Pembunuhan Wartawan, Menteri Saudi Dicopot!

Pembunuhan Wartawan, Menteri Saudi Dicopot!
Setelah kasus pembunuhan wartawan Arab Saudi disorot oleh dunia internasional, akhirnya Menteri Luar Negeri Adel al-Jubeir dicopot dari jabatannya dalam perombakan kabinet yang dilakukan oleh pemimpin negara, Raja Salman. Seperti dilansir bbc.com, Jumat (28/12/2018), Jubeir diturunkan jabatannya menjadi menteri negara untuk urusan luar negeri -satu tingkat di bawah menteri luar negeri. Sementara jabatannya semula akan diisi oleh Ibrahim al-Assaf. Pembunuhan wartawan, Jamal Khashoggi, di Konsulat Saudi, Istanbul, membuat Arab Saudi jadi sasaran kecaman dunia. Khashoggi adalah seorang yang kritis terhadap keluarga kerajaan Arab Saudi. Artikel-artikelnya yang ditayangkan media Washington Post sangat kritis terhadap putra mahkota Pangeran Mohammed bin Salman, pemimpin de facto Arab Saudi, Mulanya, pemerintah Arab Saudi mengaku tidak tau apa-apa tentang Khashoggi setelah ia hilang pada 3 Oktober. Namun, kejaksaan Saudi akhirnya -setelah beberapa kali berubah sikap, menyebut kasus itu sebagai pembunuhan berencana. Riyadh membantah bahwa keluarga kerajaan terlibat dalam kasus itu dan menyebut pelaku adalah sejumlah 'agen jahat'. Jubeir adalah tokoh vital yang mewakili keluarga kerajaan dalam kasus ini. Pernah ia mengatakan bahwa media barat 'histeris' dalam pemberitaan mereka terkait kasus ini. Hampir tiga bulan berlalu sejak peristiwa pembunuhan Jamal Khashoggi di dalam Konsulat Arab Saudi di Istanbul. Meskipun nampaknya tidak mungkin Adel al-Jubeir, menteri luar negeri kala itu, tahu mengenai rencana pembunuhan itu, konsulat adalah tanggung jawabnya dan peristiwa kejahatan itu berlangsung di lembaga yang di bawah pengawasannya. Kini Adel al-Jubeir masih mendapat jabatan sebagai menteri negara - degradasi jabatan satu tingkat. Posisinya diisi oleh Ibrahim al-Assaf, yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya berkutat di masalah keuangan. Dibandingkan Jubeir, pengalaman diplomasi internasionalnya sangat terbatas. Jubeir adalah seorang juru bicara yang mumpuni untuk mewakili pemerintah Arab Saudi di mata dunia. Dia adalah pejabat senior Saudi yang pertama kali mengakui bahwa Khashoggi telah dibunuh oleh apa yang disebutnya sebagai 'elemen jahat' pada sistem keamanan Saudi. Perubahan yang terjadi di kabinet saat ini terlihat sebagai bagian perombakan sistem keamanan dan komunitas intelijen setelah skandal pembunuhan Khashoggi terjadi. Sebelumnya, Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman sempat mengatakan kepada para pejabat AS bahwa wartawan Jamal Khashoggi yang dibunuh itu adalah seorang Islamis yang berbahaya. Hal itu dilaporkan berbagai media di Amerika Serikat. Dalam percakapan telepon dengan penasihat dan sekaligus menantu Donald Trump, Jared Kushner, serta penasihat keamanan John Bolton, sang putra mahkota mengatakan bahwa Khashoggi adalah seorang anggota Ihwanul Muslimin, lapor Washington Post. Ihwanul Muslimin dianggap sebagai organisasi berhaluan garis keras yang terlarang. Menurut laporan berbagai media, Pangeran Mohammed menegaskan hal itu berulang-ulang dalam percakapan telepon dengan Gedung Putih sesudah Khashoggi dilaporkan hilang, namun sebelum Saudi Arabia mengakui agen-agen mereka telah membunuhnya. Percakapan telepon itu dilaporkan berlangsung pada 9 Oktober, sepekan setelah Khashoggi lenyap. Pangeran Mohammed dilaporkan juga mendesak Gedung Putih untuk menjaga hubungan persekutuan AS-Saudi. Namun, Arab Saudi membantah laporan yang dimuat Washington Post dan New York Times tersebut. https://www.youtube.com/watch?v=uJ44spUo8Uk Jamal Khashoggi, seorang wartawan Saudi yang dikenal kritis terhadap penguasa kerajaan di negerinya, bermukim di Amerika Serikat dan sering menulis untuk Washington Post. Jasadnya belum ditemukan namun Arab Saudi sendiri sudah mengakui bahwa ia dibunuh di Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober, saat ia datang untuk mengurus surat perceraian dengan isterinya agar bisa menikah lagi dengan tunangannya sekarang seorang perempuan Turki. Saat itu, Arab Saudi menyangkal adanya keterlibatan anggota keluarga kerajaan. Pekan lalu, Pangeran Mohammed mengatakan bahwa kematian Khashoggi merupakan 'kejahatan yang menyakiti seluruh warga Saudi'. Sejak peristiwa hilangnya Khashoggi mengemuka, Kerajaan Arab Saudi merilis komentar yang berubah-ubah. Pada 3 Oktober, seorang pejabat Saudi berkeras bahwa Khashoggi telah meninggalkan Konsulat tidak lama setelah mendapatkan dokumen. https://www.youtube.com/watch?v=41wj-5YKzkQ Sebelumnya pula, adik Putra Mahkota Mohammed bin Salman dan duta besar Saudi untuk AS, Pangeran Khaled bin Salman, menerbitkan surat terbuka pada 8 Oktober, yang menyebut bahwa laporan tentang kematian Khashoggi adalah 'sepenuhnya palsu dan tidak berdasar". Pada 20 Oktober, pemerintah Saudi mengeluarkan siaran pers menyusul dilakukannya suatu 'investigasi awal' oleh dinas penuntut umum Saudi. Dikatakan penyelidikan mereka 'mengungkapkan bahwa terjadi diskusi antara (Khashoggi) dan orang-orang yang bertemu dengannya ... di konsulat Saudi di Istanbul yang berujung pada perkelahian dan adu jotos". Hal itulah, menurut mereka, yang menyebabkan kematian Khashoggi. Pada 21 Oktober, dalam wawancara dengan Fox News, Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir untuk pertama kalinya menggunakan istilah 'pembunuhan' dalam menyebut kematian Khashoggi. "Orang-orang yang melakukan ini, melakukannya di luar lingkup kewenangan mereka," katanya. "Bahkan para pemimpin tinggi dinas intelijen kami tidak menyadari kejadian ini," tambahnya. Ia menyebutnya sebagai 'operasi liar'. (Red)