Sabtu, 4 Mei 24

Fitnah dan Penzaliman terhadap Anies

Fitnah dan Penzaliman terhadap Anies
* Calon presiden Anies Baswedan. (Foto: DB Anies Baswedan)

Tampaknya majunya Anies R Baswedan sebagai calon presiden (capres) sangat “ditakuti” dan sudah diantisipasi pihak lawan. Buktinya, sejak Anies menjadi Gubernur DKI Jakarta yang dinilai berpotensi menjadi capres maka fitnah dan penzaliman mulai terjadi. Dia pernah difitnah oleh buzzer bayaran yang menyebar isu bahwa Anies dicopot (direshuffle) dari jabatan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) karena korupsi. Padahal, Anies justru membongkar dugaan korupsi tunjangan profesi guru Rp23,3 triliun oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

 

Baca juga: Anies Janji Bangun Gedung Konser Musik Bertaraf Internasional di Ambon

 

 

 

Anies juga difitnah buzzerRp saat pergi ibadah haji ke Makkah kalau bertemu dengan Raja Arab Saudi Salman adalah hoax dengan narasi yang memojokkan Anies di berita media maupun media sodial (medsos) Ternyata, banyak bukti konkret berupa foto dan video asli yeng memperlihatkan bahwa Anies benar-benar bertemu dengan Raja Salman. Bahkan dalam isu lainnya, Anies difitnah buzzer Permadi Arya alias Abu Janda yang membuat video hoax editan tentang Anies dishare di media sosial. Dan masih banyak fitnah lainnya terhadap Anies.

 

Penzaliman terhadap Anies juga terus berlangsung. Di antaranya mantan Gubernur DKI Jakarta itu diduga “dikriminalisasi” oleh pihak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas penyelenggaraan Formula E di Jakarta. Ketua KPK Firli Bahuri terlihat atau ditengarai ingin mentersangkakan Anies dengan tuduhan terjerat kasus korupsi di even Formula E, dengan harapan gagal menjadi capres. Namun, hingga kini tidak ada bukti kuat kalau Anies terlibat atau terjerat korupsi Formula E, bahkan even tersebut mendapatkan keuntungan bagi bangsa ini.

 

BuzzerRp musuh Anies mengggulirkan isu memojokkan capres nomor urut 1 tersebut, bahwa saat jadi Mendikbud dicopot Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena korupsi tunjangan profesi guru dengan ada kelebihan bayar Rp 23,3 triliun. Tapi ternyata Anieslah yang menggagalkan adanya penguapan uang di Kemendikbud yang mengungkapkan bahwa dana yang ditransfer kepada guru-guru tersebut sebenarnya tidak ada. Artinya, Anies malah menyelamatkan uang negara dari dugaan korupsi pihak Kemenkeu. Anies mengaku justru dialah yang menyurati Kemenkeu dan melaporkan temuan tersebut. “Jadi bukan sebaliknya, tetapi justru saya yang laporkan ke Kemenkeu. Saya tidak korupsi,” kata Anies, Senin (19/11/2023).

 

Tunjangan profesi guru, jelasnya, bukan anggaran Mendikbud. Tunjangan itu ditransfer langsung dari Kemenkeu kepada Pemda, bukan kepada Kemendikbud. Kemudian, lanjut Anies, Kemendikbud pada Mei 2015 mengundang Kemenkeu dan Kemendagri, mengatakan bahwa dari data yang dimiliki Mendikbud, alokasi untuk tunjangan profesi guru berlebih Rp23,3 triliun. Jadi, yang memberitahu bahwa itu kelebihan adalah Mendikbud.

 

”Lalu Kemendikbud berinisiatif mengundang pertemuan memberitahu dari mana itu, dari data. Kenapa? Karena yang diajukan dari daerah, ada guru yang sudah mutasi, ada guru yang sudah pensiun dan macam-macam, yang membuat kita tahu data yang sebenarnya. Jadi, bukan kita yang kelebihan. Tapi Kemenkeu yang transfernya kelebihan, kita yang mengingatkan. Kemudian kita mengirimkan surat. Lalu dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (Kemenkeu) mengirimkan surat kepada Pemda-pemda memberitahu bahwa berdasarkan surat dari Kemendikbud terjadi kelebihan sebesar Rp23,3 triliun. Jadi, sebenarnya kitalah yang melihat masalah itu, kitalah yang berinisiatif,”ungkap Anies seperti diunggah SnackVideo.

 

Lebih kejam lagi, Anies difitnah saat rangkaian menunaikan ibadah haji. Loyalis Ganjar, Jhon Sitorus, dengan nama akun twitter @Miduk17, sempat menuding Anies ngibul terkait masuknya namanya dalam daftar 50 orang yang diundang oleh Kerajaan Arab Saudi. “Ngakunya diundang kerajaan Arab Saudi, ternyata pakai jasa dreamtour dengan segala fasilitasnya. Ya jelas terlihat mewah, ada kendaraan khusus, ada tempat menginap khusus,” celoteh Jhon Sitorus dalam cuitannya di Twitter, Senin (26/6/2023), yang menuding Anies berbohong diundang Raja Salman.

