Kamis, 25 April 24

Kasus Perempuan yang Bunuh, dan Penggal Kepala Sahabatnya

Kasus Perempuan yang Bunuh, dan Penggal Kepala Sahabatnya
* Mee Kuen Chong (Deborah) hilang 16 hari sebelum tubuhnya ditemukan. (BBC)

Apa yang akan membuat seorang perempuan membunuh sahabatnya, memenggal kepalanya, memasukkan tubuhnya ke dalam koper, menyimpannya selama dua pekan, lalu membuangnya di hutan sejauh 321 kilometer?

Bagi Jemma Mitchell jawabannya sederhana. Ketamakan. “Mitchell adalah pembunuh yang kejam. Motivasinya adalah uang. Fakta-fakta dari kasus ini mengejutkan,” kata Kepala Detektif Inspektur Kepolisian Metropolitan London, Jim Eastwood.

Ini adalah kisah persahabatan yang bermula di dalam jemaat sebuah gereja Kristen, namun berakhir tragis. Satu perempuan tewas dan satu perempuan lainnya terancam menghabiskan seumur hidupnya di balik jeruji besi.

Pembunuhan ini terkuak ketika pada suatu sore di musim panas ketika suatu keluarga sedang berwisata di sebuah kota tepi laut. Salah satu dari mereka tiba-tiba tersandung tubuh tanpa kepala.

Mee Kuen Chong, yang juga dikenal sebagai Deborah dan lahir di Malaysia, telah menghilang selama 16 hari.

Mayat perempuan berusia 67 itu ditemukan tergeletak di hutan di Salcombe, Devon, yang berjarak sekitar 321 kilometer dari rumahnya di London.

Kepalanya baru ditemukan beberapa hari kemudian di area sekitarnya.

Setahun kemudian, sidang pembunuhan mengungkap rincian yang mengerikan dan sulit dilupakan.

Deanne Heer KC menguraikan tuntutannya di dalam ruang sidang.

Kejadiannya sederhana: “Jemma Mitchell menyerang dan membunuh mendiang, lalu mengangkut tubuhnya menggunakan koper biru besar ke Salcombe, tempat dia berusaha membuang tubuh itu.”

Selama sidang berlangsung dua pekan, Mitchell sebagai terdakwa mendengarkan dari bilik kaca.

Sedangkan keluarga Chong menyaksikan persidangan melalui tautan video dari Malaysia.

Heer KC mengatakan kepada juri bahwa penuntutan tidak perlu membuktikan motif terdakwa, “tetapi dalam kasus ini, motifnya jelas adalah uang”.

Mitchell berasal dari keluarga kaya, berpendidikan swasta, dan ibunya pernah bekerja di Kementerian Luar Negeri.

Dia memiliki properti di Australia, tempat kelahirannya. Adapun rumah keluarganya di London berlokasi di kawasan yang rata-rata harga jualnya tidak kurang dari 1 juta pound (Rp18 miliar).

Pesan singkat dari Chong menunjukkan bahwa dia meyakini rumah Mitchell bernilai 4 juta pound (Rp72 miliar).

Namun, rumah itu perlu direnovasi. Kamar-kamarnya penuh dengan barang-barang, bahkan beberapa ruangan tidak bisa dimasuki, jelas Heer KC kepada hakim.

“Ada kotak-kotak, koper-koper, lemari es yang penuh dengan makanan, kasur tua dan bahan bangunan di mana-mana. Dapurnya kotor, sisa makanan membusuk di atas kompor dan berantakan, dengan dokumen-dokumen kertas menutupi permukaannya,” tutur Heer KC.

“Kamar mandinya kotor dan dalam kondisi buruk. Tempat itu tampak seperti rumah seorang penimbun. Lantai duanya direnovasi, dinding dan langit-langitnya belum terbangun sepenuhnya.”

Pengadilan mengetahui bahwa Chong menawarkan Mitchell uang sebesar 200.000 pound (Rp3,6 miliar) untuk membantu merenovasi rumahnya, tetapi Mitchell menolak tawaran itu. Tidak lama kemudian, Chong menghilang.

Kedua perempuan itu mengakui diri mereka sebagai penganut Kristen yang taat. Keduanya bertemu di gereja sekitar Agustus 2020.

Mitchell menggunakan situs kencan online bernama Christian Connection, sementara Chong aktif mengunggah pesan-pesan dari Injil.

Tidak diketahui apa yang membuat kedua perempuan ini tertarik satu sama lain, tetapi Chong adalah perempuan yang rentan dengan masalah kesehatan mental, dan Mitchell memiliki gelar di bidang osteopati, menawarkan saran-saran kesehatan serta penyembuhan spiritual.

Chong dikenal karena sifatnya yang murah hati, berteman dengan para tunawisma dan bersedia membantu mereka yang membutuhkan.

Keduanya tampak berhubungan baik. Tapi kemudian tubuh Chong ditemukan dan para detektif mulai menelisik rekaman-rekaman CCTV.

Setelah itu, semuanya mulai terurai. Detektif Eastwood mengatakan ada “banyak bukti” yang mengarah ke Mitchell.

“CCTV melacak Mitchell menuju dan pulang dari kawasan Deborah tinggal pada hari dia meninggal. Ada juga rekaman CCTV yang memperlihatkan Mitchell saat dia pergi ke Devon, lalu pulang.”

“Kami berhasil menemukan koper biru beroda yang kami yakini dia gunakan untuk mengangkut mayat Deborah dari Chaplin Road ke kediamannya sendiri di Brondesbury Park. Dari situ, dia lalu ke Devon.”

Mitchell juga mengaktifkan kembali nomor telepon tetangganya yang telah meninggal dan membawanya.

“Kami bisa membuktikan bahwa dia meninggalkan ponselnya sendiri di rumah saat dia menggunakan ponsel tetangganya yang sudah meninggal dalam perjalanan menuju dan kembali dari Devon,” jelas Detektif Eastwood.

Polisi kemudian melacak alamat Mitchell dan menemukan alasan penipuan yang mengerikan serta pengkhianatan terhadap sebuah persahabatan.

“Kami menemukan surat wasiat, yang bisa kami buktikan bahwa itu dipalsukan demi mengklaim tanah Deborah.”

“Ini kami temukan bersama dokumen pribadi dan dokumen keuangan yang diambil Mitchell dari alamat Deborah pada 11 Juni.”

Jaksa penuntut umum mengatakan kepada para juri bahwa Mitchell “sepenuhnya berniat menggunakan itu untuk keuntungan pribadinya”. (BBCIndonesia/Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.