Pertamina Dorong Ketahanan Pangan dari Desa Lewat Energi Bersih di Hari Susu Nasional 2025

Pertamina Dorong Ketahanan Pangan dari Desa Lewat Energi Bersih di Hari Susu Nasional 2025
Dok Pertamina

Jakarta, Obsessionnews.com — Peringatan Hari Susu Nasional 2025 menjadi momen penting untuk melihat kembali bagaimana gizi, energi, dan ketahanan pangan saling berkaitan dalam kehidupan sehari-hari. Di tengah suasana Car Free Day Jakarta, Minggu (1/6), ribuan warga memadati ruas jalan dari Bundaran HI hingga Dukuh Atas, membawa semangat hidup sehat dan keberlanjutan pangan.



Acara dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Pangan RI, Zulkifli Hasan, yang menegaskan bahwa ketahanan pangan menjadi bagian dari agenda strategis pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Ia menyebutkan bahwa kolaborasi lintas sektor, termasuk dunia usaha, menjadi langkah penting dalam menjaga ketersediaan pangan dan memperkuat asupan gizi masyarakat.

Salah satu inisiatif yang menonjol adalah program Desa Energi Berdikari (DEB) Ketahanan Pangan dari Pertamina. Dari 172 desa binaan, sebanyak 103 desa kini mengembangkan sektor pangan dengan memanfaatkan energi baru dan terbarukan (EBT). Inisiatif ini memperlihatkan bagaimana ketahanan pangan dan energi bisa tumbuh bersamaan dari tingkat desa.

Corporate Secretary Pertamina, Brahmantya S. Poerwadi, mengatakan bahwa keterlibatan Pertamina dalam Hari Susu Nasional bukan sekadar kehadiran simbolik. Menurutnya, ini adalah bagian dari komitmen perusahaan dalam membangun ekosistem gizi yang sehat, merata, dan berkelanjutan.

“Fokus kami salah satunya pada kesehatan ibu dan anak. Konsumsi susu berperan besar dalam mendukung gizi keluarga. Kami percaya, perubahan yang bertahan lama dimulai dari hal-hal yang sederhana,” ujar Brahmantya di sela kegiatan.

Rudi Ariffianto, VP CSR & SMEPP Management Pertamina, menjelaskan bahwa program DEB juga menyentuh sektor peternakan dan pengolahan hasil susu. Empat desa menjadi perintis produksi susu sapi lokal, yaitu Desa Keposong, Sruni, dan Gedangan di Boyolali, serta Desa Suntejaya di Bandung.

“Empat desa itu memproduksi sekitar 1.050 liter susu per hari, yang dikelola langsung oleh masyarakat. Angka itu mewakili lebih dari sekadar hasil produksi, karena di baliknya ada proses pemberdayaan yang terus tumbuh,” ujar Rudi.

Di Desa Keposong, limbah kotoran sapi kini diolah menjadi biogas berkapasitas 20 meter kubik, cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur warga tanpa elpiji. Sementara di Desa Gedangan, hasil susu diolah menjadi produk bernilai tambah seperti susu pasteurisasi, tahu susu, dan donat susu.

Segelas susu yang dulu dianggap biasa, kini menjadi lambang ketahanan dan kemandirian berkat inovasi warga desa dan pemanfaatan teknologi yang tepat.

Melalui program ini, Pertamina memperlihatkan bahwa energi bersih dan pangan lokal bisa tumbuh dalam satu ekosistem yang saling menguatkan. Apa yang dimulai dari desa, bisa membawa dampak hingga ke kota dan memberi kontribusi nyata pada strategi nasional menuju kemandirian energi dan pangan.

“Bukan karena diberi, tapi karena mereka mampu. Akses, pelatihan, dan teknologi jadi bekal penting, dan masyarakat desa membuktikan bahwa mereka bisa berdiri di barisan terdepan dalam membangun ketahanan bangsa,” kata Rudi menutup pernyataannya. (IwanLubisON)