Jumat, 26 April 24

Rayakan Hardiknas, Pelajar Semarang Bikin Malam Romantis

Rayakan Hardiknas, Pelajar Semarang Bikin Malam Romantis
* Pelajar menggunakan seragam SMA dalam perayaan acara agar menarik perhatian massa. (Yusuf/ON)

Semarang, Obsessionnews – Tugu Muda, Kota Semarang, terasa berbeda pada Sabtu malam (3/5). Seratusan orang yang tergabung Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Diponegoro (BEM Undip) dan Forum Komunikasi OSIS (Forkosis) se-Kota Semarang menggelar Hari Peringatan Pendidikan Nasional (Hardiknas) dengan konsep “Malam Romantis Pelajar untuk Kota Lumpia.”

Acara dimulai pada pukul 18.30 WIB dengan diisi musikalisasi puisi, bernyanyi bersama serta penandatanganan spanduk sebagai dukungan terhadap pendidikan di Indonesia. Kemeriahan begitu terasa hingga kegiatan berakhir.

Koordinator acara, Rizki Hairul Imam menerangkan momentum Hardiknas seharusnya dijadikan refleksi pengelolaan pendidikan di negeri ini. Menurutnya salah satu cita-cita pendidikan di Indonesia tercantum dalam alinea ke 4 UUD 1945, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

“Pendidikan merupakan hak warga negara yang dilindungi oleh konstitusi, bahkan dalam amanat konstitusi menegaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN,” katanya.

Dengan berkaca pada fakta diatas, Rizki menilai kenyataanya pendidikan jauh dari ideal. Anggaran pendidikan yang diberika APBN belum dapat berjalan optimal. “Dapat dilihat masih banyak gedung sekolah yang tidak layak untuk belajar, anak-anak juga masih banyak yang susah mencari akses pendidikan, dan masih banyak anak-anak yang karena ketiadaan biaya menjadi putus sekolah,” tutur Rizki sambil sesekali bernyanyi.

Penandatanganan spanduk sebagai bentuk dukungan dan renungan pendidikan yang ada saat ini. (Yusuf/ON)
Penandatanganan spanduk sebagai bentuk dukungan dan renungan pendidikan yang ada saat ini. (Yusuf/ON)

Belum lagi melihat realita kurikulum yang terus bermasalah. Selain itu, ia menyayangkan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tidak lagi menjadi penentu kelulusan. “Integritas pelaksanaan UN juga masih rendah, setiap tahun selalu ada kebocoran soal UN, padahal UN saat ini masih digunakan untuk rujukan PTN (Perguruan Tinggi Negeri), beberapa percobaan CBT di beberapa sekolah juga belum optimal. Pendidikan kalau demikian mau bagaimana lagi,” kritiknya.

Salah seorang pengunjung, Siswanto mengaku, sangat bangga dengan diadakanya acara tersebut. Selain menghibur, peringatan Hardiknas dirasa cukup kreatif. “Saya rasa ini kreatif, apalagi mereka mengajak pengunjung untuk berinteraksi diajak foto, mereka menanyakan ke pengunjung, makna pendidikan yang dirasakan saat ini,” kata mahasiswa Universitas Pandanaran tersebut.

Menurutnya, pendidikan saat ini jauh dari kata ideal dan lebih banyak dirasakan oleh kaum berduit. “Banyak beasiswa tapi tak menyentuh ke kaum ekonomi kebawah, dan pelaksanaanya beasiswa juga banyak dihambur-hamburkan oleh penerima. Kaum miskin jarang bisa mendapat kesempatan karena syaratnya cukup sulit,”jelasnya.

Acara ditutup dengan sesi foto bersama dan selesai pada pukul 21.30 WIB. (Yusuf IH)

 

diskusi pendidikan

(Ki-Ka) Dwi Andreas Santosa (Agraris- Bahari dan Pendidikan), Don K Marut (Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia di jalan Global), dan Rocky Gerung (Politik Kebudayaan dan Pendidikan Indonesia) berdiskusi mengenai Strategi Kebudayaan dan Pendidikan Indonesia di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Minggu (3/5).  (Foto: Edwin B/Obsessionnews)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.