Jumat, 10 Mei 24

Destinasi Rekreasi bagi Manusia, Petaka bagi Satwa

Destinasi Rekreasi bagi Manusia, Petaka bagi Satwa
* Ilustrasi Kebun Binatang. (Foto: Edwin B/obsessionnews.com)

Obsessionnews.com – Kebun binatang merupakan wisata yang menjanjikan waktu liburan. Bagi sebagian masyarakat Indonesia, saat masa kecil adalah sebuah dunia lain yang menggembirakan. Tak hanya menarik bagi anak-anak, orang dewasa pun dibuat terpesona dengan dunia hewan. Apalagi jika hewan tersebut adalah hewan eksotis.

Namun, belakangan tersiar kabar yang meresahkan tentang salah satu kebun binatang di Indonesia kondisinya tak terawat. Adalah Medan Zoo, Simalingkar, yang belum lama ini mendapat keluhan dari warga lantaran tak terawat dan fasilitasnya dinilai tidak layak.

Dilansir dari detikSumut (6/11/2023), terlihat kondisi Medan Zoo sudah ditumbuhi banyak rumput liar. Jalan setapak pun sudah mulai rusak dan berlumut.

Hewan-hewan di Medan Zoo sudah tidak lagi banyak. Hanya ada beberapa, di antaranya burung merak, burung kakaktua, burung elang ular, gajah, Harimau Sumatera, dan Harimau Benggala.

Teo Dora, salah satu pengunjung Medan Zoo melontarkan kekecewaannya karena hewan-hewan yang ada di Medan Zoo tinggal sedikit. Ia juga mengeluhkan mengenai fasilitas yang menurutnya kurang layak hingga berkunjung ke sana terasa kurang bisa dinikmati.

Ia juga mempersoalkan kebun binatang milik Pemko Medan ini bisa tak terurus dan banyak fasilitasnya yang tak layak.

Kabar duka juga menyelimuti Medan Zoo. Harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae) ditemukan mati pada 6 November lalu. Satwa langka yang diberi nama Erha itu diduga sudah beberapa hari terakhir sakit dan tidak mau makan.

Staf Bidang Pembukuan Medan Zoo, Arfan menjelaskan Erha sudah sakit sejak 1 November 2023. Awalnya Erha tidak mau makan, kondisinya juga semakin hari semakin lemah.

Arfan menyebutkan penanganan medis terhadap Erha dilakukan pada Jumat (3/11). Akan tetapi, Erha ditemukan mati di kandang pada Senin (6/11) sekitar pukul 08.00 pagi.

Mantan Wali Kota Medan Rahudman Harahap saat mendapati informasi mengenai kematian Erha langsung mendatangi lokasi. Ia tampak marah ketika melihat gembok pintu akses menuju area belakang kandang Medan Zoo hanya bisa dibuka dengan batu.

Rahudman kenal betul dengan harimau itu. Lantaran, harimau jantan 11 tahun yang mati dinamai dengan Erha, akronim namanya. “Harimau ini lahir saat saya menjabat sebagai Wali Kota Medan. Makanya saya ingat,” ungkapnya.

Rahudman juga mengkritisi Medan Zoo yang tidak terawat seperti terbengkalai. Berbagai fasilitas rusak. Banyak kandang satwa yang kosong. Kandang yang ada juga jauh dari prinsip kesejahteraan satwa atau Animal Welfare.

“Saya prihatin melihat kondisi kebun binatang hari ini. Saya minta perhatian khusus dari Pemko,” tegasnya.

Dulu saat ia masih menjabat, pengunjung yang hadir di Medan Zoo, tidak hanya saat akhir pekan. Pada hari biasa, juga terlihat ramai. Ia meminta perbaikan Medan Zoo, harus dilakukan serius. Pemko Medan juga harus bertanggung jawab.

Ia juga menyentil Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut. Dia mendesak BBKSDA memerhatikan kondisi Medan Zoo sebagai lembaga konservasi.

Keluhan juga dilayangkan oleh Yayasan Natha Satwa Nusantara di instragram official @nathasatwanusantara. Badan yang dibentuk untuk melindungi dan memperjuangkan pemenuhan kesejahteraan hewan domestik ini mengunggah video tentang kondisi Orangutan Kalimantan yang sedang sakit dan dalam perawatan di Medan Zoo saat ini. Namun, belum ada Tindakan dari Pemko Medan dan Wali Kota.

“Kondisi kandangnya sangat tidak layak, ini sangat tidak pantas disebut sebagai konservasi ek-situ. Kondisi ini lebih mengarah ke dalam bentuk penyiksaan.”

Natha Satwa Nusantara pun memohon atensi kepada Wali Kota Medan Bobby Nasution. “Mohon atensinya Bapak @bobbynst tidak terketuk kah hati Anda melihat satwa-satwa dengan kualitas hidup seperti ini?”

Berdasarkan unggahan @wildlifewhispersumatra, Diketahui Orangutan Kalimantan (Jantan) tersebut dalam keadaan sakit karena obesitas yang diderita. Terdapat luka di bagian selangkangan hingga ia pun membutuhkan bantuan medis segera. Saat ini orangutan sudah ditangani oleh dokter hewan ahli orangutan dari SOCP. Namun, di tengah kondisinya yang sedang dalam masa recovery, kondisi kendang terlihat begitu memprihatinkan.

Kasus serupa juga pernah terjadi di Kebun Binatang Bandung. Pada 2017 silam, Yayasan Scorpio Indonesia mendesak pemerintah Kota Bandung, Jawa Barat, menutup kebun Binatang tersebut. Desakan ini menyusul ditemukannya beruang madu yang kurus tak terawat. Saking kurusnya, tulang rusuk beruang terlihat.

Ia menuding pengelola tak memenuhi lima prinsip dasar kebebasan terhadap satwa. Salah satunya, satwa harus bebas dari lapar dan haus.

Desakan penutupan kebun binatang ini bukan kali pertama. Sebelumnya, saat kematian gajah asal Sumatera pada April 2016, Kebun Binatang Bandung juga didesak untuk segera menghentikan operasionalnya.

Kabar terkini, Kebun Binatang Bandung sudah berbenah bahkan masih menjadi destinasi favorit di Kota Bandung.

Berkaca dari pengalaman, sudah seharusnya, Pemko Medan tidak abai dengan kondisi Medan Zoo. Terlebih dalam memenuhi lima prinsip dasar kebebasan terhadap satwa, yakni Freedom from hunger and thirst (bebas dari rasa lapar dan haus); Freedom from discomfort (bebas dari rasa tidak nyaman); Freedom from pain, injury and diseases (bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit); Freedom from fear and distress (bebas dari rasa takut dan stres); Freedom to express natural behavior (bebas untuk mengekspresikan tingkah-laku alamiah).

Jangan sampai kebun binatang yang yang peran dan fungsi sebagai konservasi, pendidikan, riset dan penelitian, serta destinasi rekreasi, malah menjadi petaka bagi satwa. (Gia)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.