Sabtu, 27 April 24

Peduli Odapus, MO Rangkul Yayasan Lupus Indonesia

Peduli Odapus, MO Rangkul Yayasan Lupus Indonesia

Jakarta – Peduli terhadap odapus (orang yang hidup dengan lupus), dana sebanyak Rp 150 juta dari Chairman Metro TV Surya Paloh dan Rp 25 juta dari komunitas Majalah Men’s Obsession (MO) yang digalang di acara She’s Charity Night Men’s Obsession beberapa waktu lalu, diserahkan kepada Yayasan Lupus Indonesia (YLI) hari Selasa (1/12/2014).

Penyerahan dilakukan secara simbolis oleh perwakilan manajemen Men’s Obsession yang  diberikan kepada Pembina YLI, Zubairi Djoerban, dengan disaksikan Pendiri YLI, Tiara Savitri, dan Pengawas YLI, Ayu Bisono.

Redaktur Pelaksana MO, Sahrudi Rais, mengatakan pihaknya merasa tergerak untuk merangkul Yayasan yang berdiri pada 17 April 1998 itu atas kiprahnya dalam melakukan perbaikan pelayanan kesehatan pasien lupus, meningkatkan informasi penelitian pada penyebab terjadinya lupus serta penyembuhannya.

Selain itu, juga memberikan usulan penatalaksanaan perawatan pada penyakit lupus, dan menyimpan data epidemilogi yang lebih baik mengenai masalah lupus di Indonesia. “Ini bukan soal jumlahnya melainkan kepedulian,” ujar Sahrudi.

Sementara Zubairi mengucapkan terima kasih atas dukungan tersebut. Ia mengatakan, sumbangan She’s Charity Night akan memberikan semangat kepada mereka yang menderita lupus dengan mendapat perhatian dari banyak pihak.

Zubairi juga menjelaskan bahwa “Penyakit Seribu Wajah” dan “Si Peniru Ulung” adalah julukan yang sering digunakan para ahli medis untuk menggambarkan Lupus. Yakni, penyakit kelainan sistem kekebalan tubuh yang berbahaya dan sulit dideteksi ataupun didiagnosa.

“Gejalanya sama dengan gejala penyakit manapun pada umumnya. Bila penyakit ini menyerang organ jantung maka gejala penyakit akan seperti penyakit jantung,” terangnya.

Ahli penyakit dalam dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) itu juga mendefinisikan Lupus sebagai penyakit kronis atau menahun yang membuat zat imunitas tubuh bereaksi secara berlebihan terhadap rangsangan dan benda asing dari luar yang masuk ke dalam tubuh.

Ia pun memaparkan, dalam ilmu imunologi atau ilmu kekebalan tubuh, penyakit Lupus adalah kebalikan dari kanker atau HIV/AIDS. “Pada pasien Lupus, produksi antibodi yang seharusnya normal menjadi berlebihan sehingga antibodi itu tidak lagi berfungsi menyerang virus, kuman, dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh, tetapi justru menyerang sel dan jaringan tubuh pasien sendiri,” jelasnya.

Penyakit itu dalam ilmu kedokteran disebut Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu ketika penyakit ini sudah menyerang seluruh organ tubuh atau sistem internal manusia.

Dengan demikian, Lupus disebut sebagai autoimmune disease, yaitu penyakit dengan kekebalan tubuh berlebihan. Namun, Lupus bukanlah penyakit menular, dan belum ada hasil penelitian yang membuktikan penyakit itu dapat diturunkan secara genetis.

“Lupus bukan penyakit yang disebabkan oleh virus, kuman, atau bakteri. Keterlibatan faktor genetik, hormon, dan lingkungan diduga sebagai penyebab Lupus,” tandas Zubairi.

lebih lanjut, ia mengungkapkan sampai saat ini belum ada dukungan peraturan dari pemerintah yang mempermudah layanan bagi odapus terutama di daerah terpencil. Kebutuhan akan edukasi masyarakat umum dan dukungan bagi para penderita serta keluarga yang terkena lupus, belum terpenuhi secara merata.

“Beberapa waktu yang lalu, sebelum Tiara naik gunung es, ternyata ada yang kerbatnya terindifikasi penyakit lupus. Hal itu menunjukkan di daerah yang tak terdiagnosis atau di bawah permukaan, odapus bisa salah pengobatan dan akan berakibat fatal,” paaparnya.

Ia menggarisbawahi bahwa sebenarnya lupus kalau diobati lebih awal bisa diatasi. “Diperlukan juga kerjasama dari media untuk membantu mensosialisasikan tentang lupus,” imbuhnya. (Gia)

 

Related posts