Jumat, 26 April 24

Tak Seperti Biasa, Ini Aturan Medis Pengurusan Jenazah Pasien Corona

Tak Seperti Biasa, Ini Aturan Medis Pengurusan Jenazah Pasien Corona
* Jenazah pasien corona. (Foto: KR)

Jakarta, Obsessionnews.com – Pasien yang meninggal karena virus corona memang mendapat penangnan khusus, tidak seperti biasanya. Hal itu dilakukan untuk mencegah atau mengantisipasi penularam virus terhadap orang lain. Lantas bagaimana aturan resminya?

Kepala Departemen dan SMF Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSU dr Soetomo Surabaya dr Edi Suyanto SpF SH MH mengatakan, pengurusan jenazah pasien corona dari proses memandikan sampai pemakaman harus sesuai dengan aturan UU tentang wabah penyakit.

“Protokolnya disesuaikan dengan UU Wabah maupun UU Karantina, dimana kalau ada korban meninggal akibat infeksi penyakit menular, maka prinsipnya segera mungkin dimakamkan,” kata dr Edi Selasa (31/3/2020).

Menurutnya secara ilmiah ilmu kedokteran, korban atau jenazah kemungkinan menularnya sudah tidak ada. Namun, tetap saja potensi itu jika ada cairan yang keluar dari tubuh jenazah dan menempel pada orang yang masih hidup. Oleh karena itu, Edi menyarankan agar jenazah sesegera mungkin dimakamkan.

“Masalahnya di Indonesia ada macam-macam agama, kalau yang Hindu langsung dibakar tapi kalau muslim dimandikan. Nah itu boleh selama petugas menggunakan masker, kaos tangan, mantel dan sepatu booth. Bukan APD seperti dokter yang masih merawat. Kan kontaknya kaki tangan badan. Artinya tidak kontak cairan jenazah,” urainya.

Edi menjelaskan tahapan pemakaman jika pasien meninggal di rumah sakit pasti akan diberi kantong jenazah.

“Bila perlu rumah sakit memandikan dan mengkafani, dipeti, selesai. Dibawa ke makam, petugas makam menggunakan masker, kaos tangan, mantel dan sepatu booth,” ujarnya.

Dia menyampaikan, setelah tujuh jam pasien meninggal, virus juga akan mati. Karena virus itu suatu bakteri yang tidak bisa hidup mandiri.

“Nanti kalau sudah dimakam dibuka, petugas makam juga pakai perlengkapan masker, kaos tangan, mantel dan sepatu booth. Malah yang saya khawatirkan itu orang yang mengantar, takziah terlalu lama bergerombol itu berbahaya,” katanya.

Selain itu, jenazah juga dibungkus plastik sebelum dimasukkan peti dan dimakamkan. Khawatirnya, cairan tubuh jenazah kontak dengan petugas makam.

“Ketika dia (virus) mau melakukan pembelahan atau berkembang biak dia harus cari inang. Karena virus itu namanya RNA ndak punya DNA. Nah DNA adanya di manusia dan hewan. Kalau inangnya mati virusnya juga ikut mati, karena makannya di situ,” jelasnya panjang lebar.

Dia mengimbau kepada masyarakat bahwa kematian adalah hal yang wajar, termasuk pasien positif corona. Menurutnya, yang terpenting dimakamkan secara prosedur medis dan sesuai dengan keyakinan agama masing-masing.

“Dimakamkan di makam umum biasa, tidak khusus. Kalau jenazah dari rumah sakit kan sudah dipeti sudah dimandikan. Jadi nggak papa, masyarakat nggak usah takut,” pungkasnya. (Albar)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.