Jumat, 26 April 24

Disadap, Jokowi Tidak Takut Ancaman WikiLeaks

Disadap, Jokowi Tidak Takut Ancaman WikiLeaks

Jakarta, Obsessionnews – Presiden Jokowi menolak menanggapi ancaman WikiLeaks terkait penyadapan terhadap dirinya pada pilpres 2014 lalu. Sebab Jokowi merasa dirinya tidak pernah disadap oleh Australia atau Selandia Baru.

“Gak ada, siapa yang disadap, gak dengar, saya juga gak merasa disadap,” ujar Jokowi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jaktim, Minggu (8/3/2015).

Presiden mengatakan dirinya tidak pernah memiliki rahasia apapun sehingga tidak patut disadap oleh negara luar. Dengan sedikit lelucon presiden menyatakan kalau penyadapan itu lebih banyak terjadi di kebon karet atau di hutan vinus.

“Kalau pas waktu ke kebon karet atau ke hutan vinus itu banyak sadap di sana, sadap menyadap banyak. Gak ada, yang sadap saya apanya,” kata presiden dengan nada tegas.

Beberapa hari menjelang eksekusi terpidana mati gelombang kedua dilakukan, WikiLeaks mengeluarkan pernyataan siap membongkar percakapan rahasia Jokowi saat Pilpres 2014 lalu. WikiLeaks menggunakan data dari bocoran dokumen rahasia milik bekas kontraktor NSA, Edward Joseph Snowden.

Dalam dokumen itu disebutkan bahwa mata-mata Australia menyadap percakapan telepon selular dan data publik serta pejabat Indonesia melalui jaringan telepon selular terbesar, Telkomsel.

Badan spionase elektronik Australia, yakni Australian Signals Directorate (ASD) melakukan penyadapan bekerjasama dengan Biro Keamanan dan Komunikasi Selandia Baru (GCSB). Bocoran Snowden tentang ulah mata-mata Australia itu diterbitkan Kamis (5/3/2015) di Selandia Baru.

Selain Indonesia, ASD dan GCSB juga melakukan spionase elektronik terhadap negara-negara kecil di kawasan Pasifik seperti Fiji, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Nauru, Samoa, Vanuatu, Kiribati, Kaledonia Baru, Tonga, dan Polinesia.

Masih menurut dokumen Snowden, Selandia Baru dan Australia menyadap satelit komunikasi satelit dan kabel telekomunikasi bawah laut. Mereka berbagi data panggilan telepon, email, pesan media sosial dan metadata. Data-data sadapan itu lantas dibagi bersama jaringan “Five Eyes” atau jaringan spionase “Lima Mata”.

Telkomsel jadi target ASD, menurut Snowden, karena jaringan telepon selular Indonesia itu melayani lebih dari 122 juta pelanggan.

Seorang perwira intelijen Selandia Baru yang bekerja di sebuah bursa di Canberra pada tahun 2009 ditempatkan di “bagian analisis jaringan infrastruktur ” ASD, di mana ia diberi tugas khusus untuk menyediakan data telekomunikasi selular di Indonesia.

“Termasuk menyelidiki catatan panggilan telepon dan data yang dikirim melalui FTP (file transfer protocol) yang digunakan untuk mendukung transmisi lalu lintas telepon internasional dan domestik jarak jauh,” bunyi dokumen Snowden. (Has)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.