Jumat, 26 April 24

“Pesta Para Pencuri” Program Indonesia Kita 2017 Lintas Benua, Silang Budaya

“Pesta Para Pencuri” Program Indonesia Kita 2017 Lintas Benua, Silang Budaya

Press Release

Ketika Indonesia hari ini dipenuhi berbagai persoalan, maka merawat semangat ke-Indonesia-an menjadi sesuatu yang harus secara terus-menerus diupayakan. Dan pentas-pentas Indonesia Kita merupakan ikhtiar itu, melalui jalan berkesenian. Pada pentas ke 24 ini, Indonesia Kita mencoba merefleksikan semangat yang tumbuh di dalam dunia teater Indonesia melalui lakon “Pesta Para Pencuri”.

Lintas Benua, Silang Budaya. Demikian pergaulan dunia tumbuh dan berkembang. Ada kesadaran untuk menerima dan mencoba hal-hal baru dari pelbagai penjuru. Tak hanya di bidang teknologi, dunia teater di Indonesia juga tak lepas dari kesadaran ini. Dengan sadar dan terbuka, dunia teater mengolah bermacam nilai estetika pada panggung, teknik pencahayaan, kostum, serta beragam naskah lakon yang dimainkan para aktor. Di berbagai pentas teater di tanah air, kisah-kisah tradisi berjalan beriringan dengan lakon-lakon yang datang dari Barat. Pergaulan yang melintas benua dan menyilang budaya, telah memberikan inspirasi dan semangat bagi teater di Indonesia untuk mengolah cipta dan kreasi.

Melalui lakon “Pesta Para Pencuri”, pentas Indonesia Kita berupaya mempertemukan beragam kecendrungan estetika dalam satu panggung. Selaku penulis naskah dan sutradara, Agus Noor mengatakan, “meski mengambil plot dan adegan atas cerita-cerita karya Arifin C. Noer, WS. Rendra, Voltaire sampai Jean Marie Lucien Pierre Anouilh, lakon Pesta Para Pencuri tentu tidak menghilangkan apa yang menjadi ciri khas pentas Indonesia Kita”.

 

Lakon Pesta Para Pencuri

 

Lakon dimulai dengan kejadian Nyonya Nyai Salma marah besar karena ada yang mencuri barang wasiat miliknya yang paling berharga. Situasi memang sudah tidak nyaman lagi karena banyak pencuri berkeliaran. Para pencuri itu dengan pintar dan lihai menyamar menjadi apa saja, sehingga sulit dikenali. Ada dua pencuri yang telah dikenal sebagai “pencuri yang baik hati dan suka menolong rakyat”, keduanya merasa terganggu karena nama baiknya dicemarkan oleh berbagai cara pencurian yang disebutnya tidak bertanggungjawab dan tidak menjunjung tinggi martabat pencuri. Sementara gerombolan pencuri lainnya ingin membuktikan bahwa mereka adalah pencuri yang bisa dipercaya.

 

Tetapi Nyonya Nyai Salma mencurigai bahwa situasi yang penuh kecurigaan ini sengaja dikondisikan oleh penjaga keamanan wilayah. Penjaga keamanan wilayah adalah dua orang yang dikenal sebagai pencuri yang telah sadar. Kecurigaan Nyonya Nyai Salma: ketika keadaan menjadi tertib dan baik, dua petugas keamanan itu seperti kehilangan peran, karenanya dengan sengaja membuat situasi menjadi tidak aman, agar peran mereka bisa kembali dibutuhkan.

 

Banyak para pencuri yang menyukai anak Nyai Salma. Mereka memperebutkan cinta anak Nyai Salma. Karena itu para pencuri itu saling mengakali dan menebar berita hoax. Ditengah situasi seperti itu, pembantu kepercayaan Nyai Salma, yakni Mbok Nay mulai mencium gelagat buruk, terutama ketika para pencuri ini berkumpul dan bersepakat untuk melakukan gerakan pencurian besar-besaran.

