Sabtu, 18 Mei 24

Soekarno Motor Penggali Pancasila

Soekarno Motor Penggali Pancasila
* Nahdlatul Ulama (NU) menyebut Ir Soekarno adalah motor penggali Pancasila. (Sumber foto: mv.beritacenter.com)

Jakarta, Obsessionnews.com –  Kelahiran Hari Pancasila diperingati pada 1 Juni. Berita tentang Pancasila sejak kemarin hingga Sabtu (2/6/2018) masih bertahan menjadi trending topic di media sosial Twitter. Pantauan Obsessionnews.com di Twitter wilayah Indonesia hari ini hingga pukul 8.55  WIB berita tentang Pancasila berada di peringkat teratas di antara 10 trending topic. Dan terdapat 101 ribu tweet tentang Pancasila.

Salah satu organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam terbesar di Indonesia, Nahddlatul Ulama (NU), menyebut Ir Soekarno adalah motor penggali Pancasila. “Ir Soekarno yang mendapat gelar dari NU sebagai “waliyul amri bidhoruri bisysyaukah” adalah motor penggali Pancasila. Pancasila kini tumbuh menjadi pemersatu antar suku, golongan, ras dan agama. Pancasila adalah rumah kita. #pancasilarumahkita,” tulis NU di akun Twitternya, @nahdlatululama, Jumat (1/6)

Dikutip Obsessionnews.com dari Wikipedia, menjelang kekalahan Tentara Kekaisaran Jepang di akhir Perang Pasifik, tentara pendudukan Jepang di Indonesia berusaha menarik dukungan rakyat Indonesia dengan membentuk Dokuritsu Junbi Cosakai (bahasa Indonesia: “Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan” atau BPUPKI, yang kemudian menjadi BPUPKI, dengan tambahan “Indonesia”).

Badan ini mengadakan sidangnya yang pertama dari tanggal 29 Mei (yang nantinya selesai tanggal 1 Juni 1945).Rapat dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan harinya 29 Mei 1945 dengan tema dasar negara. Rapat pertama ini diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini dikenal dengan sebutanGedung Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung tersebut merupakan gedung Volksraad (bahasa Indonesia: “Perwakilan Rakyat”).

Setelah beberapa hari tidak mendapat titik terang, pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno mendapat giliran untuk menyampaikan gagasannya tentang dasar negara Indonesia merdeka, yang dinamakannya “Pancasila“. Pidato yang tidak dipersiapkan secara tertulis terlebih dahulu itu diterima secara aklamasi oleh segenap anggota Dokuritsu Junbi Cosakai.

Selanjutnya Dokuritsu Junbi Cosakai membentuk Panitia Kecil untuk merumuskan dan menyusun Undang-Undang Dasardengan berpedoman pada pidato Bung Karno tersebut. Dibentuklah Panitia Sembilan (terdiri dari Ir. SoekarnoMohammad Hatta, Mr. AA MaramisAbikoesno Tjokrosoejoso,Abdul Kahar MuzakirAgus SalimAchmad SoebardjoWahid Hasjim, dan Mohammad Yamin) yang ditugaskan untuk merumuskan kembali Pancasila sebagai Dasar Negara berdasar pidato yang diucapkan Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945, dan menjadikan dokumen tersebut sebagai teks untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Setelah melalui proses persidangan dan lobi-lobi akhirnya rumusan Pancasila hasil penggalian Bung Karno tersebut berhasil dirumuskan untuk dicantumkan dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945, yang disahkan dan dinyatakan sah sebagai dasar negara Indonesia merdeka pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh BPUPKI. [1]

Dalam kata pengantar atas dibukukannya pidato tersebut, yang untuk pertama kali terbit pada tahun 1947, mantan Ketua BPUPKI Dr. Radjiman Wedyodiningrat menyebut pidato Ir. Soekarno itu berisi “Lahirnya Pancasila”.

”Bila kita pelajari dan selidiki sungguh-sungguh “Lahirnya Pancasila” ini, akan ternyata bahwa ini adalah suatu Demokratisch Beginsel, suatu Beginsel yang menjadi dasar Negara kita, yang menjadi Rechtsideologie Negara kita; suatu Beginsel yang telah meresap dan berurat-berakar dalam jiwa Bung Karno, dan yang telah keluar dari jiwanya secara spontan, meskipun sidang ada dibawah penilikan yang keras dari Pemerintah Balatentara Jepang. Memang jiwa yang berhasrat merdeka, tak mungkin dikekang-kekang! Selama Fascisme Jepang berkuasa dinegeri kita, Demokratisch Idee tersebut tak pernah dilepaskan oleh Bung Karno, selalu dipegangnya teguh-teguh dan senantiasa dicarikannya jalan untuk mewujudkannya. Mudah-mudahan ”Lahirnya Pancasila” ini dapat dijadikan pedoman oleh nusa dan bangsa kita seluruhnya dalam usaha memperjuangkan dan menyempurnakan Kemerdekaan Negara.” (arh)

 

Baca Juga:

Pancasila Jimat Persatuan Indonesia

Tafsir Pancasila Zaman Now

Adhyaksa Dault: Pramuka Manusia Pancasila

Yudi Latief: Pemahaman Pancasila Semakin Luntur

Pancasila ‘‘Dibina’, Neolib Dipelihara

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.