Wow!! Satu Desa Tak Merokok

Jakarta, Obsessionnews.com - Dari data yang dimiliki Asia Pasific Conference on Tobacco or Health (APACT) ada sebanyak 3 miliar orang merupakan pecandu tembakau di seluruh dunia. Ironisnya, jumlah terbesar pecandu rokok berada di negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini berbeda di Negara Turki. Berada di Haydarbeyli, sebuah desa di Anatolia, dimana penduduknya yang berjumlah 180 penghuni tak satupun dari mereka yang merokok. Padahal sebagian dari mereka sebelumnya pecandu rokok. Salah satu warga Haydarbeyli Muhsin Varol mengaku pernah merokok lebih dari 13 tahun sebelum memutuskan untuk berhenti dari kebiasaan tersebut. “Saya berhenti merokok, sama seperti semua penghuni di sini,” ujarnya seperti dikutip dari muslimobsession.com, Selasa (4/12/2018). Sementara Kepala Desa Rifat Eraslan mengatakan, setiap penduduk desa mendukung satu sama lain untuk menyingkirkan kebiasaan berbahaya ini. Bahkan, pemerintah Turki juga mendukung kampanye anti-merokok mereka. Sedangkan Yasin Uğurlu, penduduk lainnya mengaku memutuskan untuk berhenti merokok setelah dirinya kecanduan selama empat tahun. “Semua orang tahu betul tentang bahaya merokok dapat menyebabkan kematian, tetapi kebanyakan orang memilih untuk mengabaikannya,” tutur Uğurlu. Namun di Haydarbeyli, dia memilih untuk tidak merokok. Uğurlu mengatakan, saat ini semua orang menjadi senang, karena di rumah, di mobil, maupun di jalan umum, tidak ada sama sekali bau rokok. “Anda tidak akan menemukan satu batang rokok pun di desa kami,” ungkapnya. Menurut data dari Daily Sabah, diperkirakan ada 3,3 miliar perokok di seluruh dunia. Di mana setiap tahun hampir lima juta orang kehilangan nyawa karena penyakit yang berhubungan dengan merokok. Seorang perokok berisiko tinggi terkena penyakit saluran pernapasan atas, faringitis kronis, laringitis, infeksi berulang, gangguan pita suara pada wanita, kanker tenggorokan, bronkitis rekuren, pneumonia, emfisema, paru-paru dan jenis kanker lainnya. Perokok memiliki potensi 13 hingga 22 kali lebih menderita kanker paru-paru dibandingkan dengan non-perokok. Risiko mereka terkena kanker gingiva adalah 5 hingga 14 kali lebih tinggi. Sementara kanker lidah adalah 4 hingga 33 kali, dan kanker tenggorokan adalah 7 hingga 16 kali lebih tinggi. Menurut sebuah artikel 2006 yang diterbitkan oleh British Medical Journal, tingkat merokok pada umumnya tinggi di negara-negara Muslim. Tingkat tercatat tertinggi di antara pria ditemukan di Yaman (77%) dan di Indonesia (69%). Yaman juga memiliki prevalensi merokok tertinggi di antara wanita, di mana hampir sepertiga ditemukan merokok. Studi ini melaporkan bahwa negara-negara Muslim lainnya dengan tingkat merokok yang tinggi adalah Tunisia (62% pria), Guinea (59% pria) dan Turki (51% pria). (Vina)