Minggu, 5 Mei 24

Obat Penghilang Rasa Sakit Tingkatkan Risiko Gagal Jantung

Obat Penghilang Rasa Sakit Tingkatkan Risiko Gagal Jantung
* Para peneliti mengatakan para pasien seharusnya mengonsumsi obat-obat penghilang rasa sakit ini dengan dosis rendah. (BBC)

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa mengonsumsi obat penghilang rasa sakit jenis tertentu terkait dengan meningkatnya risiko gagal jantung.

Obat-obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID), seperti ibuprofen, naproxen dan diklofenak, biasanya digunakan untuk mengobati rasa sakit dan peradangan.

Lembaga British Medical Journal melakukan penelitian terhadap 10 juta orang, dengan usia rata-rata 77 tahun, yang mengonsumsi obat-obatan tersebut.

Para ahli di Inggris mengatakan penelitian ini merupakan sebuah peringatan untuk mempertimbangkan risiko serta manfaat dari obat tersebut.

Kajian ini menganalisis data dari 10 juta pemakai yang berasal dari Inggris, Belanda, Italia dan Jerman lalu membandingkannya dengan orang-orang yang tidak mengonsumsi obat penghilang rasa nyeri.

Para peneliti, dari Universitas Milano-Bicocca di Italia, menemukan bahwa penggunaan obat-obat anti-peradangan NSAID bisa meningkatkan risiko gagal jantung sebesar 19%.

Karena orang-orang yang menjadi sasaran penelitian sudah berusia lanjut dan umumnya kesehatan mereka lebih buruk, maka para ahli di Inggris mengatakan temuan ini memiliki sedikit relevansi bagi sebagian besar kalangan yang berusia di bawah-65 tahun, tapi mungkin menjadi perhatian bagi para pasien lanjut usia.

Penggunaan Obat Secara Seksama
Yayasan Jantung Inggris (BHF) mengatakan pasien-pasien seharusnya mengonsumsi obat-obat penghilang rasa sakit dengan dosis serendah mungkin dan dalam waktu sesingkat mungkin.

Profesor Peter Weissberg, direktur medis di BHF, mengatakan, “Penelitian observasional besar ini memperkuat penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa beberapa obat anti-peradangan, merupakan kelompok obat yang umumnya dikonsumsi oleh pasien-pasien yang bermasalah dengan persendian, bisa meningkatkan risiko berkembangnya gagal jantung.

“Telah diketahui selama beberapa tahun, dewasa ini obat-obatan tersebut harus digunakan dengan seksama pada sejumlah pasien dengan, atau berisiko tinggi terkena penyakit jantung.

“Hal ini berlaku terutama bagi mereka yang mengonsumsinya setiap hari ketimbang kalangan yang hanya menggunakannya sesekali.

“Dikarenakan masalah jantung dan persendian sering terjadi bersamaan, terutama pada para lansia, penelitian ini berfungsi sebagai pengingat untuk para dokter untuk mempertimbangkan dengan seksama bagaimana mereka memberikan resep obat-obat anti-peradangan, dan untuk para pasien diharuskan untuk mengonsumsinya dengan dosis efektif terendah untuk waktu yang sesingkat mungkin.

“Mereka harus mendiskusikan pengobatan mereka dengan dokter jika mereka mempunyai kekhawatiran.”

Stephen Evans, guru besar farmakoepediomologi atau bidang yang mempelajari efek obat di London School of Hygiene and Tropical Medicine, mengatakan, “Akibat yang ditimbulkan dari obat tersebut sangat sedikit relevansinya dengan kalangan yang berusia di bawah 65 tahun, namun bagi para lansia katakanlah, di atas umur 80 tahun, efek dari obat penghilang rasa sakit ini lebih relevan. ” (BBC)

Sumber: bbc.com

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.