 

Faktanya, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud mengundang 50 calon jemaah haji asal Indonesia untuk berangkat ke tanah suci. Undangan ini diberikan secara gratis oleh Raja Salman. Beberapa tokoh publik menerima undangan tersebut di antaranya adalah Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, dan Kepala Bidang Penyelenggara Peribadatan Masjid Istiqlal Jakarta Pusat Bukhori SA, termauk pula Anies Baswedan.

 

Anies juga difitnah Abu Janda yang mengunggah video hoak Anies menjadi pembicara lembaga Aki Cepat Tanggap (ACT) di akun Instagram miliknya, @permadiaktivis2, Rabu (6/7/2022). Video Anies yang diduga diedit beredar di medsos itu menunjukkan saat Anies menjadi pembicara di salah satu agenda ACT. Setelah ditelusuri, ternyata pernyataan Anies dalam video yang diunggah oleh Abu Janda berbeda dari aslinya. Relawan Anies Baswedan, Geisz Chalifah enggan melaporkan Abu Janda, karena menurutnya, semua pihak yang menyerang Anies kasusnya tidak pernah diproses. “Buat apa (lapor polisi)? Sudah ada konvensi semua pelaku fitnah terhadap Anies akan selalu aman,” ujar Geisz saat itu.

 

Yang paling zalim adalah upaya menjegal Anies agar gagal menjadi capres untuk Pilpres 2024. Sudah menjadi rahasia umum, Ketua KPK Firli Bahuri kelihatan sekuat tenaga mau menjadikan Anies sebagai tersangka dalam even Formula E yang digelar di Jakarta saat menjadi Gubernur DKI. Untungnya, hal ini sulit terwujud hingga Anies resmi ditetapkan sebagai capres dari koalisi perubahan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Senin (13/11/2023).

 

Yang terlihat vulgar, Firli menendang atau “membuang” Direktur Penyelidikan KPK Endar Priantoro dan Direktur Penindakan dan Eksekusi KPK Karyoto karena keduanya berbeda pandangan dengan Ketua KPK terkait penanganan kasus Formula E. Kedua direktur tersebut berbeda pendapat dengan Firli yang mengarahkan agar Anies jadi tersangka. Anies pun telah menjalani proses klarifikasi yang memakan waktu 11 jam di KPK terkait penyelidikan Formula E.

 

Lebih edan lagi, Anies dipojokkan oleh oknum-oknum dengan berita hoax berbentuk poster yang menyatakan Anies tukang ngibul dan sebagainya. Anies disebut ‘Tukang Ngibul Naik Haji’. “Kenapa dibuatkan poster (yang menyatakan) bahwa dia tukang ngibul dan lain sebagainya? Saya kira ini fitnah yang sangat kejam. Mengapa kita ini, bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim tega melakukan (hal) seperti itu?” ungkap Rektor Ibnu Chaldun Prof Musni Umar dalam video yang diunggah di kanal YouTube resminya. Kenyataannya, Anies tidak berbohong dan berita mengenai undangan ibadah haji yang diterimanya dari Raja Salman adalah benar.

 

Stadion megah Jakarta International Stadium (JIS) karya Anies juga jadi sasaran politisasi untuk menjegal popularitas capres dari kubu oposisi tersebut. Padahal JIS memiliki kehebatan yaitu energi listrik yang digunakan berasal dari panel surya yang merupakan salah satu energi ramah lingkungan dan berkelanjutan. Selain itu, JIS dibangun oleh 100 persen tenaga pribumi anak bangsa, tanpa seorang pun tenaga kerja asing (TKA).

 

Namun, ada satu hal yang dianggap berlebihan adalah rencana pemerintah melalui Kementerian PUPR untuk merenovasi rumput lapangan JIS yang memakan biaya hingga Rp6 miliar. Renovasi itu disebut untuk menghapus prestasi capres Anies. “Bahkan tiba-tiba ada yang jadi ahli rumput hanya untuk menunjukkan kekurangan JIS. Jelas ini hanya ditujukan untuk politisasi capres Anies Baswedan,” kata juru bicara Anies, Surya Tjandra, melalui keterangan tertulisnya, Rabu (5/7/2023).

 

Fitnah dan penzaliman terhadap bakal terus dilakukan terhadap buzzerRp hingga hari “H” Pemilu/Pilpres 2024 dan setelahnya. Pasalnya, elektabilitas Anies setelah berpasangan dengan calon wakil presiden (cawapres) Muhaimin Iskandar (AMIN) terus meningkat berdasar polling yang terpercaya. Bahkan, kedatangan AMIN kampanye di daerah-daerah disambut massa terbanyak dibanding capres-cawapres lainnya. Untuk meladeni fitnah terhadap Anies tidak perlu tampil sendiri menjawab konfirmasi media. Namun, cukup para relawan dan simpatisan Anies bergerak di medsos untuk mengcounter atau membantah fitnah tersebut. Sedangkan untuk penzaliman Anies cukup dihadapi oleh ribuan pengacara pendukung dan simpatisan Anies. (ARS/Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.