Sabtu, 4 Mei 24

Kerja Sama KKP-FOA Perkuat Ekosistem Laut

Kerja Sama KKP-FOA Perkuat Ekosistem Laut
* Penandatanganan dokumen proyek “Enabling Transboundary Cooperation for Sustainable Management of The Indonesian Seas", Rabu (28/12) di Kantor KKP, Jakarta.

Jakarta, Obsessionnews.com – Memperkuat ekosistem laut, perlu adanya jalinan kerja sama di berbagai lembaga. Seperti cara identifikasi dan mengatasi ancaman terhadap lingkungan laut, termasuk perikanan yang tidak berkelanjutan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Organisasi Pangan dan Pertanian atau Food and Agricultural Organization (FAO) sepakat memperkuat kerja sama regional untuk mengelola perairan tersebut.

Ini direalisasikan melalui penandatanganan dokumen proyek “Enabling Transboundary Cooperation for Sustainable Management of The Indonesian Seas”, Rabu (28/12) di Kantor KKP, Jakarta.

Dokumen kerja sama dengan FAO ini ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal KKP Sjarief Widjaja yang didampingi Mark Smulders, Kepala Perwakilan FAO Indonesia dan Timor Leste dan Plt. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Zulficar Mochtar.

Kerjasama ini termasuk kawasan the Indonesian Seas Large Marine Ecosystem (ISLME) secara efektif dan berkelanjutan.

ISLME dimaksud meliputi perairan pesisir utara Timor Leste dan Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 712, 713, 714, 715 dan sebagian kecil WPPNRI 573.

Sekjen Sjarief mengatakan, proyek kerja sama ini merupakan bagian dari paket bantuan dari the Global Environment Facility (GEF) – 5 dengan sumber dana dari International Waters.

“Status pembiayaan ini semuanya berbentuk hibah murni sebesar 4 juta dollar AS. Dimana, besaran dana pendamping lebih kurang sebesar 6 kali dari besaran dana hibahnya atau sekitar 25 juta dollar AS,” ungkap Sjarief.

Proyek ini bertujuan untuk memfasilitasi penerapan pendekatan ekosistem untuk pengelolaan perikanan (EAFM) dan pesisir di wilayah ISLME yang mencakup Indonesia dan Timor Leste.

Pendekatan tesebut diterapkan untuk menjamin keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya melalui Trans-boundary Diagnostic Analysis (TDA) dan pengembangan Strategic Action Programme (SAP).

“Proyek ini memberikan perhatian lebih pada capacity building dan peningkatan penerapan pendekatan ekosistem dalam pengelolaan untuk menjamin pengembangan program nasional yang berkelanjutan dan menjaga lingkungan untuk generasi berikutnya,” papar Sjarief.

Ia juga menekankan fokus dari proyek ini adalah “Bidang Perikanan” dengan memperhatikan pilar Large Marine Ecosystem (LME) lainnya seperti oseanografi, tata kelola (governance), sosial, ekonomi, dan aspek lingkungan seperti pencemaran dan perubahan iklim.

Sementara itu, Kepala Perwakilan FAO Indonesia dan Timor Leste Mark Smulders setuju bahwa proyek ISLME akan dilakukan bersama antara dua negara yaitu Indonesia dan Timor Lest.

Tentunya bekerja sama dengan beberapa lembaga mitra di lintas sektor. Ini menjawab permasalahan terkait pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan. Termasuk juga pengembangan dan penerapan Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM) dan Ecosystem Approach to Aquaculture (EAA).

Tujuan lain adalah untuk penguatan kapasitas kerja sama regional dan sub-regional dalam pengelolaan sumberdaya laut.

Serta koordinasi dengan jejaring informasi regional, monitoring dampak proyek, serta diseminasi dan pertukaran informasi. (Popi Rahim)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.