Korsel Darurat Militer, Apa Reaksi Prabowo?

Korsel Darurat Militer, Apa Reaksi Prabowo?
Tentara Korsel berupaya memasuki parlemen ketika Presiden Yoon Suk Yeol mengumumkan darurat militer. (X)


Obsessionnews.com - Presiden Prabowo Subianto mencermati situasi di Korea Selatan (Korsel) setelah Presiden Yoon Suk Yeol mengumumkan status darurat. Prabowo memberi reaksi dengan meminta jajaran tidak lengah merespons situasi di sana.

Prabowo menyatakan hal itu ketika membuka Sidang Tanwir dan Milad ke-112 Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah, Kupang, NTT, Rabu (4/12). "Kalau tidak salah tadi malam Pemerintah Korea Selatan menyatakan keadaan darurat di Korea," kata Prabowo.

Baca Juga:
Presiden Yoon Suk-Yeol Umumkan Darurat Militer, Kondisi Politik Korea Selatan Gempar Tadi Malam

"Jadi saudara-saudara marilah kita jangan terlalu lengah, jangan terlalu santai," sambungnya.

Oposisi di Korsel menuntut pemakzulan Presiden Yoon merespons pengumuman darurat militer. Selain parlemen, warga juga menolak keputusan darurat militer Presiden Yoon sehingga memicu krisis. Kali terakhir Korsel menerapkan darurat militer terjadi pada 1980.  

Presiden Yoon akhirnya membatalkan keputusan tersebut karena derasnya perlawanan. Namun keputusan Yoon belum mampu mengakhiri ketegangan.

Baca Juga:
Prabowo Sambangi Kupang

Kepala Negara menilai situasi di Korsel menandakan kondisi global sekarang ini penuh ketidakpastian. Ketegangan atau konflik terjadi di Eropa dengan ancaman perang nuklir. Kawasan Timur Tengah dan Taiwan juga masih dilanda konflik.

"Ini pengamatan pakar-pakar di Eropa karena negara Barat mengizinkan peluru-peluru jangka jauh, jarak jauh, mereka menyerang Rusia. Rusia sekarang mengatakan dia boleh menyerang negara-negara Barat menggunakan senjata-senjata yang paling mutakhir," kata Prabowo sambil menyinggung adanya 17 persen kemungkinan perang nuklir.

Prabowo menegaskan pula bahwa Indonesia menganut politik bebas aktif. Indonesia tidak memihak negara atau blok manapun. Namun bukan berarti Indonesia tidak bisa terseret dalam konflik. Situasi ini menunjukkan Indonesia butuh pemimpin yang kuat. Namun figur kepemimpinan perlu pula ditopang dengan soliditas pemerintah. Termasuk dukungan dari seluruh kelompok masyarakat.

Menurut Prabowo, Indonesia rentan terbawa dalam konflik karena menjadi jalur perdagangan dunia. "40 persen dari seluruh perdagangan dunia lewat lautan Indonesia, 40 persen seluruh perdagangan seluruh dunia lewat perairan kita," tuturnya.

"70 persen energi Tiongkok, Korea, dan Jepang lewat perairan Indonesia," tambahnya. (Erwin)