
Obsessionnews.com – Program Kemandirian Pesantren yang menjadi salah satu dari tujuh program prioritas Kementerian Agama (Kemenag) tidak hanya bertujuan membangun ekonomi dan bisnis pesantren, melainkan juga mempertahankan ideologi serta independensi pesantren.
Baca juga:
Menteri Yaqut Apresiasi Kemampuan Pesantren dalam Hadapi Covid-19
Yaqut “Serahkan” Kursi Menteri Agama kepada Santri Pesantren Nurul Jadid
Hal ini disampaikan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas, yang akrab disapa Gus Men, dalam Sarasehan Peningkatan Kemandirian Pesantren di Pondok Pesantren Darul Ulum, Peterongan, Jombang Jawa Timur (Jatim), Jumat (22/9/2023), dikutip dari laman resmi Kemenag, Sabtu (23/9).
“Ada banyak pesantren yang mengalami ‘kepayahan’ dalam memenuhi kebutuhan operasional, sehingga tidak sedikit pesantren yang kemudian menggadaikan otoritasnya untuk mempertahankan operasional pesantren,” kata Gus Men.
“Yang paling pendek itu ya di urusan politik dengan menggadaikan ideologi dan independensi pesantrennya hanya untuk sekadar mempertahankan operasional pesantren. Kita boleh menyangkal itu, namun ada fakta pesantren seperti itu. Ini yang kemudian membuat saya dan kawan-kawan di Kemenag tergerak untuk melakukan sesuatu,” sambungnya.
Sarasehan yang dihadiri pimpinan dan pengasuh pondok pesantren zona Jatim ini diinisiasi Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag.
Tampak hadir mendampingi Yaqut adalah Kakanwil Kemenag Jatim Husnul Mahram, Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya Akh. Muzakki, Staf Khusus dan Tenaga Ahli Menag, serta Plt Direktur KSKK sekaligus Kabag TU Pimpinan Sidik Sisdiyanto.
Hadir juga membersemai dengan para pengasuh pondok pesantren se -Jatim Khatib Aam PBNU KH Said Asrori.
Gus Men pun berharap dalam sarasehan ini para pimpinan dan pengasuh pondok pesantren dapat bersinergi dengan tim percepatan program Kemandirian Pesantren Kemenag.
“Saya berharap sarasehan ini menjawab kegelisahan itu. Masa khitmad saya ada satu tahun anggaran lagi semoga bisa membuat pesantren berdaya. Kehadiran saya di sini untuk mendengarkan secara langsung apa yang diinginkan dari pesantren,” ujarnya
“Sehingga satu tahun anggaran ke depan bisa kita manfaatkan sepenuhnya untuk kebutuhan pesantren apakah terkait teknologi informasi, program pengembangan bisnis pesantren, hingga pelatihan-pelatihan digitalisasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing pesantren,” lanjutnya.
Untuk itu Gus Men minta kepada para kiai dan gus pengasuh pesantren yang hadir dalam saresehan untuk dapat memberi masukan agar kemudian dapat diterjemahkan oleh tim Kemenag menjadi program.
Tim percepatan program Kemandirian Pesantren Kemenag terdiri dari Staf Khusus dan Tenaga Ahli Menteri Agama. Mereka yakni Abdul Rochman, Nuruzzaman, Wibowo Prasetyo, Hasanuddin Ali, dan Dianta.
Tim percepatan ini, Gus Men, akan mengawal masukan-masukan dari pengasuh pesantren yang kemudian dijadikan program.
Dia menyatakan yang paling konkret dari program ini adalah bisa dimanfaatkan oleh pesantren. Sehingga pesantren tidak lagi menggadaikan ideologinya dan independensi hanya untuk sekadar biaya operasional secara berkelanjutan.
“Saya tegaskan tidak ada tendensi politik dalam program Kemandirian Pesantren ini meskipun terus bergulir di tahun terakhir kepemimpinan saya sebagai Menteri Agama. Tahun ini kita sudah siapkan program digitalisasi untuk pesantren. Tujuan lainnya dari pertemuan ini adalah memperluas jejaring antar pesantren,” tandasnya.
Dia berharap para kiai dan gus pengasuh pesantren dapat memanfaatkan program Kemandirian Pesantren ini untuk kemaslahatan pesantren.
“Program ini dilindungi oleh UU Pesantren yang mengamanatkan negara menjamin kehidupan pondok pesantren. Kepentingan saya dan kita bersama adalah menjaga ideologi yang dibangun oleh para kiai Nahdlatul Ulama. Ini saatnya kita melakukan eksekusi-eksekusi,” harapnya.
Senada dengan Gus Men, Wibowo Prasetyo menambahkan, munculnya ide dari sejumlah pengasuh pesantren terkait program digitalisasi di pondok pesantren sangat inline dengan program digitalisasi Kemenag.
Wibowo mengatakan, salah satu sasaran dari program digitalisasi ini adalah bagaimana membuat jejaring usaha kemudian menghubungkannya antar pondok pesantren agar bisnis usaha pondok pesantren itu bisa dinikmati oleh pondok pesantren lainnya.
“Kami mendorong pondok pesantren yang memiliki minat dalam teknologi informasi ini lewat program digitalisasi yang juga menjadi concern Gus Men. Baru-baru ini Gus Men mendapat penghargaan dari Detik.com terkait dengan kebijakan beliau melakukan digitalisasi di Kementrian Agama melalui integrasi satu aplikasi Super Apps yaitu Pusaka,” tutur Wibowo.
“Saya kira program Kemandirian Pesantren ini juga bisa diarahkan pada upaya-upaya digitalisasi terutama untuk berjejaring yang menghubungkan user dan produsen,” tambahnya. (Kemenag/arh)