Minggu, 5 Mei 24

Indonesia Belum Siap Hadapi MEA

Indonesia Belum Siap Hadapi MEA
* Ketua BPC HIPMI Subang, Nia Kurniasari

Subang, Obsessionnews – Pengusaha Indonesia khususnya pengusaha muda masih belum siap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2016 yang tinggal krang dari 100 hari. Menurut Wakil Bupati Subang, Imas Aryumningsih, ketidaksiapan yang dihadapi terutama masalah permodalan dan pemasaran produksi.

“Mau tidak mau MEA masuk (kita belum siap) kalau bersaing dengan kapital besar. Pertama modal lalu tidak siapnya kita dari pemasaran. Mereka ‘kan sudah ada (jaringan) ekspor impor. Kita masih (mengandalkan) home-home industry dan lebih banyak jasa,” ujar Imas kepada wartawan usai menghadiri kegiatan Seminar Wirausaha di Aula Kantor Pemda Subang Jawa Barat, Minggu (27/9/2015).

Menghadapi tantangan permodalan pihak Pemda Subang untuk saat ini lebih membantu permodalan kepada kelompok-kelompok usaha seperti Kelompok Usaha Bersama (Kube) dan Koperasi. “Karena bantuan pemerintah harus ada kejelasan badan yang menjadi objek usaha, kepemilikan dan kelompoknya,” papar Imas. Untuk selanjutnya akan mengembangkan penyaluran permodalan kepada perorangan.

Wakil Bupati Subang Imas Aryumningsih saat memberikan penyataan ketidaksiapan hadapi MEA
Wakil Bupati Subang Imas Aryumningsih saat memberikan penyataan ketidaksiapan hadapi MEA

Guna menghadapi tantangan pemasaran menggandengan Hipmi yang memiliki jaringan pemasaran. “Inilah peranan oraganisasi pengusaha seperti Hipmi memberikan ilmunya sekaligus mencari permodalan dengan menggunakan berbagai peluangnya.

Ketidaksiapan menghadapi MEA dibenarkan Ketua BPC Hipmi Subang, Nia Kurniasari yang menyatakan ketidaksiapan dari kemampuan dan kemauan bahasa. “Kalau (pengusaha) Filipina, Myanmar mereka mau berusaha bahasa Indonesia. Jadi mereka lebih siap masuk ke sini (Indonesia),” ujanya saat ditemui secara terpisah.

Oleh karena itu pihaknya membidik sasaran kampus-kampus dengan mengajak para mahasiswa untuk mau menjadi pengusaha dan memberikan pengetahuan dalam berbisnis. “Ketika selepas lulus mindset-nya menjadi pengusaha,” ujar Nia.

Mengenai tantangan permodalan pihak Hipmi saat ini tengah melakukan upaya agar Ijazah Sarjana bisa dijadikan agunan dengan nilai yang cukup untuk dijadikan modal usaha. “Makanya kita (usahakan) ijazah lulusan supaya bisa dijadikan agunan untuk usaha,” ujarnya.

Diakui oleh Nia bahwa potensi pengusah banyak di daerah-daerah oleh karena itu melakukan mapping ke tingkat kecamatan. “Memang betul potensi (pengusaha muda) di daerah sangat besar,” katanya.

Aris Nugraha (kedua dari kanan) bersama Artis Sinetron Preman Pensiun saat menyampaikan materi dalam Seminar Wirausaha
Aris Nugraha (kedua dari kanan) bersama Artis Sinetron Preman Pensiun saat menyampaikan materi dalam Seminar Wirausaha

Rata-rata tantangan mereka ialah pemasaran produksi. Padahal produk yang dihasilkan cukup bagus bahkan lebih bagus dari segi kualitas. “Tantangannya klise, yaitu pemasaran. Mereka bingung memasarnya harus ke mana?’ jelasnya.

Maka dari itu Hipmi Jawa Barat siap memberikan penyaluran pemasaran dengan jaringan 24 BPC dan di Indonesia telah dengan jaringan di 34 provinsi. Supporting lumayan bagus bagaimana dengan dari pusat? Dari pusat memang belum maksimal. “Saya juga belum tahu apakah sudah sampai ke Subang apa belum?” tetapi ada PLUT (Pelatihan Usaha Terpadu) ada konsultan-konsultan kita maslah ada anggota kita

Kegiatan seminar wirausaha ini diselenggarakan oleh Badan Pengurus Cabang (BPC) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Subang dengan mengambil tema “9 dari 10 Pintu Rezeki ada di Wirausaha”.

Narasumber yang memberikan materi diantaranya ialah Aris Nugraha, penulis skenario “Preman Pensiun” yang juga merupakan pengusaha disamping sebagai penulis skenario, Natalya Tan seorang pengusaha perhotelan dan Ketua Hipmi Jawa Barat, Jodi Janitra. Ditengah pemaparan ikut 3 orang aktor pemeran “Preman Pensiun”. (Teddy)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.