Indonesia–Peru CEPA Resmi Disepakati, Dorong Perdagangan dan Investasi ke Amerika Latin

Indonesia–Peru CEPA Resmi Disepakati, Dorong Perdagangan dan Investasi ke Amerika Latin
Penandatanganan Kesepakatan Indonesia–Peru CEPA (Foto Dok. HUmas Kemendag)

Obsessionnews.com – Hubungan ekonomi Indonesia dan Peru memasuki babak baru setelah kedua negara resmi menandatangani Indonesia–Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (IP–CEPA). Penandatanganan dilakukan oleh Menteri Perdagangan RI Budi Santoso dan Menteri Perdagangan Luar Negeri serta Pariwisata Peru Ursula Desilu Leon Chempen di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (11/8). Prosesi bersejarah ini disaksikan langsung oleh Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden Peru Dina Boluarte.

Perjanjian ini menjadi kesepakatan komprehensif kedua Indonesia dengan negara di kawasan Amerika Latin. Mendag Budi menegaskan, penyelesaian IP–CEPA berlangsung cepat, hanya empat putaran negosiasi dalam waktu kurang dari 1,5 tahun. “Capaian ini merupakan hasil arahan langsung kedua presiden. IP–CEPA akan membuka peluang baru bagi perdagangan dan investasi serta meningkatkan kepercayaan pelaku usaha kedua negara,” ujarnya.

IP–CEPA mengatur berbagai aspek penting, mulai dari perdagangan barang, ketentuan asal barang, kepabeanan, fasilitasi perdagangan, hingga sanitasi dan fitosanitasi, hambatan teknis, serta kerangka kelembagaan. Pada tahap awal, fokus diarahkan pada sektor perdagangan barang.

Menurut Djatmiko Bris Witjaksono, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag, IP–CEPA memberikan akses pasar yang lebih luas bagi Indonesia. Sekitar 90 persen pos tarif Peru akan dihapuskan, diturunkan, atau dikurangi secara bertahap. Produk prioritas Indonesia yang diuntungkan antara lain kendaraan bermotor, alas kaki, tekstil, kelapa sawit, dan peralatan pendingin.

“Dengan keunggulan tarif yang lebih kompetitif, Indonesia bisa memperluas ekspor produk bernilai tambah ke Peru sekaligus memperkuat posisi di kawasan Amerika Latin,” kata Djatmiko.

Selain meningkatkan perdagangan bilateral, IP–CEPA juga menjadi pijakan penting Indonesia dalam proses aksesi ke Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP). Peru merupakan salah satu anggota perjanjian tersebut.

“Kini kita lebih siap menghadapi dinamika perundingan CPTPP karena telah memahami ekspektasi Peru melalui IP–CEPA,” tambah Djatmiko.

Pasca-implementasi, diversifikasi ekspor Indonesia ke Peru diproyeksikan bisa mencapai USD 5 miliar. Sektor dengan prospek terbesar meliputi tekstil dan alas kaki, otomotif, biodiesel, produk perikanan, karet, serta mesin industri.

Data perdagangan menunjukkan tren menggembirakan. Dalam lima tahun terakhir (2020–2024), perdagangan Indonesia–Peru tumbuh rata-rata 15 persen per tahun. Pada Januari–Juni 2025, total perdagangan naik 34,3 persen menjadi USD 264,8 juta, terdiri atas ekspor Indonesia senilai USD 206,4 juta dan impor dari Peru USD 58,4 juta.

Pada 2024, nilai perdagangan kedua negara mencapai USD 480,7 juta, dengan ekspor Indonesia sebesar USD 331,2 juta dan impor dari Peru USD 149,6 juta. Produk ekspor unggulan Indonesia ke Peru meliputi kendaraan bermotor (USD 120,8 juta), alas kaki tekstil (USD 21,8 juta), minyak sawit (USD 21,2 juta), peralatan pendingin (USD 16,5 juta), dan alas kaki kulit (USD 15,7 juta). Sedangkan impor utama dari Peru terdiri atas biji kakao (USD 87,6 juta), batu bara dan briket (USD 15,6 juta), pupuk mineral/kimia (USD 14,1 juta), anggur segar/kering (USD 11,5 juta), dan seng mentah (USD 5 juta).

Peru memiliki posisi strategis sebagai pintu masuk perdagangan ke Amerika Latin, sementara Indonesia menawarkan basis produksi kuat dengan produk berdaya saing tinggi. Sinergi ini diyakini memperkuat fondasi hubungan ekonomi yang saling menguntungkan.

“IP–CEPA tidak hanya membuka jalan bagi pertumbuhan perdagangan, tetapi juga meningkatkan daya saing Indonesia di pasar Amerika Latin secara keseluruhan,” pungkas Djatmiko.  (Ali)