Jumat, 26 April 24

Sosis Jumbo Berkualitas Terbaik di Indonesia

Sosis Jumbo Berkualitas Terbaik di Indonesia

Yogyakarta, Obsessionnews Kreasi makanan berbentuk silinder panjang dengan campuran daging cincang dan bumbu-bumbu lainnya ini, sudah bisa memenuhi saku keuntungan De Sosis dalam bisnis sosis bakar Jerman yang berukuran jumbo.

Tiga wanita yang terdiri dari ibu dan dua anaknya sama-sama saling mengisi usaha unik ini. Sisca Prawitasari dan ibunya, Bu Hartono, serta kakaknya, memiliki inovasi baru dari sebuah panganan yang terbuat dari olahan daging ini.

Sisca dan ibunya membuka stand De Sosis di Sindu Kusuma Edupark (SKE) Yogyakarta. Dimunculkannya logo De Sosis dengan koki perempuan. Pemakaian logo seperti itu karena memang yang bergelut di bidang ini semuanya perempuan. Selain di SKE, Sisca juga membuka stand di tempat perbelanjaan Progo, Taman Pintar, dan Sunday Morning (Sunmor) yang berada di kampus Universitas Gajah Mada (UGM) setiap minggu pagi.

Dulunya, Sisca pernah berinovasi  membuat keripik nangka, tapi tak semulus seperti sosis bakar Jerman ini. Akhirnya tak memproduksi lagi. Pada 2010 lalu, Sisca dan ibunya melihat banyak sekali sosis bakar di Bandung, Jawa Barat. “Kok sepertinya enak juga ya. Dibawa ke Yogyakarta pasti sangat bagus pasarannya, karena belum ada yang membuat ini. Kami memulainya pertama kali di Yogyakarta dengan ukuran jumbo,” kata Sisca kepada obsessionnews.com, Jumat (20/2) sore.

Pemberian nama De Sosis karena mesin pembuat sosis didatangkan langsung dari Jerman. Bumbu sosis jumbo perpaduan bumbu Indonesia dan bumbu tradisional Jerman.

Sisca mengatakan, dia membutuhkan waktu tiga bulan untuk penyesuaian. Diawali membuka stand di Jogja Expo Centre (JEC), lalu sedikit demi sedikit banyak pembeli dan suka dengan De Sosis. Kemudian menjadi pelanggan tetap De Sosis hingga kini.

“Para pembeli tadinya juga masih heran dengan bentuk De Sosis yang benar-benar jumbo dan panjang dari ukuran sosis biasanya. Nah, mereka tertarik dengan sosis bakar Jerman kami. Sosis itu kan praktis dan cepat penyajiannya. Dipilihnya untuk menu makanan yang tidak berat,” ungkapnya.

Untuk rasa, De Sosis menampilkan rasa keju dan black papernya. Dengan menu cheesy bratwurst, black paper bratwurst, Jerman bratwurst. Tak hanya itu, nasi sosis bakar potato dan takoyaki juga diproduksinya.

Ukuran sosis berbeda-beda. Ada S, M, L, dan XL. Berkisar dari 6 cm hingga super jumbo berukuran 30 cm. Rata-rata peminat menyukai sosis yang berukuran 15 cm dengan harga Rp 15.000. Sosis ini lebih awet jika dimasukkan ke kotak pendingin sebelum proses pembakaran. “Untuk sosis bakar ini memang enak disantap saat hangat, karena apabila sudah dingin kualitas rasa akan berkurang,” lanjutnya.

Proses pembuatannya perlu ketelitian secara khusus. Dengan alat yang didatangkan langsung dari Jerman itu untuk membuat olahan daging sapi tadi hingga membentuk sosis dengan ukuran yang beragam. Kemudian setelah dibentuk sosis dibakar sesuai permintaan pembelinya. “Di Jerman tidak memakai mayones dan sambal. Tapi De Sosis menggunakan itu untuk pemanis saat penyajiannya. Kami juga memakai bahan pelengakap seperti itu dengan kualitas yang terbaik. Bahkan produknya juga bisa dibilang terbaik di Indonesia,” ujar Sisca.

Ibu seorang anak ini menambahkan, untuk kulit luar tidak menggunakan bagian dari daging, tapi memakai rumput laut. Rumput laut itu lebih halus dan tipis dibanding kulit dari bagian sapi. Rumput laut diperoleh dari dari Bandung.

De Sosis menjaga kualitas rasa dan kebersihannya tanpa menggunakan bahan pengawet dan sejenisnya. Proses pengiriman bahan-bahan biasanya dari Jakarta dalam seminggu dua hingga tiga kali dengan kapasitas ratusan kilogram daging sapi asli.

Para karyawan De Sosis berpenampilan rapi, bersih, dan jujur. “Kami kan bergelut di bidang pangan. Jadi kami harus bersih demi menjaga kebersihan dan sehatnya makanan yang kami produksi,” ujarnya.

Semula dan ibunya mempunyai seorang karyawan, lalu seiring perkembangan usaha jumlah karyawannya meningkat menjadi enam orang. Jika mendapat order banyak untuk acara-acara tertentu mereka merekrut 3-4 orang untuk membantu. Omsetnya mencapai Rp 20 juta per bulan. (Anissa Nurul Kurniasari)

 

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.