"Sky Playground": Transjakarta Ubah Halte Jadi Surga Bermain Anak di Hari Anak Nasional 2025

Obsessionnews.com — Siapa bilang halte bus cuma tempat menunggu? Di tangan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta), halte bisa menjadi taman bermain. Bukan taman biasa, tapi “Sky Playground”, wahana belajar dan bermain untuk anak-anak tepat di atas Halte Tosari yang berada di tengah gemerlap ibu kota.
Dalam rangka Hari Anak Nasional 2025, Transjakarta menghadirkan kejutan istimewa: mengundang 100 anak panti asuhan binaan Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta untuk menikmati pengalaman bermain di atas langit Jakarta. Bukan sekadar merayakan, kegiatan ini membawa misi mulia—memanusiakan kota dan menghadirkan kebahagiaan yang inklusif bagi semua.
Selama dua hari, 2–3 Agustus 2025, Anjungan Lantai 2 Halte Tosari disulap menjadi area bermain tematik yang menghadirkan berbagai zona edukatif. Mulai dari Zona Kreatif tempat anak bebas melukis, Zona Literasi yang dipenuhi buku bacaan, Zona Memasak untuk melatih motorik dan kemandirian, hingga Zona Sains dan Zona Permainan Tradisional yang menghidupkan kembali warisan budaya anak negeri.
Semua zona ini bisa diakses gratis oleh masyarakat umum, terutama keluarga dengan anak usia 4–12 tahun. Transjakarta ingin menunjukkan bahwa ruang publik bisa menjadi tempat tumbuh kembang yang ramah, tidak hanya untuk dewasa tapi juga bagi anak-anak kota.
“Kami percaya bahwa edukasi transportasi publik bukanlah tugas masa depan, melainkan bagian dari hari ini. Anak-anak berhak tumbuh dalam lingkungan kota yang ramah, aman, dan mendukung rasa ingin tahu mereka. Kami ingin anak-anak melihat halte bukan hanya sebagai tempat menunggu bus, tapi sebagai bagian dari hidup mereka. Tempat mereka bisa bermain, belajar, dan merasa aman,” ujar Welfizon Yuza, Direktur Utama Transjakarta.
Sky Playground bukan program pertama Transjakarta yang mengusung konsep edukatif untuk anak. Sebelumnya pada 19 Juli 2025 yang lalu, Transjakarta meluncurkan “Little Riders, Big Journeys” yakni program pengenalan etika transportasi publik kepada anak-anak. Dalam kegiatan ini mereka diajak menjelajahi halte dan bus, berkenalan dengan profesi seperti pengemudi, petugas layanan, hingga mencoba menjadi pramusapa cilik yang ramah menyapa penumpang.
Bagi Transjakarta, program-program ini adalah wujud nyata komitmen untuk menjadi lebih dari sekadar penyedia jasa angkutan umum. Ini adalah usaha mengubah persepsi kota bahwa kota bisa ramah anak, dan transportasi bisa menjadi ruang edukasi.
“Anak-anak kita adalah penumpang masa depan. Tapi pendidikan dan pengalaman mereka tentang transportasi publik harus dimulai hari ini. Di sinilah kami berperan,” tegas Welfizon.
Sky Playground tidak berdiri sendiri. Sejumlah mitra strategis ikut ambil bagian dalam mewujudkannya, seperti Bank Jakarta, Lemonilo, Mogu Mogu, Frisian Flag, Hotel Mercure, Butterfly Stationery, Einstein Science Project, dan TheAsianParent. Dukungan mereka memperkuat pesan bahwa pembangunan kota yang inklusif adalah tanggung jawab bersama.
Kegiatan ini juga membuka ruang bagi orang tua dan anak untuk berkegiatan bersama di ruang publik, memutus jarak antara transportasi dan kehidupan sehari-hari. Halte tak lagi tempat yang asing dan steril, melainkan tempat bermain, belajar, dan tumbuh bersama.
Senyum anak-anak yang bermain di Sky Playground menjadi pengingat bahwa kota yang baik adalah kota yang memperhatikan generasi termudanya. Di tengah hiruk pikuk Jakarta, Transjakarta menciptakan oase kecil di mana anak-anak bisa merasa dihargai, aman, dan dilibatkan.
"Sky Playground bukan sekadar perayaan Hari Anak. Ini adalah refleksi dari kota yang ingin lebih dekat dengan warganya. Transjakarta ingin menjadi bagian dari masa kecil anak-anak, membentuk rasa memiliki terhadap ruang kota dan memperkenalkan Transjakarta sebagai teman perjalanan mereka. Sky Playground ini bukan hanya panggung permainan, tapi panggung harapan. Kami ingin membangun Jakarta yang lebih manusiawi dan hangat,” tambah Welfizon.
Transjakarta menyadari bahwa inovasi bukan selalu soal teknologi. Kadang, inovasi dimulai dari keberanian mengubah cara pandang. Dari halte yang identik dengan beton dan antrean, menjadi ruang kehidupan tempat anak-anak bisa tumbuh, bercanda, dan mengenal kotanya lebih dekat.
Karena masa depan transportasi bukan hanya kendaraan yang cepat. Tapi juga kota yang peduli. (Ali)