Minggu, 19 Mei 24

Eks PM Jepang Dibunuh Saat Pidato dalam Kampanye Pemilu

Eks PM Jepang Dibunuh Saat Pidato dalam Kampanye Pemilu
* Pelaku berdiri di belakang Abe (kanan belakang) sebelum Abe berpidato. (RTR/BBC)

Mantan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe meninggal dunia pada Jumat (8/7/2022), setelah ditembak oleh pelaku yang diduga adalah mantan anggota militer. Foto-foto dari lokasi menunjukkan pria itu berdiri di belakang Abe dari jarak dekat sebelum penembakan.

Abe, 67 tahun, mantan PM Jepang yang paling lama menjabat, ditembak saat tengah memberikan pidato di tengah kampanye pemilu di Kota Nara, Jepang Selatan.

Abe ditembak dua kali saat tengah berpidato dan dia langsung terjatuh sebelum dilarikan ke rumah sakit terdekat. Foto-foto dari tempat kejadian menunjukkan ia berdarah.

Momen ketika terdengar suara tembakan sebelum Shinzo Abe terjatuh karena ditembak.

Aparat keamanan langsung menangkap pelaku dan tersangka berusia 41 tahun itu kini dalam tahanan polisi.

Dokter di Rumah Sakit Universitas Nara mengatakan luka-luka yang dialami Abe di sekitar leher kanan cukup dalam hingga menembus jantung.

Siapa tersangka pembunuh mantan PM Jepang yang berdiri di belakang sebelum menembak dua kali?

Tersangka penembak mantan PM Jepang Abe diidentifikasi media Jepang sebagai Tetsuya Yamagami, seorang penduduk Kota Nara.

Foto-foto dari tempat kejadian menunjukkan tersangka berdiri di belakang Abe sebelum ia melepaskan tembakan.

Penembak terlihat berdiri dari jarak dekat ketika Abe naik ke podium dan berpidato kepada calon pemilih di luar Stasiun Yamato-Saidaiji, Kintetsu Railway di Nara.

Ia terlihat mengenakan tas selempang.

Ia dilaporkan adalah mantan anggota Pasukan Bela Diri Maritim, atau Angkatan Laut Jepang namun Kementerian Pertahanan belum memastikan hal ini secara resmi.

Badan penyiaran Jepang, NHK melaporkan Yamagami mengatakan kepada polisi bahwa ia “tidak puas dengan Abe dan ingin membunuhnya”.

Tersangka kini berada dalam tahanan polisi. Para saksi mata mengatakan mereka melihat pria membawa apa yang mereka gambarkan sebagai senjata besar dan melepaskan tembakan ke arah Abe dua kali dari belakang.

Foto-foto yang diambil saat tersangka dibekuk menunjukkan senjata itu adalah rakitan.

Tidak jelas bagaimana penembak itu tahu bahwa Abe akan hadir dalam acara kampanye itu karena kunjungan mantan perdana menteri itu baru dipastikan pada larut malam.

Dua luka tembak
Dokter mengatakan dalam jumpa pers para medik menghabiskan empat setengah jam untuk merawat Abe.

Mereka mencoba menghentikan pendarahan dan melakukan transfusi darah dengan menggunakan 100 unit kantung darah.

Dokter memastikan bahwa ada dua luka tembak namun para dokter tidak menemukan peluru selama operasi bedah.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengecam penembakan Abe dan menyebutnya tindakan “brutal’.

Fumio Kishida mengatakan Abe memimpin Jepang dengan “kepemimpinan hebat” dan menambahkan ia “kehilangan kata-kata” setelah pembunuhan itu.

“Saya sangat menghargai warisan Shinzo Abe dan saya sangat beruka,” kata Kishida.

Kishida menggambarkan Abe sebagai “sahabat” dan “seseorang yang sering ia jumpai dalam waktu yang lama”.

“Saya mendapat banyak nasehat berguna dan dukungan dari Abe.”

Kishida menambahkan, “Kami akan menjamin pemilu yang bebas dan adil dilaksanakan secara aman dan kita tak boleh membiarkan kejadian ini mempengaruhi kepemimpinan.”

“Kami tak akan menyerah pada kekerasan, dan kami akan melanjutkan kampanye pemilu besok,” kata Kishida.

Abe dilarikan ke rumah sakit dalam “kondisi yang sangat parah”, kata Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, beberapa saat setelah penembakan.

Shinzo Abe meninggal di rumah sakit tempat ia dirawat, menurut pejabat senior Partai Demokratik Liberal kepada NHK.

Wartawan BBC di Tokyo, Yuko Kato mengatakan berita meninggalnya Abe ini merupakan momen yang sangat ditakutkan warga Jepang yang menanti dalam enam jam ini.

“Inilah berita buruk yang sangat dikhawatirkan akan terjadi,” inilah sentimen di Jepang, kata Kato.

Rakyat Jepang saat ini “bersedih, marah dan terkejut,” dan sepanjang hari banyak yang mencuit, “tak boleh ada kekerasan.” (Red)

Sumber: BBC News

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.