Senin, 29 April 24

Zainut Tegaskan Agama Harus Jadi Solusi, Bukan Jadi Bagian dari Masalah

Zainut Tegaskan Agama Harus Jadi Solusi, Bukan Jadi Bagian dari Masalah
* Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Zainut Tauhid Sa’adi Kongres di acara Budaya Umat Islam Indonesia, yang diselenggarakan oleh Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat dalam rangka peringatan Milad ke-48 MUI di Jakarta, Rabu (26/7/2023). (Foto: ZTS)

Obsessionnews.com – Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Zainut Tauhid Sa’adi menegaskan, agama harus dapat dihadirkan sebagai solusi atas beragam masalah, bukan malah menjadi bagian dari masalah.

Agama hendaknya dapat menjadi penawar bagi persoalan global yang hingga kini masih membutuhkan peran nyata dari agama itu sendiri.

Zainut menyampaikan pesan itu dalam acara Kongres Budaya Umat Islam Indonesia, yang diselenggarakan oleh Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) MUI Pusat dalam rangka peringatan Milad ke-48 MUI di Jakarta, Rabu (26/7/2023).

 

Baca juga:

Buka ICCIRS, Wamenag Zainut Gulirkan Upaya Kolektif Majukan Pendidikan Tinggi Kristen

Soal Pesantren Al Zaytun, Wamenag Zainut: Kita akan Tabayun

Wamenag Zainut Ucapkan Selamat kepada UIN Syahid Jakarta Juara Umum OASE PTKI II 2023

 

 

 

Dikutip dari siaran pers yang diterima obsessionnews.com pada Kamis (27/7), dalam kesempatan itu Zainut mengatakan, umat Islam saat ini sedang menghadapi tantangan baru yang sangat kompleks. Kemajuan teknologi informasi yang dahsyat telah membentuk watak masyarakat yang sama sekali berbeda dengan sebelumnya. Agama masa depan harus memberikan nilai-nilai dasar dan modalitas yang dapat membantu memahami tantangan yang dihadapi oleh umat manusia. Kemajuan teknologi digital tidak dapat dihindari dan tidak dapat dihentikan dalam segala aspek kehidupan sehari-hari. Justru itu memberi umat manusia teknologi mewah yang dapat mempercepat perubahan dan menyebabkan banyak gangguan.

“Agama harus membekali pengikutnya dengan pola pikir digital yang tepat dan literasi digital yang memadai, untuk memastikan bahwa transformasi digital berlangsung secara sistematis, tepat dan transformatif, untuk membangun peradaban dunia yang lebih baik,” tandasnya.

Mantan Wakil Menteri Agama itu menambahkan, Islam telah memberikan ruang yang sangat luas bagi pemeluknya untuk melakukan tafsir dan pemaknaan ulang atas ajaran-ajarannya yang bersifat “ijtihady”, agar ajaran Islam dapat diterima dan relevan dengan kebutuhan nyata, khususnya untuk menjaga keharmonian, perdamaian, dan kesejahteraan kehidupan manusia.

Menurut Zainut, ajaran agama Islam itu sendiri sesungguhnya sangat lekat dengan konsep rahmah atau kasih sayang, sebagaimana muatan nilai risalah Nabi Muhammad SAW, yaitu rahmatan lil-alamin. Prinsip kelembutan dan kasih sayang Islam ini perlu dijadikan landasan dalam praktik kehidupan yang majemuk, modern, dan kompleks.

 

 

 

“Maraknya konflik dan peperangan di belahan dunia, pertikaian sosial berbasis paham keagamaan, ekstremisme dengan dalih jihad, rusaknya konservasi alam, perdagangan manusia, praktik ketidakadilan gender, diskriminasi terhadap minoritas dan lain-lain, seharusnya dapat dipecahkan melalui peran agama,” pungkas Zainut.

Forum Kongres yang mengambil tema “Mengukuhkan Peran Kebudayaan Islam Indonesia dalam Merekatkan Kebhinekaan Indonesia Bangsa” diikuti para ulama, pimpinan MUI pusat dan daerah, pimpinan ormas Islam tingkat pusat, akademisi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), pimpinan pondok pesantren, para tokoh dan praktisi seni dan budaya dari berbagai daerah. Hadir juga sebagai narasumber Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Keudayaan (PMK) Prof. Muhajir Effendy, Guru Besar Universitas Indonesia Prof. Susanto Zuhdi, dan Ketua Bidang Seni Budaya MUI KH Jeje Zainuddin. (arh)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.