Terima dan Pahami Individu Autistik

Terima dan Pahami Individu Autistik
Jakarta, Obsessionnews.com –  Dewasa ini autisme bukanlah kata yang asing bagi kebanyakan orang. Orang tua yang memiliki anak autisme maupun berkebutuhan khusus lainnya pun kian membuka diri. Oleh karena itu, informasi yang memadai mengenai anak berkebutuhan khusus dan segala keperluannya baik dari segi pendidikan, terapi hingga kesehatan pun dibagi dan disebarkan. Namun apakah masyarakat telah memahami dan menerima para individu berkebutuhan khusus tersebut? [caption id="attachment_240702" align="alignnone" width="640"] Chair Emeritus of The Autism Society of Phillipines and Chairperson of ASEAN Autism Network, Dang Uy Koe.[/caption] Pesan inilah yang ingin disampaikan London School Center of Autism Awareness (LSCAA) dalam rangka Autism Awareness  Festival (AAF) 10th, Acara yang telah rutin dilakukan sejak satu dekade yang lalu dalam rangka memperingati hari autis sedunia yang bertepatan pada setiap tanggal 2 April. Mengusung tema “Understand, Accept, & Love” rangkaian acara ini dimulai dengan seminar dan sharing bertemakan “Kreativitas Dalam Mempersiapkan Remaja Berkebutuhan Khusus”. [caption id="attachment_240704" align="alignnone" width="640"] Penny Handayani.[/caption] Ada empat pembicara dengan topik yang berbeda berbicara mengenai autism. Di sesi pertama  Chair Emeritus of The Autism Society of Phillipines and Chairperson of ASEAN Autism Network, Dang Uy Koe, membagikan kisahnya sebagai ibu dengan anak autisme dan perjuangannya agar masyarakat Filipina dapat memahami dan menerima individu autistik. Begitu banyak usaha yang dilakukannya demi sang buah hati. [caption id="attachment_240708" align="alignnone" width="640"] Servo Caesar Yoga.[/caption] Pembicara kedua, Penny Handayani, M.Psi, seorang psikolog membicarakan mengenai bagaimana anak-anak berkebutuhan khusus tersebut dapat menjadi seorang pribadi yang mandiri dan mampu bekerja baik untuk diri sendiri. Bagaimana orang tua dapat mengetahui minat dan bakat anak hingga dapat mengarahkan anak-anak tersebut dapat bekerja sesuai dengan minatnya. Media sosial kini juga dapat dimaksimalkan sebagai wadah untuk pembelajaran dan lapangan kerja. Banyak profesi baru hadir dari medium berbasis teknologi ini, sebut saja selebgram, youtuber hingga vlogger yang saat ini menjadi kiblat trend para anak muda khususnya generasi milenial. Servo Caesar Yoga,  seorang content creator, hadir untuk memberikan tips bagi para orang tua dalam memantau aktivitas anak-anaknya di social media dan juga bagaimana dapat memaksimalkan kemungkinan social media menjadi lapangan pekerjaan baru bagi anak berkebutuhan khusus. Pembicara keempat adalah seorang public figure yang memiliki anak dengan Asperger Syndrome. Dia membagikan pengalamannya dalam membesarkan seorang anak berkebutuhan yang saat ini telah aktif menjadi seorang junior legal. “Sepuluh tahun yang lalu, LSCAA mulai aktif memberikan informasi seputar autisme. Masyarakat dapat menanyakan terapis, dokter hingga sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus. LSCAA juga melakukan berbagai kegiatan diantaranya seminar bagi orang tua dan guru, pentas seni bagi anak-anak berkebutuhan khusus, pameran hasil karya dan juga membentuk komunitas “sahabat special”.  Kini, LSCAA menujukan perhatiannya tak hanya kepada anak-anak namun juga merambah pada remaja dan individu autistik dewasa. Bagaimana orang tua dapat mempersiapkan anak-anaknya sebagai individu mandiri. Harapannya, para individu autistik ini dapat memiliki kemampuan yang mumpuni, mampu menghidupi (setidaknya) dirinya sendiri,” kata Founder & Director London School of Public Relations – Jakarta sekaligus inisiator LSCAA, Prita Kemal Gani. Individu dengan autisme memang tidak memiliki ciri fisik yang khusus, sehingga tak banyak yang memahami mereka. Ini jugalah yang kerap menjadi permasalahan saat mereka berada di tempat umum dan juga bersosialisasi dengan masyarakat umum. “LSCAA akan terus berusaha untuk menyebarkan informasi dan mengedukasi masyarakat tentang autisme, kami