Sabtu, 9 Desember 23

Semprot Disinfektan ke Rombongan Mudik Buruh Harian, Pemerintah India Dikecam

Semprot Disinfektan ke Rombongan Mudik Buruh Harian, Pemerintah India Dikecam
* Para pekerja disemprot dengan disinfektan. (BBC)

Negara bagian Uttar Pradesh di India telah memicu kontroversi setelah pekerja/buruh migran, yang pulang ke rumah pada saat penguncian coronavirus nasional, disiram dengan desinfektan pemutih yang digunakan untuk membersihkan bus.

Video menunjukkan tiga orang, mengenakan pakaian pelindung, menyemprotkan cairan langsung pada sekelompok buruh India ketika mereka duduk di tanah di kota Bareilly di utara.

Ashok Gautam, seorang perwira senior yang bertanggung jawab atas operasi Covid-19 di Uttar Pradesh, mengatakan kepada CNN sebanyak 5.000 orang telah “disemprotkan di depan umum” ketika mereka tiba sebelum mereka diizinkan untuk bubar.

“Kami menyemprotkan mereka di sini sebagai bagian dari drive desinfeksi, kami tidak ingin mereka menjadi pembawa virus dan itu bisa tergantung pada pakaian mereka, sekarang semua perbatasan telah disegel sehingga ini tidak akan terjadi lagi,” katanya .

Dia mengatakan desinfektan yang digunakan adalah solusi yang terbuat dari bubuk pemutih, dan tidak berbahaya bagi tubuh manusia.

Sementara disinfektan kimia berfungsi di permukaan, mereka bisa berbahaya bagi manusia. Dan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), meletakkan disinfektan pada kulit Anda tidak akan membunuhnya jika virus sudah ada di tubuh Anda.

 

Dikecam
Sebuah investigasi digelar terkait video berisi rekaman penyiraman cairan disinfektan terhadap buruha migran oleh otoritas India tersebar ke publik.

Seperti dilansir BBC News, Selasa (31/3), orang-orang yang disiram disenfektan dalam video itu diyakini adalah para pekerja migran yang mudik ke kota Bareilly di negara bagian Uttar Pradesh.

Mereka adalah bagian dari sekitar satu juta warga India yang kembali ke kampung halaman setelah pemerintah India menutup negara mereka selama tiga pekan.

Kebijakan karantina wilayah itu diklaim otoritas India sebagai upaya jitu mencegah penyebaran virus corona.

Namun belakangan muncul kekhawatiran bahwa orang-orang yang mudik dari kota besar justru akan memperluas kasus positif Covid-19.

Video tersebut yang sejauh ini sudah ditonton lebih dari 400.000 kali usai diunggah jurnalis Times of India, memperlihatkan sekelompok orang duduk bersila dan jongkok saat petugas medis dan pemadam kebakaran dilengkapi dengan pelindung diri menyemprotkan ‘cairan solusi wabah’ kepada mereka.

Dalam video utuh yang ditonton oleh BBC, para petugas itu meneriakkan instruksi melalui pengeras suara. Mereka meminta para pekerja itu menutup mata dan mulut.

Dalam bagian video, seorang pejabat terdenar memerintahkan para pekerja untuk ‘menutup mata anak-anak Anda dan mata kalian sendiri’.

Badan peradilan kota Bareilly menyatakan telah mempelajari video tersebut. Melalui akun Twitter, mereka mengatakan, “orang-orang yang menjadi korban dalam video itu sudah ditangani pimpinan negara bagian”.

“Tim dari pemerintah kota Bareilly dan pejabat pemadam kebakaran diminta melakukan sterilisasi bus, tapi karena antusiasme mereka yang besar, mereka juga menyemprotkan disenfektan ke para pekerja,” demikian pernyataan tertulis mereka.

Beberapa akun media sosial menyalahkan kepolisian dan pemerintah lokal terhadap tindakan yang mereka nilai sebagai kekerasan terhadap para pekerja migran tersebut.

Video itu ramai dibincangkan di Twitter. Sebagian warganet mempertanyakan apakah mereka yang datang ke India dari luar negeri juga akan disemprot cairan disenfektan.

Sementara warganet lainnya menyebut bahwa itu bukanlah protokol penanganan Covid-19 yang diterapkan di bandara, stasiun kereta, maupun terminal bis.

Ini bukanlah video pertama yang memperlihatkan perlakuan keliru terhadap para pekerja migran di India sejak kebijakan penutupan wilayah 24 Maret lalu.

Kebanyakan pekerja migran itu merupakan angkatan kerja yang menerima upah harian dan saat ini kehilangan mata pencaharian.

Dengan hilangnya pekerjaan dan upah, mereka kini berupaya keras untuk pulang ke kampaung halaman. Sebagian dari mereka mendapat layanan bis dari pemerintah, sedangkan sisanya memutuskan untuk menempuh perjalanan itu dengan berjalan kaki. (CNN/BBC News)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.