Jumat, 26 April 24

Kolaborasi Public Lecturer Angkat Budaya China-Indonesia

Kolaborasi Public Lecturer Angkat Budaya China-Indonesia
* Mahasiswa LSPR menampilkan Pencak Silat guna mempromosikan budaya Indonesia kepada delegasi dari China lanjut Yuliana. (Foto: LSPR Jakarta)

Jakarta, Obsessionnews.com – Tiga universitas ternama di China,  yaitu Renmin University, Minnan Normal University, Quemoy University hadir di London School of Public Relations-Jakarta (LSPR) untuk memberikan kuliah umum yang bertajuk Chinese Folk Culture di Prof Djajusman Auditorium & Performance Hall-LSPR Campus B, Jl. K.H. Mas Mansyur Kav 35, Jakarta.

Dalam siaran persnya yang diterima Obsessionnews.com, Selasa (18/6/2019), menyebutkan bahwa kegiatan tersebut merupakan kerjasama LSPR Jakarta melalui Pusat Studi ASEAN (Center for ASEAN Public Relations Studies) dengan China Mission to ASEAN. Dalam hal ini LSPR Jakarta dipercaya menjadi kampus yang menerima kedatangan China Delegation yang berjumlah 30 orang dalam rangka kunjungan ke ASEAN.

Public Lecturer ini bertujuan untuk mempromosikan Chinese Folk Culture di ASEAN. Pembicara dalam Public Lecturer ini adalah 1) Mr. Cao Nanlai, Associate Professor, School of Philology, Renmin University of China; 2) Ms. Yang Yajun, Schwarzman Scholar of Tsinghua University; 3) Mr. Liu Yun, Associate Professor, Vice Dean of Minnan Culture Research Institute of Minnan Normal University; 4) Mr Chen Yiyuan, Dean of Humanities and Social Sciences School of Quemoy University dan; 5) Rudi Sukandar, P.hD.

Pada Public Lecturer ini juga ditampilkan Chinese Folk Culture seperti taichi, tea ceremony, flower arrangements dan memainkan instrumen musik tradisional China oleh performer dari Beijing Folk Museum.

Tea ceremony  memiliki sejarah panjang di China dan yang ditampilkan di LSPR adalah tradisi dari dinasti Ming. Tai-chi adalah kategori seni bela diri dimana di dalamnya ada tentang bagaimana menyeimbangkan antara yin dan yang. Gerakan yang dilakukan harus berimbang dengan teknik pernapasan dari olahraga bela diri Tai-chi.

Peserta Public Lecturer. (Foto: dok LSPR)

Dihadapan ratusan mahasiswa, manajemen dan dosen LSPR Jakarta, Jiang Qin, Minister Counsellor China Mission to ASEAN menyampaikan folk culture (budaya rakyat)  sebagai aset penting dari identitas budaya suatu negara, karena dapat menjadi jendela untuk mengamati evolusi sejarah dan peradaban suatu bangsa.

Menurut Jiang, kegiatan Public Lecturer ini penting untuk mempromosikan dan melestarikan budaya dan khususnya meningkatkan kesadaran generasi muda akan budaya. Bahkan LSPR Jakarta telah menjadi peserta yang aktif dalam program people to people exchange antara Cina dan ASEAN.

“Dan juga LSPR telah mengintergrasikan pembelajaran bahasa Mandarin dan studi mengenai budaya Cina dalam kurikulumnya, sehingga kami berharap LSPR Jakarta dapat menjadi media bagi generasi muda khususnya untuk tertarik pada budaya Tiongkok, dan membantu membangun jembatan komunikasi, persahabatan dan kerja sama yang akan mengarah pada pertumbuhan dan kemakmuran bersama antara Indonesia dan China,” kata Jiang.

Mr. Cao Nanlai, Associate Professor, School of Philosophy, Renmin University of China dalam diskusi panel menyampaikan perihal bagaimana warisan budaya bisa menjadi koneksi untuk membangun rasa saling pengertian antara China dengan negara lain.

Selain itu, disebutkan juga tentang program pemerintah perihal bagaimana hal ini mempromosikan Budaya Rakyat China melalui berbagai acara seperti upacara minum teh, merangkai bunga dll.

Suasana Public Lecturer. (Foto: dok LSPR)

Ms. Yang Yajun, Schwarzman Scholar of Tsinghua University memberikan sedikit penjelasan mengenai Chinese Folk Culture, dimana China bukan hanya memiliki keunikan etnis tapi juga memiliki kesamaan universal.

“Dalam rangka mempromosikan warisan budaya dengan menggunakan media yang berbeda, seperti melalui catatan, komunikasi, pendidikan yang dikolaborasikan dengan media digital dan ini merupakan program pemerintah yang sudah dimulai semenjak tahun ini hingga 2 tahun ke depan (2019-2021),” ujar Ms. Yang Yajun.

Sementara Mr. Rudi Sukandar, Ph.D, Director of PGP Thesis Bureau-LSPR Jakarta secara khusus menyebutkan tentang jejak pengaruh China di Indonesia, seperti kuliner, fesyen dll. Ia juga memberikan contoh “Luo Fangbo” adalah orang China pertama yang mendirikan negara pertama di dalam sebuah negara yang letaknya ada di Kalimantan.

“Negara yang dibangun ini berada di bawah pengawasan pemerintahan kerajaan Sambas dahulu kala,” ulasnya.

Yuliana R. Prasetyawati, MM Head of CAPRS menyampaikan bahwa China merupakan salah satu mitra dialog ASEAN yang paling aktif dan kuat. Kegiatan Public Lecturer yang dilaksanakan di LSPR ini merupakan salah satu bentuk konkrit kerjasama budaya guna mempromosikan budaya antar dua negara Indonesia dan China.

Pada kesempatan ini mahasiswa LSPR menampilkan Pencak Silat guna mempromosikan budaya Indonesia kepada delegasi dari China lanjut Yuliana. (Has)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.