Uti Rahardjo: Mengubah Tantangan Menjadi Kesempatan

Obsessionnews.com - Tidak semua orang berani masuk ke banyak dunia sekaligus, tapi bagi Uti Rahardjo, itu sudah jadi bagian hidupnya. Psikolog, pebisnis, dan ahli komunikasi pemasaran ini membuktikan bahwa perempuan bisa menjalani berbagai peran tanpa kehilangan arah, asalkan tahu cara menjaga keseimbangan.
“Sekarang ini perempuan punya peluang yang jauh lebih besar untuk duduk di posisi strategis,” kata Uti saat berbincang dengan Women’s Obsession.
Menurutnya, perempuan punya kekuatan khas, telaten, sabar, dan fokus pada proses yang sering kali jadi penentu keberhasilan dalam bisnis dan organisasi. Saat harus mengambil keputusan sulit, Uti selalu mulai dari skenario terburuk. “Kalau yang paling jelek itu bisa saya atasi, berarti sisanya adalah bonus,” ungkap lulusan Psikologi Universitas Indonesia ini.
Menghadapi dunia yang makin kompleks, Uti percaya resiliensi adalah kunci. Masalah harus dihadapi, bukan dihindari. “Sekarang problem banyak variabel, eskalasinya tinggi. Kita butuh keseimbangan body, mind, and soul. Kalau belum selesai dengan diri sendiri, sulit hadapi tantangan luar,” jelasnya.
Baca Juga:
Mercy Francisca Hutahaean: Kepemimpinan Tegas, Tangguh, dan Tulus
Soal teknologi, Uti menyebutnya sebagai "dua mata pisau." Bisa membantu, bisa juga menjerat. Karena itu, menurutnya, kemampuan berpikir kritis dan kontrol diri jadi penting agar tak mudah terseret arus informasi.
Di luar pekerjaan profesionalnya, Uti juga aktif membentuk karakter generasi muda. Ia prihatin dengan budaya instan yang makin marak. “Anak muda perlu sadar bahwa pencapaian butuh waktu, proses, dan spiritualitas. Kenali panggilan kita. Kalau diberi tanggung jawab besar, berarti kita mampu,” katanya.
Ia juga menjabat sebagai Ketua Bidang Budaya Perempuan Pemimpin Indonesia, merintis podcast Winning Women Inspiration, dan menulis buku "Kreatif Berbisnis Kreatif, 21 Tahun Merawat Bisnis Kreatif."
Kecintaannya pada budaya juga diwujudkan lewat brand batik keluarga yang ia kelola. Bagi Uti, batik bukan hanya kain, tapi media menyampaikan pesan. “Batik itu bahasa, dan saya ingin ikut menjaganya tetap hidup,” tuturnya.
Menyinggung sosok Kartini, semangat Uti langsung menyala. “Kartini cuma punya surat, tapi dia tahu, kalau bukan dia yang mulai, siapa lagi? Sekarang kita punya teknologi. Jadi, yang kita sebarkan harusnya hal-hal baik,” tegasnya.
Melalui perannya, Uti ingin menunjukkan bahwa perempuan bisa berdiri di banyak medan, asalkan percaya diri, punya prinsip, dan tidak melupakan keseimbangan dalam hidup.(Angie)