Bus Shalawat Dihentikan Sementara, PPIH Bagikan Makanan Siap Saji Jelang Puncak Haji

Makkah, Obsessionnews.com – Menjelang puncak ibadah haji 1446 H, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi menghentikan sementara operasional bus shalawat mulai Minggu, 1 Juni 2025, pukul 12.00 Waktu Arab Saudi. Seluruh armada bus akan difokuskan untuk mobilisasi jemaah menuju Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Penghentian layanan ini dijadwalkan berlangsung hingga 10 Juni 2025.
“Bus shalawat akan berhenti beroperasi sementara karena seluruh armada difokuskan untuk mendukung pergerakan jemaah menuju puncak ibadah haji,” ujar Arfi Hatim, Sekretaris Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI, saat ditemui di Makkah.
Langkah ini berdampak pada akses jemaah menuju Masjidil Haram. Sebagai gantinya, PPIH meminta jemaah untuk memusatkan aktivitas ibadah di hotel masing-masing, guna menghemat energi jelang prosesi haji di Armuzna. Ibadah seperti dzikir, membaca Al-Qur’an, serta memperdalam pemahaman manasik disarankan selama masa jeda layanan transportasi.
“Puncak haji tinggal lima hari lagi. Inilah waktu untuk menenangkan diri dan menyiapkan hati,” lanjut Arfi.
Seiring penyesuaian ini, distribusi konsumsi juga berubah. Makanan kotak harian digantikan dengan makanan siap saji (ready to eat), yang mulai dibagikan kepada jemaah untuk mencukupi kebutuhan selama tiga hari krusial, yakni 3, 4, dan 9 Juni 2025.
Menu yang disediakan antara lain nasi uduk, semur daging, semur ayam, opor ayam, dan rendang ayam. PPIH menilai distribusi makanan siap saji lebih praktis mengingat kondisi kota Makkah yang kian padat menjelang puncak haji.
“Makanan ini cukup gizi, higienis, dan sesuai dengan cita rasa Indonesia. Disiapkan untuk memastikan jemaah tetap mendapat asupan selama masa transisi menuju Arafah,” jelas Arfi.
Makanan dikemas dalam bentuk yang mudah dikonsumsi. Nasi cukup direndam dalam air selama 5–10 menit sebelum disantap, sementara lauk dapat dimakan langsung tanpa dipanaskan. PPIH mengingatkan agar makanan yang sudah dibuka tidak disimpan kembali, guna mencegah risiko kontaminasi.
Perubahan ini menjadi bagian dari persiapan besar menjelang pergerakan jemaah ke Armuzna. Seluruh jemaah Indonesia dijadwalkan mulai diberangkatkan ke Arafah pada 7 Zulhijjah atau 3 Juni malam. Kesiapan fisik dan mental menjadi fokus utama PPIH dalam menghadapi tahapan ini.
“Transportasi, konsumsi, dan layanan bimbingan manasik semuanya diarahkan untuk membantu jemaah tetap sehat dan siap menjalani puncak ibadah,” kata Arfi.
Petugas haji juga telah mulai meningkatkan intensitas pemantauan di hotel-hotel jemaah untuk memberikan bantuan bila diperlukan. Sementara itu, distribusi makanan siap saji diawasi secara ketat agar tidak terjadi keterlambatan atau kekurangan di lapangan.
Prosesi puncak haji akan dimulai pada 9 Zulhijjah dengan wukuf di Arafah, diikuti mabit di Muzdalifah dan Mina. Setelah itu, jemaah akan kembali ke hotel masing-masing di Makkah, dan layanan bus shalawat dijadwalkan kembali berjalan normal mulai 10 Juni 2025.
Arfi menekankan bahwa kesiapan mental sama pentingnya dengan kesiapan fisik. Menurutnya, suasana menjelang puncak haji adalah waktu yang tepat bagi jemaah untuk menata niat, memperkuat keyakinan, dan menghindari kepanikan. Ia mengingatkan bahwa perjalanan ke Arafah bukan hanya soal logistik dan stamina, tetapi juga soal ketenangan batin dan kesiapan menghadapi prosesi spiritual yang sangat sakral. “Haji bukan sekadar perjalanan fisik, tapi juga perjalanan jiwa. Fokus, tenang, dan jaga hati,” ujarnya. (IwanLubisON)