Banyak warga Thailand mengantre pada hari Minggu (7/5/2023), dalam antrean panjang untuk memberikan suara lebih awal dalam pemilihan parlemen yang dijadwalkan pada 14 Mei 2023.
Lebih dari dua juta warga Thailand telah mendaftar untuk pemungutan suara lebih awal dari 52 juta pemilih yang memenuhi syarat yang berusia 18 tahun ke atas, menurut komisi pemilu negara itu.
“Saya ingin melihat perubahan dan perbaikan dalam manajemen,” kata Gosol Pungtaku, 51 tahun, salah satu dari 800.000 penduduk Bangkok yang mendaftar untuk pemungutan suara dini hanya satu hari di ibu kota.
Pemilih lainnya, Siriporn Namphet, 34 tahun, mengatakan dia memilih perubahan.
“Ini seperti melihat apa yang telah dilakukan oleh pemerintah sebelumnya dan sekarang mengharapkan pemerintahan baru untuk mengambil alih dan memerintah dengan lebih efektif,” katanya kepada Reuters.
Pemilihan itu dapat mengganggu status quo setelah lebih dari delapan tahun pemerintahan konservatif pro-militer yang dipimpin oleh mantan panglima militer Prayut Chan-o-cha.
Prayut, 69, pertama kali merebut kekuasaan dalam kudeta 2014 dan tetap menjadi perdana menteri setelah pemilu 2019 yang menurut para kritikus dicurangi untuk mendukung pemimpin junta, tuduhan yang dibantah pemerintah. Dia tertinggal jauh di belakang partai oposisi dalam jajak pendapat baru-baru ini.
Partai oposisi Pheu Thai, kelompok populis yang memenangkan lima pemilihan umum sebelum 2019 dan digulingkan oleh Prayut dalam kudeta, memimpin dalam sebagian besar jajak pendapat, diikuti oleh Partai Maju yang progresif.
Pemilihan ini untuk 500 kursi Dewan Perwakilan Rakyat. (Straits Times/Red)
