Jumat, 17 Mei 24

Pengalaman Minum Obat Tidur

Pengalaman Minum Obat Tidur
* Alganax sejenis obat penenang yang memberi efek mengantuk. (Sumber foto: https://sehatafiat.com)

Mungkin ini salah satu pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan, yaitu pernah mengonsumsi obat tidur!  Seumur hidup inilah pertama kali saya mengonsumsi obat semacam ini.

Jadi ceritanya begini. Seusai lebaran kemarin, saya pernah dua hari dua malam tidak bisa tidur. Mata tidak bisa dipejamkan  sepicingpun. Sudah bolak-balik badan saya di atas kasur, tapi mata tetap melek. Sudah beberapa doa dan surat di dalam Al-Quran saya baca tetapi tetap tidak bisa tidur juga. Sampai adzan subuh berkumandang saya belum berhasil tidur.  Istilah ilmiahnya saya mengalami insomnia.

Efeknya terasa pada siang hari. Badan saya kleyeng-kleyengan kata orang Jawa, tidak nyaman, pusing, tidak bisa konsentrasi.  Badan terasa lelah. Mata terasa sangat berat tetapi tidak ada rasa mengantuk. Tidak enaklah pokoknya.

Dua hari tidak bisa tidur, maka saya tidak ingin pada hari ketiga juga tidak bisa tidur. Lalu saya pun mengunjungi dokter umum. Dokter mengatakan saya mungkin mengalami stres atau banyak pikiran sehingga tidak bisa tidur. Banyak pikiran? Mungkin juga. Menjelang keberangkatan haji, seperti yang saya ceritakan pada tulisan sebelumnya, saya memang sering kepikiran. Kepikiran anak sulung, kepikiran segala macam. Meskipun kepikiran itu hanya selintas-selintas saja melayang di dalam otak, tetapi terbawa ke tempat tidur. Akibatnya ya begini, saya tidak bisa tidur sepicingpun. Insomnia!

Saya minta solusinya kepada dokter. Saya ingin tidur barang sejam dua jam tak apalah. Dokter memberi saya lima butir obat namanya Alganax. Dari internet saya ketahui kalau Alganax adalah sejenis obat penenang yang memberi efek mengantuk. Semacam valiumlah. Obat ini diminum satu butir setelah makan malam. Dosis obat yang diberikan adalah 0.5 mg.

Malam harinya saya minum satu butir Alganax. Beberapa jam kemudian saya merasa mengantuk berat. Akhirnya saya benar-benar bisa tertidur pulas sampai adzan Subuh. Keesokan harinya badan saya merasa segar kembali.

Pada malam kedua saya minum satu butir lagi. Saya memang bisa tidur seperti pada hari sebelumnya.

Tetapi, pada hari ketiga, saya tidak mau meminum lagi. Saya tidak ingin tergantung pada obat tidur ini. Dua butir saja cukup, sisanya tidak mau saya habiskan.  Pada dasarnya semua obat penenang memberi efek kecanduan, yang jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama bisa membuat penggunanya seperti pecandu narkoba: harus tersedia, jika tidak ada maka diri akan merasa gelisah, badan tidak enak, dan sebagainya.

Pada hari ketiga dan keempat setelah saya tidak mau minum obat tidur itu lagi, memang mata sulit dipejamkan. Saya mencoba berbagai tips agar bisa tidur, misalnya kamar dibuat dalam keadaan gelap gulita, tidak boleh ada cahaya sedikitpun. Semua jam yang berbunyi saya turunkan,  minum susu hangat, madu, bahkan mandi air hangat. Setelah berjuang berjam-jam untuk tidur, memang saya bisa tidur sebentar tapi terbangun lagi. Setelah terbangun saya tidak bisa tidur lagi. Intinya saya tidak bisa tidur lelap. Kejadian ini berlangsung selama beberapa hari yang membuat badan saya drop. Tetapi, demi tidak mau minum obat tidur lagi, hal ini harus dilalui supaya efek ketergantungan itu hilang.

Saya berkesimpulan bahwa penyebab insomnia ini yang harus diatasi terlebih dahulu, bukan solusinya dengan obat.  Obat tidur atau obat penenang hanya memberi ketenangan yang semu. Efek mengantuknya tidak alami, tetapi karena dirangsang oleh zat kimia dari obat. Kalau memang saya tidak bisa tidur karena banyak pikiran menjelang berangkat haji, maka masalah inilah yang harus diselesaikan.  Lalu, saya bermunajat kepada Allah SWT, saya memasrahkan diri saya kepada-Nya, ikhlas lahir batin. Semua saya serahkan kepada Allah, baik keluarga saya, anak saya, maupun harta benda saya. Saya minta diampuni semua dosa dan kesalahan saya.

Pada hari kelima dan seterusnya saya bisa juga tidur, tetapi setelah larut malam baru mata bisa terpejam. Tak apalah, daripada tidak bisa tidur sama sekali. Dua jam pun cukup.

Sekarang saya sudah bisa tidur lagi. Sebagai pengganti obat tidur dari dokter, saya menggunakan beberapa herbal. Saya pesan teh Chammomile lewat Tokopedia. Saya coba minum larutan serbuk buah pala dicampur madu. Saya juga minum suplemen. Alhamdulillah, saya berhasil  tidur lama dan badan saya mulai merasa segar kembali. (Rinaldi Munir, Dosen Teknik Informatika ITB)

 

Baca Juga:

Rindu dengan Rasulullah

Tragedi Danau Toba yang Memilukan

Rujak Sayur Buah dan Bubur Hanjeli khas Orang Sunda Kala Bulan Puasa

Kaos Kaki Ayah

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.