Jumat, 26 April 24

Antisipasi Dampak La Nina, Unsoed Tanam Benih Padi Inpago

Antisipasi Dampak La Nina, Unsoed Tanam Benih Padi Inpago
* Pemeriksaan fase vegetatif Inpago Unsoed Protani oleh BPSB, bersama tim pemulia, mitra industri dan kelompok tani. (Ist)

Curah hujan di wilayah Jawa Tengah pada tahun ini berdasarkan laporan BMKG, akan mengalami peningkatan hingga 40 persen akibat adanya La Nina. Curah hujan tinggi dan angin yang menyertai, berpotensi menyebabkan kerebahan tanaman.

Kelembaban tinggi juga berpotensi menghadirkan berbagai organisme pengganggu tanaman (OPT), khususnya patogen. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi upaya menjaga stabilitas produksi padi.

Kesiapan petani dalam menghadapi perubahan kondisi lingkungan ini, perlu didukung berbagai pihak, termasuk akademisi agar produksi padi dan berbagai komoditas penting lainnya tetap terjaga, ungkap Koordinator Sistem Informasi Unsoed Ir.Alief Einstein,M.Hum. saat mendapingi pemaparan Dyah Susanti,SP.MP.

Ketua Tim PPM Berbasis Riset Produksi Benih Bersertifikat Inpago Unsoed Protani, Dyah Susanti (Perakit Varietas Unggul/Pemulia) memaparkan bahwa varietas-varietas unggul yang adaptif terhadap perubahan iklim global diperlukan dalam mendukung ketahanan pangan.

Dipaparkan, dua varietas unggul padi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), yaitu Inpago Unsoed Protani dan Inpari Unsoed P20Tangguh yang memiliki daya hasil tinggi pada berbagai kondisi lingkungan dan tahan rebah, diharapkan dapat berkontribusi membangun kesiapan produksi padi pada musim tanam mendatang.

“Tinggi tanaman dari dua varietas unggul berkandungan protein tinggi ini tidak sampai satu meter, dan memiliki batang yang kokoh, menjadikannya tahan rebah,” tandasnya

Sebagai peneliti yang juga Dosen Fakultas Pertanian Unsoed, Dyah Susanti menjelaskan bahwa ketersediaan benih bersertifikat merupakan kunci bermuaranya inovasi teknologi varietas unggul padi pada hilirnya yang sejati, yaitu industri pertanian dan petani sebagai pelaku utama produksi pertanian.

Peningkatan produksi padi, tak hanya berdampak pada meningkatnya ketersediaan pangan dan gizi masyarakat, tetapi juga terhadap meningkatnya kesejahteraan petani.

“Tak hanya petani yang menanam padi untuk memproduksi beras, tetapi juga bagi petani penangkar yang memproduksi benih bersertifikat,” jelasnya.

Kemampuan kelompok tani dalam menghasilkan benih bermutu yang akan menjadi calon benih bersertifikat setelah melalui serangkaian proses budidaya dan tahap-tahap pemeriksaan oleh Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB), mendapat apresiasi dalam bentuk jaminan pembelian dan harga jual yang lebih tinggi dari mitra industri produsen benih, kata Dyah Susanti.

Menurutnya, upaya peningkatan penguasaan teknologi produksi benih bersertifikat dan pendampingan bagi kelompok-kelompok tani dilakukan untuk mendukung ketersediaan benih bermutu di Indonesia sekaligus untuk mendukung peningkatan kesejahteraan petani.

Kelompok Tani Ngudi Tuwuh Desa Pajerukan, Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas menjadi mitra tani Universitas Jenderal Soedirman dalam memproduksi benih bersertifikat padi protein tinggi Inpago Unsoed Protani. Varietas unggul padi protein tinggi Inpago Unsoed Protani memiliki beragam keunggulan, antara lain daya hasil tinggi (>9 ton/ha), tanaman pendek (91cm) tahan rebah, tahan terhadap penyakit blas ras 101, serta agak tahan terhadap blas ras 041, 023 dan 073.

Selain itu, Inpago Unsoed Protani memiliki keistimewaan memiliki kandungan protein beras yang tinggi (9 – 13%), tekstur nasi pulen dan kandungan zat gizi Zn sebesar 27ppm yang menjadikannya prospektif dikembangkan pada agroindustri beras bergizi, jelas Dyah Susanti.

Pendampingan pengembangan produksi benih bersertifikat padi protein tinggi dilaksanakan oleh Tim PPM Berbasis Riset Produksi Benih Bersertifikat Inpago Unsoed Protani yang diketuai oleh Dyah Susanti, S.P., M.P., beranggotakan Prof.Ir.Totok Agung Dwi Haryanto,M.P.,Ph.D. dan Dr.Agus Riyanto,S.P.,M.Si. Ketiganya sekaligus merupakan pemulia (perakit varietas unggul), peneliti dan dosen Fakultas Pertanian Unsoed.

Guna menjembatani hilirisasi teknologi dan membangun kemandirian kelompok tani, program ini melibatkan mitra industri, PB. Great Quality Seed, perusahaan produsen benih bersertifikat yang selama ini mendukung ketersediaan benih bersertifikat varietas-varietas unggul padi yang dihasilkan Universitas Jenderal Soedirman, di antaranya Inpago Unsoed 1, Inpago Unsoed Parimas, Inpago unsoed Protani. Sedangkan proses sertifikasi dilaksanakan oleh Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Provinsi Jawa Tengah pos wilayah Banyumas.

Program pengabdian kepada masyarakat yang difasilitasi oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unsoed ini telah memasuki tahun kedua.

1. Tahun Pertama
Selanjutnya Dyah Susanti mengatakan bahwa program yang dilaksanakan pada tahun pertama dalam bentuk transfer teknologi produksi benih bersertifikat Inpago Unsoed Protani yang diimplementasikan praktiknya pada lahan percontohan (demplot). Produk benih bersertifikat yang dihasilkan pada tahun pertama telah terdistribusi pada sepuluh provinsi di Indonesia, di antaranya Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Lampung, Papua, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku.

2. Tahun Kedua
Pada tahun kedua ini, selain Inpago Unsoed Protani, Kelompok Tani Ngudi Tuwuh juga memproduksi benih bersertifikat Inpari Unsoed P20Tangguh, padi sawah protein tinggi Universitas Jenderal Soedirman yang telah dilepas sebagai varietas unggul baru nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 124/HK.540/C/04/2021. Pada kesempatan mendampingi pemeriksaan lapang fase vegetatif oleh petugas BPSB, diketahui bahwa pertumbuhan fase vegetatif kedua varietas padi protein tinggi Unsoed menunjukkan keseragaman.

Dyah Susanti menambahkan bahwa pendampingan produksi benih bersertifikat dua varietas unggul padi Unsoed yang adaptif terhadap kondisi lingkungan dan memiliki keunggulan pada daya hasil dan kandungan gizi berasnya ini, diharapkan dapat berkontribusi setidaknya pada tiga hal.

Pertama, peningkatan kesejahteraan petani, kedua peningkatan gizi masyarakat, serta yang *ketiga,* terbangun kesiapan sektor pertanian dalam menghadapi dampak La Nina pada musim tanam mendatang.

Sinergi akademisi, pemerintah baik pusat termasuk BMKG maupun daerah, swasta, kelompok masyarakat serta media diperlukan untuk membangun resiliensi sektor pertanian terhadap perubahan iklim global, kata Dyah Susanti. (Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.