Sabtu, 27 April 24

Bom Istanbul Buat AS Kalang Kabut

Bom Istanbul Buat AS Kalang Kabut

Washington – Berbagai media melaporkan pengumuman kondisi darurat di seluruh bandara udara Amerika Serikat.

Televisi NBC News Rabu (29/6) di laporannya menyebutkan, setelah Amerika yakin kelompok teroris Daesh terlibat dalam serangan teror di bandara udara Istanbul Turki, petinggi Gedung Putih memperketat pengamanan di seluruh bandara udara negara ini. Seiring dengan peningkatan pengamanan di seluruh AS, aparat keamanan dan unit khusus dikirim ke bandara udara negara ini.

Sejumlah pejabat Amerika mengatakan bahwa ada kekhawatiran serangan serupa menyusul liburan pada 4 Juli yang bertepatan dengan hari raya Idul Fitri. Pejabat tersebut khawatir pasca kegagalan Daesh di medan perang Suriah dan Irak, mereka semakin bertekad melancarkan serangan teror di dalam negeri Amerika.

Bandara udara seperti John F Kennedy dan LaGuardia di New York dan Atlanta mendapat pengamanan super ketat. Pejabat Amerika hari Rabu juga mengkonformasi pengosongan sebuah gedung pencakar langit di kota Dallas, menyusul ada ancaman serangan bom. Pejabat tersebut menyatakan, sebuah gedung pencakar langit 50 tingkat di Dallas dikosongkan dan penghuninya berlarian ke jalan-jalan setelah ada acaman serangan bom.

Polisi Amerika mengosongkan totap jalan-jalan di sekitar gedung tersebut. Polisi menolak mengkonfirmasi identitas pelaku ancaman serangan dan menyatakan penyidikan terkait berkas ini masih berlanjut.

Menurut jajak pendapat terbaru, kekhawatiran akan serangan teror di tengah warga Amerika mencapai titik tertinggi sejak tahun 2003. Jajak pendapat bersama lembaga ORCd an CNN menunjukkan 73 persen warga Amerika khawatir serangan teror terjadi beberapa pekan mendatang.

Susan Rice, penasehat keamanan nasional Amerika hari Rabu mengatakan bahwa suara mayoritas warga Britania Raya untuk keluar dari Uni Eropa hanya sedikit berpengaruh pada keamanan nasional AS. Menurut klaim Rice, Britania memainkan peran dalam memerangi kelompok teroris Daesh dan penurunan aktivitas fenomena buruk ini di Amerika.

Hampir sepertiga warga Amerika yakin bahwa serangan teror oleh individu lebih besar bahayanya ketimbang serangan kelompok teroris terorganisir. Di sisi lain, warga AS pasca insiden penembakan 12 Juni di sebuah klub malam di Orlando, negara bagian Florida, malah menyerbu toko senjata dan menghabiskan uang mereka untuk berbelanja senjata ketimbang meletakkan senjata mereka.

Dalam hal ini, perusahaan pembuatan senjata Smith & Wesson menyatakan sepekan pasca penembakan di Orlando, 30.000 senapan semi otomatis AR-15 yang dipakai pelaku, ludes terjual.

John Brennan, direktur Dinas Rahasia Amerika Serikat (CIA) saat di komite intelijen Senat menyebut perang melawan fenomena terorisme dalam negeri sebagai kendala serius bagi aparat keamanan negara ini.

Matthew Levitt, mantan pengamat polisi federal AS (FBI) juga memprediksikan bahwa di masa mendatang serangan seperti di Orlando akan terulang di Amerika.

Di kondisi seperti ini, anggota Kongres AS memperingatkan Gedung Putih terkait penerimaan migran dan di suratnya kepada Presiden Barack Obama mereka menulis bahwa penerimaan imigran mengancam keamanan nasional. Anggota Kongres tersebut seraya mengisyaratkan bahwa pemerintah Obama gagal dalam mengumpulkan data intelijen imigran yang mengajukan suaka. “Dalam kasus ini, Washington gagal,” papar mereka.

Sementara itu, pemerintah Obama berjanji menerima 10 ribu imigran Suriah di Amerika di tahun 2016. Peringatan Kongres Amerika kepada pemerintah negara ini terkait penerimaan pengungsi Suriah dirilis di saat kelompok teroris Daesh selama beberapa tahun terakhir dengan dukungan finansial serta militer Washington, Ankara, Barat dan sejumlah negara Arab, melakukan beragam kejahatan negara kawasan khususnya Irak dan Suriah. (ParsToday)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.