Jumat, 10 Mei 24

Kristiadi Dorong Pemilu 2024 Berbasis Kepentingan Anak Muda

Kristiadi Dorong Pemilu 2024 Berbasis Kepentingan Anak Muda
* Anggota Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) J. Kristiadi. (Foto: Kapoy/obsessionnews.com)

Obsessionnews.com – Anggota Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) J. Kristiadi mengajukan perhatian khusus terhadap suara anak muda dalam Pemilihan Umum 2024 mendatang. Dalam pernyataannya, Kristiadi menekankan pentingnya suara generasi muda untuk menentukan masa depan mereka.

“Suaranya tidak boleh hanya karena suka atau tidak suka, tetapi harus benar-benar menentukan nasib para anak muda,” ungkap Kristiadi dalam acara Ngobrol Etika Penyelenggara Pemilu dengan Media di salah satu hotel bilangan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (24/11/2023).

Tak hanya itu, dia juga menyoroti bahwa seringkali suara anak muda hanya dianggap sebagai agregat angka mati dan alat tukar kekuasaan.

Menurut Kristiadi, masukan dari generasi muda harus lebih dihargai dalam proses demokrasi. Suara-suara tersebut tidak boleh hanya menjadi alat untuk mencapai kekuasaan politik.

“Kita harus memastikan bahwa suara-suara ini diakui dan dianggap serius dalam pembentukan kebijakan,” tambahnya.

Kristiadi juga menekankan bahwa Pemilu 2024 harus menciptakan platform yang memungkinkan partisipasi aktif anak muda dalam proses politik.

“Suara mereka adalah cermin keinginan dan aspirasi generasi penerus bangsa. Kita harus menciptakan lingkungan yang mendukung keterlibatan mereka secara nyata,” tuturnya.

Dengan begitu, DKPP berkomitmen untuk menjaga integritas Pemilu dan memastikan bahwa hak-hak setiap pemilih, termasuk anak muda, dihormati sepenuhnya.

Kristiadi juga menegaskan bahwa transparansi dan akuntabilitas harus menjadi prinsip utama dalam setiap tahap pemilihan, mulai dari kampanye hingga proses penghitungan suara.

Dengan demikian, DKPP berharap Pemilu 2024 dapat menjadi panggung yang merangsang partisipasi aktif anak muda dan menciptakan perubahan positif dalam tatanan politik Indonesia.

Dikesempatan yang sama, Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengingatkan para pemilih muda untuk tidak mudah termakan dengan gimik pasangan calon presiden dan wakil presiden, terutama soal penampilan.

Menurut Titi, tipu daya capres-cawapres lewat penampilan itu biasanya dimanfaatkan untuk menghindari adu gagasan dan ketajaman program kerja.

“Ini bukan pemilihan idola yang hanya bisa didekati dengan suara yang bagus, tarian yang bagus, atau personal appearance yang menarik,” kata Titi.

Dia menjelaskan pemilih muda memiliki karakter berbeda dari segmen pemilih lainnya, yakni lebih mudah teralihkan dengan tampilan fisik atau gimik yang ditawarkan peserta Pilpres 2024.

Titi menganggap hal itu berbahaya karena ruang untuk menguji gagasan dan program para pasangan calon kepada pemilih muda semakin terkikis.

Alhasil, lanjut Titi, para pemilih pemula yang berangkat dari usia 17 tahun tersebut hanya menjadi sebatas “ladang suara” yang harus dimenangkan para pasangan calon presiden dan wakil presiden.

Padahal, tambahnya, suara pemilih pemula juga harus didengar dan diimplementasikan dalam program kerja yang ditawarkan peserta Pilpres 2024.

“Kita perlu dialektika itu, karena teman teman muda juga perlu punya persoalan yang dijawab. Tidak boleh mengaburkan dialektika gagasan bahwa karena muda, kita masih dianggap sebagai sumber suara atau ladang suara,” jelasnya.

Dalam hal ini, Titi menilai pasangan capres-cawapres hingga partai politik memiliki tanggung jawab besar untuk membuka ruang dialektika itu dan tidak menawarkan sesuatu yang terkesan menghibur.

“Elite politik, pasangan calon, partai politik, itu punya tanggung jawab melakukan kampanye yang menurut regulasinya sebagai bagian dari pendidikan politik,” ujar Titi Anggraini. (Poy)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.