Sabtu, 27 April 24

KPI Buka Posko “Coin for Australia” di Jakarta

KPI Buka Posko “Coin for Australia” di Jakarta

Jakarta, Obsessionnews – Koalisi Pro Indonesia (KPI) membuka posko nasional “Coin for Australia”  di Jl. Menteng Raya No. 58, Jakarta Pusat, Selasa (24/2). Posko ini dibuka untuk dapat berkoordinasi terkait koin yang terkumpul, dan aksi pengumpulan koin ini dilakukan hingga Perdana Menteri  Australia Tony Abbott meminta maaf langsung kepada rakyat Indonesia, khususnya rakyat Aceh.

Andi Sinulingga
Andi Sinulingga

Koordinator KPI Andi Sinulingga mengatakan, posko “Coin for Australia” dibuka untuk mempermudah berkoordinasi terkait koin yang terkumpul di seluruh Indonesia. Putera Aceh itu berharap, dengan adanya posko ini dapat mempermudah bagi rakyat Indonesia dalam mempertahankan harga diri bangsa, sehingga koordinasi di seluruh penjuru tanah air sangat diperlukan. Setelah koin itu terkumpul, KPI akan menyerahkannya kepada  Dubes Australia di Indonesia.

Andi menilai, ucapan Tony Abbott yang menekan Indonesia agar membatalkan eksekusi dua warga Australia dalam kasus narkoba, dan dikaitkan dengan bantuan Australia kepada Aceh pasca tsunami tahun 2014, telah melukai hati rakyat Aceh dan harga diri bangsa Indonesia. Pemerintah diharapkan agar tegas mengenai hal ini, dan akan lebih baik agar bantuan dari Australia tersebut dikembalikan saja demi harga diri bangsa. Kedua warga Australia tersebut, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, tergabung dalam jaringan mafia narkoba Bali Nine.

“Pernyataan Tony Abbott telah melukai hati rakyat Indonesia. Dia harus minta maaf langsung kepada rakyat Indonesia,” kata Andi kepada obsessionnews.com, Selasa (24/2).

Dia menambahkan, KPI minta pemerintah  segera mengeksekusi  mati dua warga Australia yang menjadi gembong narkoba.  Selain itu, KPI juga minta agar bantuan dari Australia sebesar A$ 1 miliar untuk tsunami Aceh dikembalikan saja demi harga diri bangsa.

Selain itu Andi menyerukan sudah saatnya rakyat Aceh menunjukkan pada dunia, bahwa rakyat Aceh punya harkat dan martabat yang tinggi dan tidak bisa dilecehkan begitu saja.

Sebelumnya, Ketua Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Aceh, Samsul B Ibrahim juga mengecam pernyataan tak terpuji Tony Abbott, mengenai bantuan kemanusiaan pasca musibah gempa dan tsunami pada 2004 silam. Sebagai negarawan, Samsul mendesak Abbott meminta maaf secara langsung kepada seluruh masyarakat Aceh dengan mengunjungi Serambi Mekah.

“Kita menghargai keinginan Australia yang meminta pembatalan hukuman gantung terhadap Andrew Chan dan Myuran Sukumaran karena kasus narkoba. Bahkan ketika enam mantan PM Australia yakni Malcolm Fraser, Bob Hawke, Paul Keating, John Howard, Kevin Rudd, dan Julia Gillard menyerukan hal yang sama, kami pikir ini sebuah langkah maju yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh Australia dalam memproteksi warganya,” ujarnya di Banda Aceh, Minggu (22/2).

“Namun, mengungkit bantuan kemanusiaan seperti pernyataan Abbott adalah dosa besar, sekaligus mencoreng wajah warga Australia yang mungkin ikhlas membantu Aceh. Dia harus datang ke Aceh untuk meminta maaf secara langsung,” katanya.

Ia pun berharap, tokoh-tokoh dan seluruh warga Australia tidak membiarkan perilaku tercela Abbott ini merusak hubungan diplomatis kedua negara. Apalagi selama ini, hubungan kedua negara ini selalu memberikan kontribusi yang terukur bagi kedua negara baik di sektor ekonomi, pendidikan, kebudayaan, dan hal-hal lainnya.

“Kami meminta tokoh-tokoh serta warga Australia untuk menyadarkan Tony Abbott. Mereka harus mendesak Abbott meminta maaf kepada seluruh masyarakat Aceh di Aceh, bukan di Canberra. Dia harus berani meminta maaf. Kalau tidak, ini akan menjadi catatan sejarah betapa warga Australia rela dipimpin oleh sosok yang tidak bermoral seperti Abbott!” seru Samsul.

Seperti diketahui, Tony Abbott mengungkit-ungkit dana bantuan dari Australia untuk korban tsunami di Aceh tahun 2004, Rabu (18/2). Abbottt menilai Indonesia seharusnya “membayar” kemurahan hati Australia itu dengan membatalkan eksekusi dua warga Australia yang divonis mati dalam kasus perdagangan narkoba di Bali, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. (Agung Sanjaya)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.