Rabu, 8 Mei 24

Cekungan Bandung Miliki Bebatuan Khas

Cekungan Bandung Miliki Bebatuan Khas

Bandung, Obsessionnews- Cekungan Bandung memiliki bebatuan ibarat laboratorium yang khas. Demikian disampaikan Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Unpad Prof Edy Sunardi saat orasi ilmiah jabatan guru besar Ilmu Geologi di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jalan Dipati Ukur Bandung, Jumat (27/11) .

Edy menjelaskan penelitian paleomagnetisme-magnetostratigrafi selama 40 tahun memberikan pengaruh yang besar pada perkembangan ilmu kebumian.

Penelitian tersebut digunakan Edy dan tim untuk mengkaji batuan vulkanik  Plio-Pleiosen di sekitar cekungan Bandung. Menurutnya, wilayah Bandung dipandang sebagai suatu laboratorium yang khas.

“Penelitian ilmu kebumian dengan berbagai pendekatan yang melibatkan Geologi Kuarter, Paleomagnetisme, Geokronologi, Geokimia, Petrologi, Palinologi, dan Volkanologi dapat berkontribusi bagi pemahaman kronostratigrafi Kuarter Cekungan Bandung,” paparnya.

Guru besar yang lahir di Bandung, 4 Oktober 1960 ini menilai penelitian paleomagnetism penting dilakukan terutama dalam kaitannya dengan eksplorasi sumber daya energi, perubahan iklim secara global, lingkungan, navigasi, serta komunikasi yang diakibatkan oleh terdapatnya pembalikan polaritas kutub magnet.

Meski demikian, Edi mengakui pekerjaan ilmuwan memang menyenangkan dan menarik, tetapi di lain pihak para ahli geologi dituntut untuk berpikir ke arah aplikasi dan upaya mempertahankan kelangsungan hidup umat manusia.

Ia mengatakan pendidikan untuk membentuk ahli geologi profesional di masa depan harus memadukan sains dan aplikasi secara proporsional. Hal ini didasarkan pada pola perubahan drastis dari ilmu geologi dalam hal subjek maupun pola riset.

Prof Edy

Dalam orasi ilmiah berjudul “Peran Penelitian Paleomagnetisme-Magnetostratigrafi untuk Pemahaman Geologi di Indonesia” ini dihadiri Rektor Unpad Prof. Tri Hanggono Achmad,  guru besar, anggota Senat Akademik Unpad, serta tamu undanga ini Edy menilai pengetahuan dasar tentang geologi perlu tetap mendapat perhatian, terutama salah satunya terkait cara penggolongan stratifikasi batuan.

Mengingat sampai saat ini di Indonesia masih belum tegas, baik pemisahan ataupun penggunaan, antara satuan stratigrafi hasil pengamatan dengan hasil intepretasi.

Penggolongan ini jelasnya secara sistematik berdasarkan interval waktu geologi merupakan suatu klasifikasi kronostratigrafis.

Salah satu satuan klasifikasi tersebut yaitu satuan kronostratigrafi polaritas magnet (paleomagnetisme-magnetostratigrafi).

“Satuan ini merupakan satuan waktu geologi yang didasarkan atas medan magnet remanen pada batuan,” kata Edy.

Di akhir orasinya, Edy menyimpulkan para ahli geologi di masa depan perlu memahami ilmu dasar dan sains Geologi.

Ilmu dasar harus tetap menjadikan tulang punggung dalam pengembangan geologi untuk jangka yang lebih panjang. (Dudy Supriyadi)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.