Selasa, 7 Mei 24

TIM Dipugar, Diharapkan Tetap Pertahankan Karakter Dasarnya yang Khas

TIM Dipugar, Diharapkan Tetap Pertahankan Karakter Dasarnya yang Khas
* Revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. (Foto: pusat.jakarta.go.id)

Jakarta, Obsessionnews.com -Sifat bawaan Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, itu sarat aura perjuangan. Pada 1940-an, pada fase Indonesia dijajah Jepang hingga awal kemerdekaan, para pemuda dan mahasiswa bermarkas dan berlalu-lalang di Jalan Cikini. Posko para pemuda dan mahasiswa yang tergabung dalam Badan Permusyawaratan Pelajar Indonesia (BAPERPI) atau semacam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) kalau sekarang berlokasi persis di sebelah Taman Ismail Marzuki (TIM) sekarang.

 

Baca juga:

Taman Ismail Marzuki sebagai Taman Peradaban

Pembangunan Wisma Berkelas Hotel Bintang 4 di TIM Menuai Polemik, Berapa Anggaran dan Fasilitasnya?

 

Sedangkan 500 meter menuju ke arah TIM, di Gedung Joang 45, merupakan asrama dan posko pengaderan para pemuda yang berjiwa nasionalis dari berbagai spektrum politik dan aliran ideologi.

Tak heran ketika TIM berdiri atas dukungan sepenuhnya Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, yang berlokasi di Cikini Raya No 72, komunitas seniman yang kerap berkumpul di TIM juga dijiwai oleh etos kejuangan tersebut. Mereka antara lain HB Jassin, Abdul Hadi WM, WS Rendra, Ajip Rosidi, Misbach Yusa Biran, Slamet Rahardjo Djarot, Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun. Sutan Takdir Alisyahbana.

Direktur Eksekutif Global Future Institute Hendrajit mengatakan, Mereka merajut reputasi dan legendanya masing-masing, bukan sekadar sebagai seniman, melainkan seniman yang berwawasan budaya. Yang diinspirasi oleh sifat bawaan TIM dan lingkungan Cikini Raya yang beraura perjuangan sejak zaman penjajahan hingga menjelang kemerdekaan.

Hendrajit berharap TIM dipugar bukan sekadar untuk tampil jadi modern dan keren, melainkan secara arsitektural tetap mempertahankan karakter dasarnya yang khas.

“Seperti kata orang bijak, arsitektur sebuah bangunan tak ubahnya seperti syair sebuah lagu dan ritme musik. Bahkan bisa kita ibaratkan sebuah puisi,” kata Hendrajit dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (22/2/2020).

Ia melanjutkan, berarti bukan sekadar memancarkan sebuah penampakan, melainkan juga getaran suara dan bunyi. (arh)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.