ingin masyarakat memahami, menerima dan juga mencintai individu dengan autistik, karena bagaimanapun mereka juga sama seperti kita yang memiliki emosi dan perasaan. Hanya saja mereka tidak mampu mengungkapkannya sebagaimana individu umumnya. Kami berharap kegiatan ini dapat terus berkelanjutan demi masyarakat yang ramah akan anak berkebutuhan khusus, ujar Head of LSCAA Chrisdina  baru-baru ini. Selain seminar, AAF 10th juga akan mengadakan konser, Fun games, Pentas Seni, Peragaan busana yang terinspirasi dari lukisan seorang remaja autisme serta pameran lukisan yang dilukis oleh para remaja autisme. Busana yang juga diperagakan oleh remaja berkebutuhan khusus ini dirancang oleh Adra dengan mengusung label Adraworld. Dukungan lain adalah penyelenggaraan lelang lukisan yang dilukis remaja autisme oleh Artotel. Pameran dan lelang lukisan tersebut merupakan kegiatan Artotel dalam rangka menunjukan kepedulian kepada hasil karya remaja autisme. Seluruh keuntungan dari hasil penjualan busana dan lelang lukisan akan disumbangkan kepada yayasan pegiat autisme yang membutuhkan. London School Centre for Autism Awareness (LSCAA) merupakan bagian dari kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) LSPR-Jakarta sebagai bentuk kepeduliannya terhadap anak-anak berkebutuhan khusus yang salah satu karakteristiknya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi baik verbal ataupun non-verbal. Melalui LSCAA, LSPR-Jakarta berharap dapat mengkomunikasikan mengenai autisme kepada masyarakat Indonesia. Berbagai kegiatan telah diselenggarakan oleh LSCAA seperti acara tahunan Autism Awareness Festival, Workshop for Parents, Pembuatan produksi film pendek “Saudaraku Berbeda”, Teachers Training, dan masih banyak lagi guna mengkomunikasikan perihal sosialisasi autisme. Hingga saat ini, LSCAA telah memberikan pelatihan kepada 5028 guru yang mewakili 1616 Sekolah Dasar se-Jabodetabek. Pemutaran film “Saudaraku Berbeda” telah dilakukan di 24 sekolah dan ditonton oleh 3131 siswa. Orang tua pun dilibatkan dengan berbagi pengalaman dengan yang lainnya yang telah diikuti oleh 264 orang. London School of Public Relations – Jakarta yang berdiri sejak 1 Juli 1992 adalah sebuah perguruan tinggi swasta yang menyelenggarakan program sarjana ilmu komunikasi yang terbagi atas enam konsentrasi pilihan yaitu, Public Relations, International Relations, Marketing, Mass Communication, Digital Media Communication & Advertising dan Performing Arts Communication, serta program pasca sarjana yang terbagi menjadi empat konsentrasi yaitu Corporate Communication, Marketing Communication, International Relations Communication dan Mass Media Management. Saat ini LSPR – Jakarta memiliki 20.000 lulusan serta sebanyak 6.536 mahasiswa dan mahasiswi aktif. Data LSPR Career Centre menunjukkan tingkat serapan lulusan LSPR-Jakarta di dunia kerja mencapai 90% lulusan. LSPR Career Centre selain menyelenggarakan seminar dan pelatihan, menyediakan informasi lowongan pekerjaan, juga membantu menyalurkan para alumni ke bidang pekerjaan yang mereka inginkan baik dalam dan luar negeri. Sejak tahun 2002, LSPR selalu mendapat pengakuan dari Badan Akreditasi Nasional dengan nilai A. Untuk program S1 LSPR telah mendapat pengakuan internasional dari lembaga akreditasi internasional yakni The London Chamber of Commerce and Industry Examination Board (LCCI) United Kingdom dan City and Guilds UK sedangkan untuk Program S2, LSPR menjalin kerjasama dengan Edith Cowan University Australia dan City and Guilds UK. Pada 9 November 2016, LSPR telah menerima surat keputusan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 345/M/KPT/2016 mengenai tentang penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh pada lingkup program studi Ilmu Komunikasi. LSPR juga mendapatkan tiga penghargaan dari KEMENRISTEK DIKTI pada tanggal 30 November 2016 dengan predikat Peringkat I di Kalangan Sekolah Tinggi untuk Aspek Kelembagaan, Peringkat I di Kalangan Sekolah Tinggi untuk Aspek Kemahasiswaan dan Peringkat II di Kalangan Sekolah Tinggi untuk Aspek Ketenagaan. (ali)