Kamis, 16 Mei 24

Rapuhnya Intelektual Generasi Perusak Islam

Rapuhnya Intelektual Generasi Perusak Islam

Oleh: Fahmi MS Kartari

Dalam waktu dekat ini diprediksi masih akan ada serangan susulan terhadap segelintir narasumber Indonesia Lawyers Club (ILC) yang pada tanggal 5 Desember 2017 terjebak oleh keterbatasan intelektual setelah sekian lama berlagak intelek sambil bertopeng malaikat berlapis-lapis.

Sesungguhnya saya kecewa dengan beberapa narasumber yang menjadi lawan mainnya Ustadz Felix Siauw dalam acara ILC tersebut yang tergolong parah dari sisi data, argumen, logika, sikap, gestur, atribut dan sekian daftar keparahan yang pastinya sudah banyak dijelaskan di setiap artikel, pendapat dan meme yang beredar luas atas reaksi kejatuhan harga diri politik kelas bawah yang gagal meyakinkan Umat Islam untuk “murtad politik”.

Untuk Ustadz setingkat Felix Siauw yang saya sebut intelektual muda kelas atas karena berhasil membuat takut kubu terkuat di negara ini dengan pembubaran acara kajiannya, dalam diskusi skala nasional ini selayaknya mendapat perlawanan sepadan, gentleman, elegan dan berbobot ilmiah! Tentu kita lebih puas dalam tontonan pertarungan besar (big match) sama kuat ketimbang pertarungan berat sebelah meskipun dapat juga si gurem mengejutkan hasilnya.

Dalam diskusi ILC itu seharusnya menjadi pertarungan ketat merebut opini masyarakat untuk menilai siapa yang lebih rasional apalagi ini menyangkut pembahasan agama secara sosial dan politik yang peran mereka ini sangat diharapkan melemahkan kekuatan massal Umat Islam hingga menentukan kubu tertentu dalam pertarungan politik mendatang.

Pemerintah sudah mendekati keberhasilan dalam mensahkan Perppu No.2 Tahun 2017 yang dianggap sebagai upaya melemahkan Umat Islam dengan hasil pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia yang identik dengan Ustadz Felix Siauw. Andai saja kompetensinya layak, maka segelintir ini akan memanfaatkan kesempatan untuk meyakinkan publik dalam menempatkan Umat Islam di posisi yang lemah. Nyatanya keirasionalan itu lebih tampak ketika dihadap-hadapkan dengan rasionalitas!

Satu-satunya cara untuk memenangkan keirasionalan adalah menggelar diskusi dengan sesamanya, biasanya mereka melakukan ini sebagai propaganda tak teruji dan diakali untuk tidak disangkal! Tapi toh dengan keterlanjuran hasil akhir di ILC, publik harus terbiasa menagih dan menantang agar mereka melupakan cara-cara pecundang untuk berani adu rasional dan intelektual!

Jika tidak ada generasi baru yang layak, tidak apa-apa juga jika para dedengkot perusak Islam yang sudah hidup nyaman dengan gelar akademisnya yang mentereng untuk turun gunung dan masih lebih layak dijadikan lawan sepadan bagi Ustadz Felix Siauw dibandingkan segelintir yang parah ini.

Ada apa dengan generasi penerus perusak Islam ini? Kenapa segelintir ini yang digunakan untuk merusak Islam? Regenerasi yang gagal? Ataukah ini yang terbaik diantara yang terlalu sibuk untuk menyinyir Umat Islam hingga lupa menambah wawasan dengan data dan referensi? Padahal juga diantaranya sudah saling menyanjung dengan kubu kekuatan tertentu, yang diundang untuk makan bersama di meja yang panjang. Masak sudah diperlakukan se-eksklusif itu bisa sedemikian konyolnya?

Berharap dalam diskusi selanjutnya, pihak lawan Umat Islam lebih mengajukan sosok yang lebih dapat diharapkan dari sekadar nyinyir, karena jika serampangan, jatuhnya jadi sangat-sangat memalukan dan bukannya memurtadkan secara politik tapi malah memualafkan pendukungnya sendiri atau menimbulkan antipati yang merembet pada pemerintah secara luas!

Segera lakukan evaluasi dan “reshuffle” terhadap agen perusak Islam yang rendah mutunya! Bukan hanya akibatnya dapat menempatkan kubu politik tertentu dalam posisi bahaya tapi juga intelektual Muslim yang bermental ksatria, hanya butuh lawan yang sepadan! (***)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.