Kamis, 25 April 24

17 Tahun Berlalu, Juara Itu Akhirnya Kembali Hinggapi Persija

17 Tahun Berlalu, Juara Itu Akhirnya Kembali Hinggapi Persija
* Persija Jakarta menjadi juara Liga 1 2018. (Foto: okezone.com).

Jakarta, Obsessionnews.com – Persija Jakarta harus menunggu hingga 17 tahun lamanya untuk bisa kembali merengkuh juara. Persija, salah satu klub legendaris Tanah Air, terakhir kali mengangkat piala juara kompetisi elite pada musim 2001. Semenjak saat itu tim ibukota seperti kesulitan menjadi yang terbaik. Kali ini Persija benar-benar menjadi kampiun setelah mengalahkan Mitra Kukar di partai final Liga 1 2018. 

Dalam pertandingan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu (9/12/2018) sore WIB, Persija menang 2-1 berkat sepasang gol Marko Simic. Gol pada menit ke-17 lahir dari tendangan penalti, gol kedua hasil sundulan pada menit ke-59. Aldino Herdianto membukukan satu gol balasan untuk Mitra Kukar pada menit ke-88.

Usai peluit panjang ditiup wasit Prasetyo Hadi, 68 ribu The Jakmania langsung bersukacita. Dahaga juara selama 17 tahun terhapus saat Persija juara Liga 1. Tak cuma bersorak, flare dan petasan langsung dinyalakan The Jakmania. SUGBK pun mendadak diselimuti asap putih dan oranye.

“The Jak sangat luar biasa, mereka sangat rindu dengan momen ini. Dari 2001 akhirnya 2018 kami bisa juara juga,” ungkap bek Persija, Rezaldi Hehanusa.

“Saya sangat bangga. Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata lagi. Terima kasih untuk The Jakmania. Juara ini kami persembahkan untuk mereka, keluarga, dan orang terdekat,” ungkap dia menambahkan. 

Catatan sejarah menempatkan Persija hingga saat ini tercatat sebagai klub terbanyak meraih gelar juara kompetisi kasta tertinggi Tanah Air. Mayoritas di antaranya didapat di era kompetisi perserikatan.

Persija tercatat menjadi jawara perserikatan edisi tahun 1931, 1933, 1934, 1938 (dengan nama VIJ Jakarta), 1954, 1964, 1973, 1975, 1979. Sebiji gelar lagi didapat Macan Kemayoran di era Liga Indonesia (penggabungan Galatama dan Perserikatan), tepatnya pada musim 2001. 

Koleksi gelar juara yang diraih Tim Macan Kemayoran mengalahkan Persebaya Surabaya, PSMS Medan, PSIS Semarang, atau Persib Bandung. Bahkan pada periode 1950 hingga 1970-an Persija tidak pernah kering mencetak pesepak bola berbakat. Mereka lahir dari binaan kompetisi internal yang tertata rapi. Persija kerap dijuluki miniatur Timnas Indonesia, lantaran banyaknya pemain yang masuk skuat Tim Merah-Putih.

Di era 1960-an sosok Endang Witarsa melegenda sebagai pelatih bertangan dingin yang banyak mencetak pemain-pemain belia Persija. Pelatih yang berprofesi sebagai dokter gigi itu dikenal sebagai arsitek yang doyan memaksimalkan darah muda. Di eranya materi pemain Persija rataan usianya 16-19 tahun!

Sinyo Aliandoe, Surya Lesmana, Yudo Hadiyanto, hingga Soetjipto Soentoro adalah sederet pemain Persija didikan Endang Witarsa yang jadi pelanggan Tim Garuda, yang pada era tersebut disebut sebagai Macan Asia.

Pada era 1960-1970 Persija amat produktif mencetak pemain-pemain berkualitas yang jadi pilar Timnas Indonesia. Iswadi Idris, Rony Paslah, Anjas Asmara, Sutan Harhara, Oyong Liza dan Risdianto adalah figur-figur kunci Persija jadi Raja Indonesia pada tahun 1973, 1975, 1979.

