Senin, 6 Mei 24

Elon Musk Resmi Beli Twitter, Langsung Pecat CEO Twitter

Elon Musk Resmi Beli Twitter, Langsung Pecat CEO Twitter
* Ilustrasi akun twitter milik Elon Musk terpampang di layar HP yang disimpan di depan kumpulan logo Twitter yang dicetak. (RTR/VOA)

Akhirnya Elon Musk resmi menjadi pemilik baru Twitter Inc. pada Kamis (27/10/2022). CEO perusahaan mobil listrik Tesla Inc TSLA.O itu langsung memecat pejabat tinggi Twitter yang dituduh menyesatkannya dan tidak cukup memberikan petunjuk agar ia dapat mencapai ambisi-ambisi yang telah ia uraikan untuk platform media sosial berpengaruh tersebut.

Pada hari pertama Elon Musk langsung memecat CEO Twitter Parag Agrawal. Musk mengatakan, dirinya ingin “mengalahkan” bot spam di Twitter, membuat algoritma yang menentukan bagaimana caranya agar konten disajikan kepada penggunanya tersedia bagi publik, dan mencegah platform itu menjadi ruang gema bagi ujaran kebencian dan perpecahan, bahkan di kala dirinya ingin membatasi penyensoran.

Meski demikian, hingga berita ini diturunkan, Musk belum menjelaskan caranya untuk mewujudkan semua itu dan siapa yang akan menjalankan perusahaan media sosialnya tersebut. Ia sempat mengungkapkan niatnya untuk mengurangi pegawai, membuat 7.500 pegawai Twitter resah tentang masa depan mereka. Ia juga mengatakan pada hari Kamis bahwa dirinya tidak ingin membeli Twitter untuk memperoleh keuntungan, melainkan “untuk mencoba membantu umat manusia yang saya cintai.”

Musk memecat Kepala Eksekutif Twitter Parag Agrawal, Kepala Urusan Keuangan Ned Segal dan Kepala Urusan Hukum dan Kebijakan Vijaya Gadde, menurut beberapa orang yang mengetahui hal itu. Ia menuduh mereka menyesatkan dirinya dan para investor Twitter terkait jumlah akun palsu di platform tersebut.

Agrawal dan Segal berada di markas Twitter di San Francisco ketika kesepakatan itu selesai dipenuhi dan langsung dikawal keluar gedung, kata sumber-sumber tersebut.

Twitter, Musk maupun para pejabat tersebut tidak segera menanggapi permintaan berkomentar.

Akuisisi senilai $44 miliar (sekitar Rp683,7 triliun) itu merupakan puncak dari drama yang luar biasa, penuh lika-liku, yang menabur keraguan apakah Musk akan benar-benar melakukan akuisisi. Semua itu bermula pada 4 April lalu, ketika Musk mengungkapkan kepemilikan saham Twitter sebesar 9,2 persen, yang membuatnya menjadi pemegang saham terbesar perusahaan media sosial tersebut.

Orang terkaya di dunia itu lantas setuju untuk bergabung dengan dewan perusahaan Twitter, hanya untuk kemudian menolaknya di menit-menit terakhir dan justru menawarkan diri untuk membeli perusahaan itu dengan harga $54,20 per lembar saham – penawaran yang ditanggapi Twitter dengan kebingungan: apakah ini hanya lelucon Musk lainnya?

Penawaran Musk nyatanya sungguhan dan dalam kurun waktu satu minggu kemudian, masih di bulan April, kedua pihak bersepakat pada harga yang ia tawarkan. Hal ini terjadi tanpa uji kelayakan apa pun dari pihak Musk terhadap informasi rahasia perusahaan, seperti yang biasanya dilakukan ketika mengakuisisi perusahaan.

Pada minggu-minggu setelahnya, Musk meragukan keputusannya. Secara terbuka, ia mengeluh bahwa dirinya meyakini bahwa jumlah akun spam Twitter sebetulnya jauh lebih tinggi dari perkiraan Twitter sendiri yang diterbitkan dalam pengajuan peraturan, kurang dari 5 persen dari pengguna aktif harian yang dapat dimonetisasi. Pengacaranya lantas menuduh Twitter tidak memenuhi permintaannya atas informasi mengenai masalah tersebut.

Pembelian Twitter Untuk “Bantu Umat Manusia”
Elon Musk pada Kamis (27/10), memberitahu para pengiklan di Twitter bahwa ia membeli platform media sosial itu untuk “membantu umat manusia” dan tidak ingin Twitter menjadi “wahana tanpa aturan di mana semua orang bebas” mengatakan apapun tanpa konsekuensi.

Pesan kepada para pengiklan itu dipasangnya sehari sebelum tenggat waktu bagi Musk untuk menutup kesepakatan senilai 44 miliar dolar guna membeli perusahaan media sosial itu dan menjadikannya sebagai perusahaan pribadi.

“Alasan saya membeli Twitter adalah karena merupakan hal penting bagi masa depan peradaban ini memiliki alun-alun kota digital yang sama, di mana keyakinan dapat diperdebatkan dengan cara-cara yang sehat, tanpa menggunakan kekerasan,” cuit Musk dengan cara yang tidak biasa. Pesan yang ditulisnya kali ini panjang, padahal biasanya miliarder CEO Tesla itu biasanya memproyeksikan pemikirannya hanya dalam satu baris cuitan.

Ia melanjutkan bahwa “saat ini ada bahaya besar bahwa media sosial akan terpecah menjadi ruang gema sayap kanan dan sayap kiri yang menimbulkan lebih banyak kebencian dan memecah belah masyarakat kita.”

Pesan itu mencerminkan kekhawatiran para pengiklan – yang merupakan sumber utama pendapatan Twitter – bahwa rencana Musk untuk mempromosikan kebebasan berbicara dengan mengurangi konten yang dimoderasi, akan membuka pintu bagi lebih banyak perilaku tidak baik di dunia maya dan menyurutkan pengguna. Perilaku tidak baik di dunia maya umumkan mencakup sikap dan perilaku kasar, agresif, merendahkan pihak lain, dan memicu aksi kekerasan.

Batas waktu untuk menutup kesepakatan pada hari Jumat (28/10) merupakan perintah Chancery Court di Delaware awal Oktober lalu. Ini adalah langkah terbaru dalam pertempuran epik ketika Musk, yang menandatangani kesepakatan akuisisi Twitter pada April lalu, mencoba mundur dan membuat Twitter mengajukan gugatan hukum di pengadilan, menuntutnya untuk memenuhi kesepakatan itu.

Jika kedua belah pihak tidak memenuhi tenggat Jumat ini, langkah selanjutnya adalah sidang pengadilan November mendatang yang kemungkinan akan membuat hakim memaksa Musk memenuhi kesepakatannya dengan Twitter.

Namun, Musk telah memberi isyarat bahwa kesepakatan itu akan diselesaikannya pada hari Jumat. Ia mengunjungi markas besar Twitter di San Fransisco Rabu lalu (26/10 dan mengubah profil Twitter-nya menjadi “Chief Twit.” Pada Kamis siang ia meretweet foto yang menunjukkannya sedang minum kopi sambil berdialog dengan staf Twitter. (VOAIndonesia/Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.