Obsessionnews.com – Bermunculannya kandidat calon presiden (capres) pada Pilpres 2024 menunjukkan bahwa dinamika politik semakin terbuka. Walaupun tidak semua elite politik merasa nyaman dengan pencalonan tersebut, namun pencalonan tersebut membuat ranah pencapresan menjadi hal biasa, tidak tabu, dan memaksa partai politik berpikir keras tentang capres yang akan diusung. Terlebih partai besar yang sejatinya dari awal pede memunculkan calonnya.
Baca juga:
Dukung Airlangga sebagai Capres 2024, Ridwan Hisjam: Jangan Sampai Kehilangan Momentum
Habil Marati: FKM Bakal Deklarasikan Dukung Anies Sebagai Capres 2024
Hal itu diungkapkan pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Bakir Ihsan ketika dihubungi Obsession Media Group (OMG), Jumat (4/11/2022).
Ketika ditanya benarkah Presiden Joko Widodo ((Jokow)i berbeda sikap dengan PDIP soal capres, Bakir menjawab Jokowi sebagai presiden akan selalu berusaha memposisikan dirinya di atas kepentingan pencalonan presiden partai politik, terlebih dengan PDIP sebagai partai yang telah mengantarkannya menjadi presiden.
“Karena itu tidak mungkin Jokowi mengambil sikap mendukung calon tertentu, sementara dari partainya sendiri belum memutuskan,” tegasnya.
Disinggung tentang pernyataan Jokowi mendukung Prabowo yang diucapkan Jokowi saat pameran indodefence kemarin, Bakir mengatakan, dukungan Jokowi terhadap Prabowo lebih pada program-program yang dicanangkan oleh Prabowo terkait kementerian yang dibawahinya, bukan dukungan terhadap pencapresannya.
“Kalau mendukung pencapresan Prabowo, Jokowi akan mendukung semua calon presiden untuk berkompetisi, terlebih dari PDIP sendiri belum mengajukan calon, ” tandasnya.
Siapakah yang akan didukung Jokowi? Kira-kira Jokowi cenderung mendukung Ganjar Pranowo atau Prabowo? Menjawab pertanyaan ini Bakir mengatakan, kalau melihat kaitan partai, Jokowi akan mendukung yang diusung oleh PDIP apakah Ganjar atau Puan Maharani.
Berkembang rumor Jokowi sedang mempersiapkan diri sebagai cawapres jika Prabowo menjadi capres. Apakah hal ini bisa dibenarkan secara etika dan fatsun politik? Terkait hal ini Bakir dengan tegas mengatakan, Jokowi tidak akan menjadi wapres dari Prabowo, karena akan menjadi catatan buruk atas perjalanan demokrasi yang memberi ruang kesempatan bagi warga negara yang sangat banyak untuk berkontestasi dalam kepemimpinan nasional. (Gia/red)
