Jumat, 3 Mei 24

Gara-gara Anak Ngelunjak, Pejabat Pajak Jadi Koplak

Gara-gara Anak Ngelunjak, Pejabat Pajak Jadi Koplak
* Mario Dandy Satriyo. (Twitter @Simpangan2024)

Ngelunjak dalam bahasa Sunda artinya “kurang ajar”. Sedangkan koplak dalam bahasa gaul yang sering disebut di medsos artinya “konyol”.

Bagaimana tidak kurang ajar, seorang anak berinisial MDS yang bapaknya jadi pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, tidak saja pamer kekayaan. Tapi berbuat kekerasan dengan kejam bin sadis menganiaya anak lainnya. Dihajar bertubi-tubi sampai tergeletak, bahkan sudah pingsan tapi masih saja diinjak-injak lehernya plus ditendang kepala dan mukanya, hingga koma.

Edannya pula, si anak pamer kekayaan di saat rakyat kini sedang susah akibat tekanan ekonomi pasca pandemi Covid dan resesi global. Banyak pengangguran dan marak PHK. UMKM pun banyak yang bangkrut. Rakyat cari duit satu rupiah pun susah. Ironisnya ada pejabat Pajak masih eselon III tetapi harta kekayaannya tembus mencapai Rp56,1 miliar. Itupun yang dilaporkan ke lembaga anti rasuah. Entah yang disembunyikan? Karena dikabarkan, motor gede dan mobil mewah tidak dilaporkan ke KPK, alhasil pajaknya belum dibayar. Padahal, pejabat pajak mestinya jadi tauladan masyarakat.

Pejabat Pajak berinisial RAT, Kabag Umum Ditjen Pajak Kabwil Jaksel II tersebut, anaknya pamer motor gede mewah dan mobil Jeep Wrangler Rubicon yang harganya miliaran. Jangankan mobil, beli sepeda motor butut saja sulit bagi kebanyakan rakyat miskin. Lebih ironis lagi harta kekayaan milik sang pejabat itu dipamerkan oleh si anak di medsos. Entah tujuannya sengaja bikin para orang miskin di negeri ini jadi ngiler.

Terhadap pamer kekayaan di saat rakyat susah itu masih belum diprotes. Namun, begitu ada kejadian viral, anak pejabat tersebut bikin kekerasan yang mengerikan, mulailah mendapat kecaman publik. Lebih keras lagi netizen mengecam di medsos, merambat ke arah otak-atik harta kekayaan para oknum pegawai pajak yang super gendut dan dipertanyakan dari mana asalnya? Karena kalau dihitung dari gaji pokok dan tunjangan, tidak melampaui besaran nilai harta kekayaannya. Tampaknya, harta kekayaan oknum pejabat pajak terlihat sangat gede, segede 10 gajah hamil diisolasi jadi satu.

Orang teringat lagi dengan Gayus, oknum pegawai pajak tingkat bawah tapi harta kekayaannya melebihi seorang jenderal dan bahkan mendekati taipan? Kini pejabat eselon III saja bisa menumpuk kekayaan hingga puluhan miliar. Bagaimana dengan para pejabat eselon di atasnya? Andai saja kongkalikong dengan para pengemplang pajak, tentu oknum pejabat bisa meraup ratusan miliar. Alhasil, duit pajak yang masuk kas negara selalu tidak mencapai target? Inilah yang bakal bisa membuat masyarakat pikir-pikir dan ogahh membayar pajak?

Tak heran, jika netizen di medsos mengupas hal tetek bengek terkait harta kekayaan pegawai pajak. Bahkan, dalam postingan yang dishare dari media online berjudul “Sri Mulyani Mencekik Rakyat, Anak Buahnya Pamer Kekayaan”. Maklum, Menteri Keuangan sudah menaikkan pajak menjadi 11 persen, sehingga cukup membebani rakyat.

Dihitung dari gaji dan tunjangan, paling banter kekayaan bapaknya si anak, pejabat eselon III hanya sekitar Rp50 juta per bulan. Berapa tahun kah bisa terkumpul sampai Rp56,1 miliar? Tentunya, hampir 100 tahun. Itupun belum termasuk duit dibuat belanja, makan dan lain-lain, termasuk uang jajan anaknya yang hedonisme. Jadi, uang segede Rp56,1 miliar itu didapat dari mana asalnya? Apakah hasil kongkalikong atau gratifikasi? Harta kekayaan RAT ini empat kali lebih besar dari Dirjen Pajak, pejabat eselon I di bawah Menteri.

Akibat kritik dan kecaman publik terhadap kasus kontroversial pejabat pajak eselon III yang harta kekayaannya tambun dan tajir melintir berbarengan dengan perilaku anaknya yang pamer kekayaan dan berbuat penganiayan sadis, maka sang Menteri atasannya bingung. Pasalnya, kasus ini bisa merusak institusinya jadi somplak? Maka si pejabat tersebut langsung dicopot dari jabatannya oleh sang majikan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Inilah akibat anak pejabat ngelunjak alias kurang ajar, sehingga bikin citra pejabat pajak menjadi koplak atau konyol, soal pajak diungkit-ungkit oleh publik. Ingat! Pajak itu dari rakyat untuk rakyat, bukan untuk bikin gendut pejabat. (Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.