Terlibat dalam Isu Kudeta AHYSyarief Hasan: Ada Misteri di Balik Judul Buku “Nakhoda Menatap Laut”Syarief Hasan Dorong Milenial Jadi Entrepreneur Selain civitas akademika dan politisi, hadir dalam acara tersebut adalah Syarief Hasan, Kabiro Humas Setjen MPR Siti Fauziah, dan pembedah buku yakni Dosen Universitas Putra Indonesia Denny Aditya Dwiwarman. Di hadapan peserta Syarief Hasan mengatakan buku yang berjudul Nakhoda Menatap Laut menceritakan kisah seorang anak dari daerah yang pada saat itu terpencil dan terpelosok di Pulau Sulawesi. Untuk menuju ke daerah tersebut, pada tahun 1940-an, menurut politisi Partai Demokrat itu sangat sulit. Bila ditempuh melalui perjalanan darat dibutuhkan waktu kurang lebih selama 20 jam. Jalan yang biasa ditempuh oleh Syarief ketika pada masa itu, saat kecil, adalah melalui laut. Ia mengatakan transportasi laut yang ada saat itu bukan kapal penumpang namun kapal barang. “Adanya kapal barang pun seminggu sekali”, tuturnya. Halaman selanjutnya Dikutip obsessionnews.com dari situs mpr.go.id, Jumat (26/2), Menteri Koperasi dan UMKM di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang (SBY) dalam acara bedah bedah buku itu menggambarkan susah dan sulitnya menuju daerah yang disebutnya Kota Palopo. “Pada masa lalu beda dengan saat ini”, ungkapnya. “Pada masa itu radio saja barang mewah apalagi televisi”, tambahnya. Tidak hanya sulit untuk menuju ke Palopo pada masa dirinya bocah. Ketika itu di Sulawesi Selatan juga terjadi pemberontakan DI/TII. Peristiwa yang terjadi mengingatkan bagaimana ketika tentara dari Jawa (TNI) dan pasukan DI/TII bertempur. Ia menceritakan menjelang maghrib seluruh penduduk yang ada di sana harus berada di rumah. Tak hanya itu, penduduk yang ada di sana juga membuat ‘bunker’ di bawah rumah panggung. ‘Bunker-bunker’ yang ada digunakan penduduk untuk berlindung bila terjadi pertempuran antara TNI dan pasukan DI/TII. “Kami berlindung di bunker untuk menghindari peluru nyasar”, tuturnya. Pertempuran yang sering terjadi, menurut Syarief, membuat masyarakat ingat mana suara tembakan yang diluncurkan TNI dan mana tembakan yang dimuntahkan oleh pasukan DI/TII. Halaman selanjutnyaBercita-cita Tinggi Sulitnya kehidupan pada masa itu membuat Syarief kecil mempunyai cita-cita tinggi agar bisa hidup lebih baik. Untuk itu dirinya pergi ke Makassar guna menempuh pendidikan. Di Makassar ia tinggal bersama saudaranya. “Saat ini bila mahasiswa ingin kuliah di kota lain bisa kos”, tuturnya. Namun pada masa lalu, menurutnya, bila ada anak yang ingin sekolah di kota lain maka ia harus mencari saudaranya untuk menumpang hidup. “Sebagai gantinya, anak yang menumpang hidup pada saudaranya, ia harus bisa memberi kontribusi atau membantu saudaranya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari”, paparnya. “Saya pun juga demikian”, ungkapnya. Saat sekolah di Makassar, Syarief termotivasi pada dosen-dosennya yang terbilang sukses dalam kehidupan, seperti habis menempuh pendidikan di luar negeri dan memiliki mobil. “Hal-hal itulah yang memotivasi saya”, ungkapnya. Sejak SD ia mempunyai prinsip harus menguasai sesuatu yang tidak dikuasai oleh orang lain. Halaman selanjutnyaBeruntung Dibimbing SBY Dalam perjalanan selanjutnya Syarief masuk Partai Demokrat. Di partai ini, Syarief Hasan dengan terus terang mengakui bila dirinya dibimbing dan dibina oleh SBY. “Saya bisa beruntung dibimbing dan dibina oleh Bapak SBY”, ujarnya. Berkat bimbingan dan binaan dari SBY, lanjutnya, Syarief bisa menjadi menteri, anggota DPR empat kali, dan Wakil Ketua MPR seperti saat ini. Syarief menilai SBY adalah presiden yang memiliki banyak kemampuan. “Ia adalah seorang jenderal, akademisi, seniman, dan juga seorang inspirator”, ungkapnya. Syarief berharap buku yang ditulis selama 5 sampai 6 tahun itu bisa menjadi bacaan bagi masyarakat luas di samping bacaan-bacaan yang lainnya. Ia menulis buku itu setelah menjalani hidup dan takdir. Ia berpikir bagaimana kisah hidupnya itu ditulis untuk menjadi kenang-kenangan dan inspirasi bagi generasi milenial. “Tantangan hidup yang saya alami luar biasa dan sulit diprediksi”, ucapnya. Halaman selanjutnyaMemberi Inspirasi dan Motivasi Siti Fauziah dalam sambutan mengatakan, acara ‘Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat’ yang digelar oleh Perpustakaan MPR digelar sejak tahun 2017. “Sudah banyak buku yang dibahas dalam acara itu”, ujarnya. “Allhamdulillah hari ini kita membedah buku yang berjudul ‘Nakhoda Menatap Laut’”, tambahnya. Ia mengakui buku yang dibagi kepada peserta itu banyak memberi inspirasi dan motivasi. “Dengan acara ini kita bisa mendapat motiviasi dan inspirasi”, ujarnya. Ia mengatakan kepada peserta, bahwa Perpustakaan MPR terbuka bagi dosen, mahasiswa, pelajar, dan masyarakat umum. “Kami mengundang semua untuk datang ke Perpustakaan MPR. Di perpustakaan MPR disebut banyak buku-buku kajian MPR. Cocok untuk studi bagi mahasiswa terutama fakultas hukum”, paparnya. Siti bersyukur acara ‘Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat’ bisa berlangsung di tengah masa pandemic Covd-19. Meski demikian dikatakan acara yang ada menerapkan protokol kesehatan yang ketat. (red/arh)