Kamis, 2 Mei 24

Pengendalian Inflasi di Sektor Pertanian

Pengendalian Inflasi di Sektor Pertanian

Press Release

Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto dengan Bank Indonesia (BI) mengadakan Sarasehan Pengendalian Inflasi di Sektor Pertanian Berbasis Teknologi Terintegrasi dan Studi Banding Salibu – Superbodi pada Kamis (3/8/2017), di Sekretariat Kelompok Tani Rukun Tani, Jl. Tani Desa Gandrungmanis Kec. Gandrungmangu, Kab. Cilacap.

Sarasehan guna Peningkatan Indeks Pertanaman (IP) di Lahan Marginal ini dilaksanakan untuk membangun pemahaman bahwa penerapan teknologi mampu meningkatkan produksi, produktivitas dan pendapatan masyarakat sehingga memiliki daya tahan yang lebih terhadap inflasi. Penguasaan teknologi yang diaplikasikan oleh masyarakat setempat pasca-program Pembangunan Pertanian Terpadu antara BI dan Unsoed merupakan bukti keberhasilan adopsi teknologi yang telah dikenalkan pada tahun 2016, sehingga nantinya diharapkan dapat mendukung peningkatan kesejahteraan.

Sepanjang program berjalan tahun 2016, produksi pertanian di Gapoktan Rukun Tani sebagai subjek program pemberdayaan masyarakat ini telah mengalami peningkatan produksi sehingga mampu mendorong peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani secara signifikan. Adapun indikator peningkatan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Peningkatan Indeks Pertanaman. Lahan tadah hujan yang semula hanya dapat ditanami dan hanya berpeluang panen satu kali (IP 100) dapat meningkat menjadi tiga kali paanen (IP 300) melalui penerapan teknologi berupa varietas unggul Inpago Unsoed 1 dan padi protein tinggi Unsoed dipadukan dengan pupuk hayati pada musim tanam pertama dilanjutkan sistem padi salibu pada musim tanam kedua dan penanaman kedelai superbodi pada musim tanam ketiga.

2. Peningkatan Produktivitas. Produktivitas lahan meningkat dari semula 4 – 4,7ton/Ha untuk padi menjadi 8 – 10,5ton/Ha. Produktivitas 6,5ton/Ha pada musim tanam kedua dengan sistem salibu dengan efisiensi biaya produksi sebesar 3,4 juta rupiah per Ha, serta peningkatan produktivitas kedelai dari 0,9 – 1,25ton per Ha menjadi 1,6 – 1,9ton per Ha.

3. Peningkatan Pendapatan Petani. Peningkatan indeks pertanaman dan produktivitas secara langsung berdampak positif terhadap pendapatan dan kesejahteraan petani. Produksi pada musim tanam pertama meningkat lebih dari 100% dari 4,7ton/ha menjadi 10,5 ton/ha. Produksi secara salibu jarwo super pada musim tanam kedua meningkat dari 4,7ton/ha menjadi 6,5ton/ha dengan efisiensi biaya pengadaan benih, persemaian, pengolahan tanah dan pindah tanam (3,4 juta). Jika asumsi harga gabah Rp 3.500,00 per kg untuk gabah kering panen (GKP), maka pendapatan petani pada pada MT 1 per hektarnya meningkat dari Rp 16.450.000,00 menjadi Rp 36.750.000,00 atau sebesar 123,40%, sedangkan pada MT 2 dengan sistem budidaya Padi Salibu, per hektarnya petani memperoleh pendapatan sebesar Rp 22.750.000,00. Jika diasumsikan harga kedelai pada kisaran Rp 6.500,00, maka pada MT 3 dengan budidaya kedelai dengan teknik Superbodi, petani memperoleh peningkatan pendapatan sebesar 52%, dengan pendapatan Rp 12.350.000,00 dari sebelum diaplikasikannya teknik superbodi, yaitu sebesar Rp 8.125.000,00.

Apapun dampak positif dari pelaksanaan program ini adalah sebagai berikut:

1. Peran serta Pemerintah Daerah dalam pengembangan potensi Kelompok Tani Rukun Tani semakin besar. Telah ditandatangani Kesepakatan Bersama antara KPW BI Purwokerto, UNSOED, dan Pemda Kab. Cilacap tentang Pilot Project Program Pengembangan Pertanian Terpadu Desa Gandrungmanis, Kecamatan Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap ditandatangani pada hari Minggu, 26 Juni 2016 dalam rangkaian acara Pembukaan Pasar Murah Kabupaten Cilacap yang dipusatkan di Lapangan Desa Kuripan Kidul Kecamatan Kesugihan Cilacap. Kesungguhan pemerintah daerah tercermin pada musim tanam ketiga tahun 2017 ini Pemda melalui Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Cilacap telah memberikan bantuan alat mesin pertanian berupa alat pemotong rumput dan pupuk organik cair kepada Kelompok Tani Rukun Tani untuk mendukung aplikasi budidaya Salibu Jarwo Super.

2. Peningkatan penguasaan teknologi petani, yatu budidaya padi dengan teknik Jarwo Super, salibu Jarwo Super yang mengarah pada pengembangan pertanian organik, pertanian terpadu dan pertanian berkelanjutan. Lebih lanjut petani telah meningkat kapasitas penguasaan teknologinya sebagai petani penangkar yang mampu memproduksi benih bersertifikat secara berkelanjutan.

3. Pengembangan kerja sama dan pola kemitraan penangkaran/produksi benih bersertifikat Inpago Unsoed 1 antara mitra produsen benih UNSOED, yaitu PB. Great Quality Seed dengan Kelompok Tani Rukun Tani yang telah berlangsung selama dua musim tanam dan telah mengalami peningkatan kapasitas produksi. Areal tanam produksi benih bersertifikat yang pada MT 2016-2017 seluas 1 Ha, pada MT 2 berkembang menjadi 3Ha. Pendampingan dilaksanakan bersama antara UNSOED, PB. Great Quality Seed, Pemerintah Daerah Kab. Cilacap melalui Dinas Pertanian dan Peternakan, serta Badan Pengawas dan Sertifikasi Benih Provinsi Jawa Tengah. Produktivitas pada MT 1 mencapai 9,1 ton/Ha, lebih tinggi dari Mekongga di lokasi tersebut yang hanya mencapai 5ton/ha. Sedangkan pada MT 2 produktivitas mencapai 7,19 ton/Ha, lebih tinggi dari Ciherang di lokasi tersebut yang hanya mencapai 4,5ton/ha pada musim tersebut.

4. Pengembangan pertanian terpadu di Desa Gandrungmanis dengan pendampingan Bank Indonesia, UNSOED dan Pemkab. Cilacap saat ini telah berkembang menjadi salah satu sentra produksi produksi benih Inpago Unsoed 1 di Jawa Tengah dan menjadi percontohan aplikasi Salibu Jarwo Super di Indonesia.
Dampak positif dari pelaksanaan program akan semakin mampu memberikan daya ungkit bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat apabila dikembangkan lebih lanjut. (*)

 

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.