Perang Dagang AS-China Picu Lemahnya Nilai Tukar Rupiah

Obsessionnews.com - Menyusul turunnya nilai rupiah akhir-akhir ini, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menyatakan pelemahan kurs rupiah terhadap dolar salah satunya dipicu dari potensi terjadinya perang dagang 2.0 antara Amerika Serikat (AS) dan China.
"Ada risiko global yang meningkat terutama dari kemungkinan terjadinya trade war 2.0 dan high-for-longer rate suku bunga The Fed (Federal Reserve), akan menyebabkan naiknya risk-off sentiment, melebarkan current account deficit atau defisit transaksi berjalan, dan memicu capital outflow, yang berujung pada pelemahan nilai tukar rupiah. Hal ini akan memicu terjadinya imported inflation," ungkapnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (15/1/2025).
Merespon hal ini, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan 25 basis points (bps) menjadi 5,75 persen, suku bunga deposit facility menjadi 5,00 persen, dan suku bunga lending facility menjadi 6,50 persen.
Keputusan ini disebut konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen pada 2025, serta guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Realisasi tersebut melanjutkan tren surplus neraca dagang Indonesia dalam 56 bulan terakhir sejak Mei 2020. Kendati demikian, realisasi tersebut turun 2,1 miliar dolar AS dibandingkan bulan lalu. Selain itu, ancaman kebijakan tarif dari Presiden AS terpilih Donald Trump juga telah mengangkat imbal hasil Treasury dan mendukung penguatan dolar AS.
Sementara itu, Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada penutupan perdagangan hari ini melemah 56 poin atau 0,34 persen menjadi Rp16.326 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.270 per dolar AS.(Arfi)