 

Para pencuri itu mulai saling mencuri. Sampai akhirnya mereka menyadari bahwa diam-diam mereka tengah dicuri oleh seorang Pencuri Agung yang selama ini namanya menjadi legenda dalam dunia para pencuri, tetapi tak mereka kenali siapa gerangan sesungguhnya.

Program Indonesia Kita 2017

Lintas Benua Silang Budaya

Pentas ke                            : 24

Judul Pentas                      : Pesta Para Pencuri

Jadwal                                  : Jumat 21 Juli 2017 Pukul 20.00 WIB

Sabtu 22 Juli 2017 Pukul 14.00 WIB dan

Sabtu 22 Juli 2017 Pukul 20.00 WIB

Venue                                   : Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jl. Cikini Raya 73, Jakarta

Tim Kreatif                        : Butet Kartaredjasa, Agus Noor, Djaduk Ferianto

Naskah & Sutradara       : Agus Noor

Penata Artistik                 : Ong Hari Wahyu

Penata Musik                    : Arie Pekar

Pemusik                              : Jakarta Street Music

Penata Tari                        : Rita Dewi Saleh

Penari                                  : I-Move Project

Pendukung                        : Cak Lontong, Akbar, Happy Salma, Inayah Wahid, Alexandra Gottardo,

Susilo Nugroho, Marwoto, Trio GAM (Gareng, Joned, Wisben), Silir Pujiwati.

 

HTM Pesta Para Pencuri:

PLATINUM Rp. 750.000, VVIP Rp. 500.000, VIP Rp. 300.000 BALKON Rp. 150.000

 

Informasi & Reservasi Tiket

Kayan Production & Communication

0838 9971 5725 / 0856 9342 7788 / 0813 1163 0001

 

 

Sekilas Tentang Indonesia Kita

 

Indonesia Kita mulai menggelar pertunjukan sejak tahun 2011, dan sejak itulah pentas-pentas yang diadakan menjadi “laboratorium kreatif” bagi berbagai seniman, baik lintas bidang, lintas kultural dan lintas generasi. Dari satu pentas ke pentas lainnya, pada akhirnya mengkristal menjadi sebuah ikhtiar untuk semakin memahami bagaimana proses “menjadi Indonesia”.

Sebagai sebuah bangsa, Indonesia adalah sebuah “proses menjadi”, yakni sebuah proses yang terus menerus diupayakan, proses yang tak pernah selesai, untuk mencapai apa yang menjadi cita-cita bersama, yaitu menjadi ‘sebuah bangsa yang berkebudayaan’.

Indonesia Kita telah menjadi sebuah forum seni budaya yang bersifat terbuka, yang mempercayai jalan seni dan kebudayaan sebagai jalan yang sangat penting untuk mendukung ‘proses menjadi Indonesia” itu. Terlebih-lebih ketika Indonesia hari ini seperti rentan dan penuh berbagai persoalan, maka merawat semangat ke-Indonesia-an menjadi sesuatu yang harus secara terus-menerus diupayakan.

Indonesia Kita yang secara berkala dan rutin diselenggarkan, pada akhirnya telah mampu meyakinkan penonton untuk melakukan apa yang seringkali disebut oleh Butet Kartaredjasa, sebagai “ibadah kebudayaan” yakni semangat untuk bersama-sama mendukung dan mengapresiasi karya seni budaya. Pentas-pentas Indonesia Kita mendapat apresiasi yang baik, tanggapan positif, dan mampu menjadi ruang interaksi tidak hanya antara seniman dan masyarakat penonton, melainkan juga antara penonton dan penonton. Sebuah komunitas kultural terbentuk, di mana penonton kemudian menghadiri pentas-pentas Indonesia Kita, sebagai wujud dari “ibadah kebudayaan”.

Jangan Kapok Menjadi Indonesia.

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.