Selasa, 19 Maret 24

Breaking News
  • No items

Dakwah di Tempat Maksiat, Gus Miftah: Saya Tidak Terima Uang Sepeser Pun

Dakwah di Tempat Maksiat, Gus Miftah: Saya Tidak Terima Uang Sepeser Pun
* Gus Miftah. (Foto: Instagram @GusMiftah).

Jakarta, Obsessionnews.com – Pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji Tundan Jogjakarta, Gus Miftah Maulana Habiburrohman, sadar sudah sejak lama dakwahnya di tempat hiburan malam banyak ditentang masyarakat. Berbagi tuduhan dialamatkan kepadanya. Gus Miftah bahkan disebut telah melacurkan agama oleh netizen.

Bagi Gus Miftah tuduhan itu memang menyakitkan, karena dianggap menjual agama hanya untuk kepentingan materi dalam hidupnya. Padahal, dia menegaskan tidak mendapatkan uang sepeser pun ketika berdakwah di tempat-tempat-tempat hiburan malam.

“Kalau dianggap sesat biasa, bagi saya yang paling menyakitkan adalah saya dianggap melacurkan agama. Saya mau ngaji di tempat begitu karena ada amplop yang tebal. Saya tegaskan, saya tidak menerima apa pun,” katanya saat dikonfirmasi, Jumat (14/9/2018).

Dakwah Gus Miftah viral setelah mengajak para pekerja seks komersial (PSK) di Bali bersholawat. Dia menegaskan bahwa kepergiannya ke Bali adalah dengan biaya sendiri. Dia datang dengan suka rela dan tidak menerima bayaran dari dakwahnya itu.

“Secara suka rela, dan mohon dicatat, kalau saya ke Bali, saya beli tiket pesawat sendiri setiap kali pengajian. Saya menginap di sana, saya cari hotel sendiri,” katanya.

Bakan saat melakukan dakwah di lokalisasi Sarkem, Jogja, Gus Miftah justru membawa konsumsi, mukena dan sajadah sendiri agar bisa digunakan untuk wanita pekerja malam di tempat itu. Berdakwah di Sarkem Gus Miftah juga tidak dibayar.

“Kalau melakukan dakwah di lokalisasi Sarkem, Jogja, itu konsumsi, mereka butuh mukena, butuh sajadah, itu saya bawakan. Jadi tidak ada urusan apapun dengan persoalan uang dan amplop,” katanya.

Karena itu, dia tidak mempermasalahkan bila ada orang yang tidak setuju dengan caranya berdakwah. Menurutnya, dakwah juga berhak didapat oleh pekerja hiburan malam. Dakwahnya di kafe dan tempat prostitusi dilakukan secara sukarela. Setiap orang punya cara sendiri dalam berdakwah.

Selain itu, dia berusaha menyampaikan dakwah ini dengan caranya dan metodenya sendiri. Dengan segala kekurangannya, Gus Miftah tetap ingin berbagai dengan mereka yang membutuhkan Tuhan.

“Saya berusaha menyampaikan dakwah ini dengan cara seperti ini, ini cara saya, ini metode saya. Saya ingin berbagi dengan mereka yang juga membutuhkan Tuhan,” katanya.

Mengenai metode dakwahnya ini, Gus Miftah telah meminta fatwa dan petunjuk dari gurunya di Pekalongan, Jawa Tengah, yaitu Habib Muhammad Luthfi bin Yahya. Saat bertemu, dia hanya diminta untuk tetap menjaga niatnya.

“Setelah lama ngaji di kfe, tempat prostitusi itu, saya tanya, saya minta fatwa, minta petunjuk dari Habib Luthfi. Waktu itu saya matur ke kediaman beliau. Beliau menjawab, kalau yang bisa melakukan itu saya, jadi teruskan saja, tidak apa-apa. Tapi yang penting adalah menjaga niat,” katanya. (Albar)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.