Persija dengan warna khas warna merah dan putih mengalami masa-masa sulit pada periode 1980-an sampai awal 1990-an.

Tim Macan Kemayoran sempat hampir degradasi dari kompetisi elite perserikatan pada 1985-1986. Beruntung Persija lolos dari kemelut, setelah sukses jadi jawara play-off promosi degradasi di Cirebon pada awal tahun 1986. Momen kelam itu tak akan pernah terlupakan hingga kini.

Uniknya walau kering prestasi Persija tetap subur melahirkan pemain-pemain top di era tersebut. Patar Tambunan, Adityo Darmadi, Tiastono Taufik, Rahmad Darmawan, Noah Meriem dan Tony Tanamal adalah pemain-pemain binaan Persija yang kerap dipanggil membela Timnas Indonesia. Kondisi internal organisasi membuat Persija kesulitan mencetak prestasi.

Penggabungan kompetisi Perserikatan dengan Galatama pada pertengahan 1990-an tak membuat penampilan Persija membaik. Menghadapi persaingan ketat Liga Indonesia yang melibatkan klub dari kedua pentas kompetisi, Persija terhuyung-huyung.

Momen penting terjadi pada 1996 saat Sutiyoso, Gubernur DKI Jakarta nyemplung menjadi Pembina Persija. Gubernur asal Semarang yang gila bola itu punya ambisi besar kembali membawa kejayaan buat Persija.

Ia figur yang ringan tangan membantu pendanaan Persija saat jadi orang nomor satu ibu kota. Bang Yos (panggilan akrabnya) menelurkan kebijakan ekstrem dengan mengubah warna kostum Persija dari merah-putih menjadi oranye.

Ia punya pandangan tersendiri saat memilih oranye sebagai warna kebesaran klub pengganti Persija. Ia berpandangan warna Jingga yang mentereng memiliki aura kemegahan, sepintas seperti pancaran warna emas.

Bang Yos beranggapan warna merah dan putih kurang kuat sebagai identitas diri, karena banyak klub-klub di Indonesia yang juga mengenakan warna ini sebagai warna kebesaran, sebut saja PSM Makassar atau Persipura Jayapura. Warna Merah-Putih juga menjadi warna dasar buat timnas Indonesia.

Oranye lekat dengan timnas Belanda, negara yang ada di level elite di jagat sepak bola internasional. Gaya permainan menyerang De Oranje amat dikagumi Sutiyoso.

Persija yang tengah menjalani proses lahir baru butuh sebuah gebrakan untuk menandai kebangkitannya. Warna oranye yang dipilih sebagai identitas baru Tim Macan Kemayoran, ternyata membawa aura positif. Klub yang di awal penyelenggaraan Liga Indonesia terseok-seok jadi penghuni tetap papan bawah, kembali ke khitah sebagai klub elite Tanah Air. Persija bukan lagi klub kalahan.

Gelar juara LI 2001 menegaskan kebangkitan Persija di perhelatan elite Tanah Air. Minggu Malam, 7 Oktober 2001, jadi momen yang tidak bisa dilupakan bagi pendukung Persija, The Jakmania. Warna oranye mendominasi Stadion Utama Gelora Bung Karno. The Jakmania datang ke stadion buat memberi dukungan kepada Macan Kemayoran yang berhadapan dengan PSM Makassar di final Liga Indonesia 2001.

Laporan pertandingan PSSI menyebut angka penonton laga ini menembus 60 ribu orang. Dukungan The Jakmania membakar semangat Bambang Pamungkas dkk. di lapangan. Persija unggul tiga gol sumbangan Imran Nahumarury dan Bepe (2 gol), sebelum akhirnya Tim Juku Eja memangkas skor menjadi 3-2.  (Has)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.